Wednesday, May 31, 2023

Pusaran Jembatan Kawung

 Pusaran Jembatan Kawung

Karya: Agnes Dwi Marlina

"Ah, kata orang jembatan ini angker, tapi setiap hari lewat sini ngga ada apa-apa, tuh."
Bisik Bagus dalam hati. Slang beberapa menit kemudian, terlihat gadis kecil sedang menangis di tepi jembatan hanya dengan mengenakan sandal sebelah. "Hiks hiks huhuhu mama..." Terdengar suara tangisan gadis kecil yang memanggil mamanya dari tepi jembatan.

"Hey, adik kecil mengapa kamu menangis di sini?" Tanya Bagus sambil mendekati
gadis kecil tersebut. "Sandalku hanyut, Kak. Aku ngga bisa pulang, huhuhu." Kata gadis kecil. "Kok bisa? Kamu habis main dari sungai?" Tanya Bagus. "Iya, Kak tolong bantu carikan sandalku ya" Mohon gadis itu kepada Bagus.

"Baiklah, ayo kita cari bersama-sama" Ajak Bagus. Sesampainya di sungai, Bagus
melirik kanan dan kiri untuk mencari sandal gadis kecil itu. Tiba-tiba...

"Ohh..., itu sandalmu bukan yang nyangkut di dekat ranting kayu?" Tunjuk Bagus.
"Iyaa, betul Kakk! Tolong ambilkan ya, Kak" Rengek gadis kecil itu. "Oke, aku akan coba ambilkan ke sana." Kata Bagus. "Iya, Kak." Kata gadis kecil.
 
Langit pun semakin gelap, akhirnya Bagus berhasil mengambilkan sandal gadis kecil
itu menggunakan ranting bambu dengan susah payah. "Ini sandalmu, jangan sampai hanyut lagi ya. Berhati-hatilah" Pesan Bagus. "Wahhh sandalku! Terima kasih, Kak! Ungkap gadis kecil. "Cepat pulang, nanti dicariin mama, lho" Tutur Bagus. "Dadahhh, aku pulang dulu kak." Kata gadis kecil itu sambil bergegas. Bagus juga segera bergegas untuk pulang, karena orangtuanya sudah menunggu di rumah. Setibanya di rumah, Bagus menceritakan semua kejadian yang baru saja ia alami tadi kepada orangtuanya. "Waduh, Nak. Kenapa baru pulang? Ini sudah mau maghrib, lho" Tanya Bapaknya. "Iya, Pak, maaf tadi ada sesuatu di jalan pulang." Jawab Bagus. "Sudah, Nak, kamu mandi dulu sana. Nanti kita sambung lagi." Tambah Ibunya. "Baik, bu." kata Bagus.

Beberapa menit kemudian. "Pak, tadi Bagus ketemu sama gadis kecil di Jembatan
Kawung." Jelas Bagus. "Apa?! Kamu beneran ketemu sama gadis kecil itu?!" Tanya Bapaknya. "Iya, Pak. Tadi dia kehilangan sandalnya, ya sudah Bagus bantuin cari deh, makanya jadi telat pulangnya." Jelas Bagus. "Berhati-hatilah, Nak. Kalau kamu bertemu dengan gadis itu di Jembatan Kawung, sebaiknya abaikan saja dan langsung pulang ya." Sambung Ibunya. "Memangnya kenapa, Bu?" Tanya Bagus terheran-heran. Ibunya hanya terdiam dan terpancar aura kesedihan dari raut wajahnya. "Sudahlah, Nak. Turuti saja perkataan ibumu. Ibumu benar kamu harus berhati-hati ketika melewati jembatan itu, Nak." Tutur Bapaknya. "Baik, Pak...Bu..."Jawab Bagus. "Sebenernya ada apa sih? Ibu sampai terlihat sedih begitu." Dalam batin Bagus.

Tak lama kemudian Bagus pun kembali ke kamarnya dan tertidur. Kali ini ada sesuatu
yang janggal di dalam mimpinya tersebut. Di tengah malam yang sunyi, terdengar suara ketukan dari kolong tempat tidurnya, Bagus pun langsung mengecek kolong tempat tidurnya tersebut, tetapi hasilnya nihil. Ketika hendak kembali ke tempat tidurnya tiba-tiba terdengar suara ketukan itu lagi dari bawah sana. Spontan Bagus langsung mengecek kolongnya dan terlihat sepasang kaki anak kecil berdiri tepat di seberang tempat tidurnya. Bagus pun langsung mendongakkan lagi kepalanya ke atas ternyata tidak ada orang di sana.

Kemudian ia mengecek kolong tempat tidurnya lagi dan ternyata sudah tidak terlihat
lagi sepasang kaki itu. Tiba-tiba segelas air dari seberang laci tempat tidurnya terjatuh dan pecah, ngerinya lagi kejadian tersebut dibarengi dengan adanya angin kencang yang menembus jendela kamar Bagus hingga terbuka lebar, tirainya melambai-lambai seolah menunjukkan telah datangnya seseorang dari kamar tersebut. Bagus bergegas menutup jendela kamarnya tersebut dan segera membereskan serpihan gelasnya yang terjatuh.

Ketika hendak mengambil serpihan gelas yang tersebar di kolongnya, tiba-tiba ia
menemukan sepotong foto yang sebagian sudah terobek. Terlihat sebuah potret keluarga dengan seorang gadis kecil. Sepertinya Bagus mengenali sandal berwarna merah muda yang dikenakan oleh gadis kecil itu, tetapi ingatan itu tiba-tiba saja hilang seketika. Kemudian terdengar lagi suara ketukan itu dari kolong tempat tidur Bagus. Spontan saja, ia pun langsung menundukkan kepalanya untuk mengeceknya dan hasilnya pun mengejutkan, sebuah tangan kecil dari kolong tempat tidurnya menarik foto itu dari tangan Bagus. Bagus yang terkejut langsung terbangun dari tidurnya dan mengira itu hanya mimpi. Tetapi lebih anehnya lagi serpihan gelas itu benar-benar masih ada dan nyata di depan matanya. Ternyata kejadian tersebut bukan hanya sekedar mimpi, Bagus yang penarasan pun langsung mengecek kolong tempat tidurnya, tetapi lagi-lagi hasilnya nihil. Karena takut, Bagus langsung bergegas ke
kamar orangtuanya dan menceritakan kejadian yang di luar nalar itu.

Keesokan harinya orang tua Bagus berpesan, agar dirinya selalu berhati-hati ketika
melewati Jembatan Kawung tersebut. Bagus pun hanya mengangguk patuh. Ketika sedang melewati Jembatan Kawung, tiba-tiba terlintas kejadian semalam di dalam benak Bagus. Ia masih penasaran sebenarnya siapa saja sosok yang berada di dalam foto yang ia temukan semalam. Ia terus memikirkan kejadian semalam yang memimpa dirinya. Tiba-tiba terdengar suara gadis kecil berteriak memanggil namanya dari pinggir sungai, "Kak Bagus!" "Lho siapa yang manggil?" Dalam hati Bagus. Ternyata suara itu berasal dari gadis kecil yang ia temui kemarin dari bawah sana. Bagus pun langsung menghampiri gadis kecil itu. Tetapi Bagus menemukan hal yang janggal, gadis kecil itu lagi-lagi hanya mengenakan sandal sebelah. Bagus pun bertanya-tanya, tidak mungkin ini adalah hal yang hanya kebetulan. Gadis kecil itu mengatakan bahwa sandalnya hanyut lagi di sungai. Itu sungguh aneh, Bagus pun terheran-heran. Setelah terdiam sambil melihat sandal gadis kecil itu, tiba-tiba terlintas lagi di benak Bagus tentang potret keluarga kecil yang ia lihat semalam. "Sandal itu..., aku pernah melihatnya." Ucap Bagus ragu. "Ya, kamu sudah melihatnya semalam, bukan?" Kata gadis kecil itu. "Bagaimana bisa kamu tahu?" Jawab Bagus dengan penasaran. "Kamu...kamu adalah gadis kecil yang ada difoto itu, kan? Sandalmu sama persis, tapi bagaimana bisa kamu..."

Tiba-tiba saja ucapan Bagus terhenti. Gadis kecil itu menceburkan dirinya ke dalam
sungai. Bagus spontan berniat untuk menolong gadis kecil itu dengan ikut menceburkan dirinya ke dalam sungai. Setelah masuk ke dalam pusaran sungai Bagus sadar ternyata itu adalah sebuah tipuan halusinasi, ia berusaha menyelamatkan diri tetapi sudah terlambat arus air terlalu kencang di bawah sana. Bagus tidak sanggup untuk menyelamatkan dirinya. Kesadarannya pun mulai menghilang tiba-tiba muncul gadis itu di hadapan Bagus, "Hahaha, ternyata kamu sudah tahu ya, Dik?!" Kata gadis kecil itu dengan mengejutkan. "Aku sudah lama menantikan hari ini, akhirnya kita bisa bermain bersama-sama di sini." Lanjut gadis itu lebih mengejutkan. Sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya, Bagus diberikan gambaran pada masa lalu oleh gadis kecil itu. Foto yang ia lihat semalam ternyata itu adalah potret kedua orangtuanya dan gadis kecil itu. Gadis kecil itu adalah kakaknya yang sudah meninggal 12 tahun yang lalu, sebelum kelahirannya. Orang tua Bagus selama ini menutupi kejadian tragis yang menimpa anak perempuannya dengan tujuan agar suatu saat Bagus tidak mengalami hal malang yang sama seperti yang dialami oleh kakak perempuannya. Gadis kecil itu meninggal setelah hanyut ke dalam pusaran Sungai Kawung akibat mencari sandal kesayangannya yang hanyut ketika sedang bermain di sungai. Ia meninggal tepat di hadapan ibunya. Ibunya pun langsung menolongnya tetapi sudah terlambat, putri kecilnya yang berusia 5 tahun sudah tenggelam terbawa arus pusaran sungai. Rasa sesal yang selama ini ibunya pendam membuat gadis kecil itu masih berharap kehadiran ibunya untuk dimintai pertolongan, tetapi semenjak kejadian itu, ibunya tidak kunjung melintas di jembatan itu lagi. Sejak itulah tempat itu terkenal dengan sebutan "Pusaran Jembatan Kawung" yang sudah memakan korban kakak beradik di dalamnya.

No comments:

Post a Comment