SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Friendship is not a lesson you can learn in the school. But you have not learned anything if you haven't learned the meaning of friendship. (Shufi Salsabila)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan merupakan hiasan kemakmuran serta tempat perlindungan dalam kesulitan. (Aristoteles)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan merupakan kehidupan itu sendiri. (JOHN DEWEY)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan mempunyai akar yang pahit tapi buahnya manis. (Aristoteles)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Di depan memberi teladan,Di tengah memberi bimbingan, Di belakang memberi dorongan. (Ki. Hajar Dewantara)

Saturday, October 30, 2021

Tulus

 Tulus

Karya : Rosnafisah Setyani

Bukan maksud hati menceritakan seorang penyanyi
Tapi diksi yang ku tulis dalam sunyi
Menceritakan tentang masalah hati
Yang kucoba tumpahkan dalam kertas suci

Pekatnya tulus dalam hati
Membuat candu para penikmatnya
Tak bisa menunggu atau menanti
Disayangi semua orang para pelakunya

Baik dalam mencintai
Maupun dalam mengikhlaskan
Sungguh tulus itu begitu didambakan
Oleh para insan yang terasa abai

Semua akhir dari tulus
Pasti akan mangkus
Mengurangi ragu dalam diri
Dan enggan untuk mengakhiri


»»  Baca Selengkapnya...

Terima Kasih

 Terima Kasih

Karya : Rosnafisah Setyani

Terima Kasih
Karya : Rosnafisah Setyani

Terima Kasih untuk diriku sendiri
Sudah berusaha sebaik mungkin 
Sampar sudah berada di titik ini 
Walau terkadang terhempas angin

Aku selalu bilang terima kasih pada orang lain 
Sampai aku lupa pada diri ini
Yang berhak menerima keistimewaan 
Karena sudah berjuang sejauh ini

Anca selalu datang tanpa henti 
Hingga terbenak rasa abacai
Namun kuat selalu datang tanpa henti 
Dari tubuh yang selalu aku abarkan selama ini

Terima Kasih 
Sudah berusaha tanpa pamrih 
Melawan kejamnya dunia setiap hari 
Yang tak pernah kupikirkan selama ini.




»»  Baca Selengkapnya...

Setelah Hujan Ini, Bunga kan Mekar

 Setelah Hujan Ini, Bunga kan Mekar

Puisi Karya: Andika Ramadhan

Biasanya ketika hujan, rasa betah dirumah makin bertambah
Namun hujan kali ini berbeda
Seakan-akan mendorong untuk keluar
Basah, tertawa, bermain, dan bahagia
Sebab setahun lebih ku tak kemana
Rumput menghijau dan meninggi
Tapi, tak ada yang ku cari
Dia yang kuning, merah, dan merah muda
Merona ketika menguncup
Semerbak ketika merekah
Ku teroka alam pikiranku
Kemana si cantik kecil nan semerbak ini?
Rupanya derai hujan membuatnya layu
Aah tak apa aku tunggu sampai hujan ini reda
Demi wangi semerbak yang memanjakan mata



»»  Baca Selengkapnya...

Rinduku, Bukankah Hanya Milikmu?

 Rinduku, Bukankah Hanya Milikmu?

Karya: Andika Ramadhan

Bolehkah bila ku ucap rindu?
Setelah sekian lama rindu ini diperaduannya
Bila waktu yang banyak tak dapat kau beri,
Bolehkah aku memintanya sedikit namun setiap hari?
Bila tak sedikitpun waktu bisa kau bagi
Bisakah kau tinggal laptop mahalmu itu walau sehari?
Ku tahu menghabiskan waktu bersamaku tak berbuah apa-apa
Namun canda kecil dalam kehidupan kita, kadang kan membekas selamanya
Waktumu, tenagamu, kemampuanmu akan berkurang
Namun kebahagian tiada pernah tergantikan
Kesibukan memang melelapkan
Namun jangan pula menanggalkan tidur, kesehatan, kawan, hobi, dan juga kebahagiaan
Tiada waktu yang tersisa jika tidak disisakan
Tiada waktu yang tersedia jika tidak disediakan
Semuanya hanya tentang siap atau tidak kau beralih ritme
Apakah kau pilih ritme sedu-sedan kemudian habis, atau
Ritme yang penuh warna dan tari-tarian
Ketika habis, kau bisa memutarnya kembali berkali-kali
Dariku yang menunggu waktu luangmu
Karena kau tahu, rinduku hanya milikmu



»»  Baca Selengkapnya...

Kisah Yang Paling Aku Takutkan

 Kisah Yang Paling Aku Takutkan

Karya: Andika Ramadhan


Semua manusia pasti punya ketakutan
Begitupun aku, punya jua ketakutan
Yang aku paling takutkan adalah kehilanganmu
Temanku, kisahku, memoriku, dan perjalananku
Banyak kisah, pengalaman, dan jalan baru, yang ku kenal kala bersamamu
Kau ajarkan aku adat, budaya, dan kebiasaan tempat yang kita kunjungi
Berjuta inspirasi ku dapat darimu, saling berbagi, peduli, ikhlas, dan perjuangan hidup
Bahkan ku dapat tips dan trik “sok kenal dan sok dekat” dengan orang lain
Suatu pengalaman tak ternilai bagiku
Kan ku kenang selama-lamanya


»»  Baca Selengkapnya...

Kepuasan Hati

 Kepuasan Hati

Opini Karya: Andika Ramadhan


Ada banyak hal yang dapat membuka cakrawala pikiran dan pandangan kita salah satunya yaitu dengan membaca buku, apalagi kita memaknai dan menginternalisasikannya dalam kehidupan kita, akan terucap kata-kata “oh iya ya” atau “oh pantas saja selama ini….” Dan kata-kata lain yang menandakan ada hal baru yang kita ketahui dari buku tersebut serta menjawab pertanyaan atau problema yang selama ini diri kita pertanyakan.
Saya membaca sebuah buku yang menurut saya luar biasa bagus secara penataannya pun cukup bagus, cukup ringkas untuk dibaca, judul buku tersebut adalah 26 Keys of Happiness karya J. John, namun pada saat ini saya bukan ingin mereview tentang buku tersebut, bukan pula ingin membuat resensinya, melainkan ingin menceritakan satu poin dari dalam buku tersebut yaitu tentang Kepuasan Hati (Contentment).
Pada pembahasan tentang Kepuasan Hati (Contentment) bagian tersebut menjelaskan bahwa dalam setiap aspek kehidupan akan ada ketidakpuasan, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau begitu penulis menggambarkannya, dan begitulah pikiran kita juga selama ini, bukan? Selama ini kita kerap berpikir apa yang orang lakukan selalu lebih baik daripada apa yang kita lakukan sehingga kita selalu merasa tidak puas dengan pencapaian diri kita sendiri.
J. John mengatakan bahwa “kepuasan hati yang sesungguhnya dapat ditemukan bukan karena Anda memiliki segala yang diinginkan, tetapi karena Anda tidak menginginkan segala hal” (John, 2010). Menurut saya sangat sulit ketika kita tidak menginginkan segala hal yang ideal dalam hidup kita, semua orang pasti akan memiliki rasa ingin segala hal.
Menurut saya masalah kepuasan hati bukanlah didasari atas “kita tidak menginginkan segala hal” tentunya sebagai manusia kita memiliki hasrat untuk menginginkan segala hal, namun yang perlu ditekankan seharusnya bagaimana jika segala yang kita inginkan itu tidak tercapai atau terwujud? Jawabannya adalah penerimaan dengan ikhlas apapun hasilnya. Ringkasnya kepuasan adalah hasil dari penerimaan dengan ikhlas apapun hasil dari yang kita inginkan.
Kepuasan hati juga perlu dibarengi dengan usaha yang pantang menyerah, agar kepuasan hati tersebut tidak menjadi boomerang bagi kita, dan menjadi alasan kita malas dalam usaha mengejar apa yang kita inginkan. Singkatnya kepuasan hati yang sesungguhnya adalah ketika kita sudah bekerja keras untuk mewujudkan sesuatu dengan karsa dan tenaga kita sendiri.

Referensi
John, J. (2010). 26 Keys of Happiness 26 Rahasia Menemukan Kebahagiaan Dan Menikmati Hidup. Penerbit Raih Asa Sukses.






»»  Baca Selengkapnya...

Hei Kau, Orang Baik

 Hei Kau, Orang Baik

Karya: Andika Ramadhan

Sajak ini aku persembahkan untuk sahabatku
--
Ingatkah bagaimana dulu kita berkenalan, jauh sebelum dunia ini mengenal baik diri kita
Pembicaraan kita kadang kosong tapi kadang pula berisi dan penuh makna
Sebab, jauh didalam hati kita saling menyayangi dan saling mengerti adalah hal terpenting
Aku tahu seada-adanya dirimu
Tanpa senyum dibuat-buat
Tanpa tenang dalam kepanikan
Tanpa diam yang tidak bermakna
Aku tahu raut muka bahagiamu
Aku tahu muka kesalmu
Aku tahu gerak malu tubuhmu
Satu hal lagi yang aku tahu,
Kamu adalah orang yang baik dan tulus



»»  Baca Selengkapnya...

Tak Sejalan

 Tak Sejalan 

Karya : Rosnafisah Setyani


Kita pernah bersama
Saat itu kitalah peran utama
Di tempat yang sama
Dengan mimpi yang kita punya

Kita semakin dewasa
Mendapat ragam paradigma
Yang telah pisahkan kita
Jalan dan tujuan yang berbeda

Tuhan hanya temukan dan tak satukan
Karena kita long distance religion
Ditemukan namun salah
Berakhir dengan tak indah

Antara azan yang berkumandang
Serta lonceng yang berdentang
Aku percaya
Sujudku dan genggaman tanganmu
Akan bertemu di amin yang sama
Walau rasanya semu


»»  Baca Selengkapnya...

Tak Bisa Bersama

 Tak Bisa Bersama

Karya: Rosnafisah Setyani

Kau datang sebagai pesan pembalasan
Aku datang sebagai dosa yang kau perbuat
Kita bersama sebagai kesalahan
Seperti luka bersayat-sayat

Kita semua begitu egois
Kita semua begitu pesimis
Kita semua begitu ingin dimengerti
Kita semua begitu ingin dikasihi

Semesta sudah memberikan kesempatan
Kesempatan yang memberi kemungkinan
Kemungkinan untuk saling percaya
Percaya untuk bersama selamanya

Namun, luka dihati begitu nyata
Sehingga tak sanggup memandang mata
Kesempatan t’lah kita sia-siakan
Kenangan t’lah kita lupakan

Ku tahu kau tak mungkin kembali
Semua luka begitu coba kita tutupi
Akankah kita menyalahkan keadaan
Jika nyatanya tak sejalan

Sudah jelas
Kita sudah tak pantas
Kita tak bisa bersama
Untuk selamanya




»»  Baca Selengkapnya...

Berlari Mengejar Zaman

 Berlari Mengejar Zaman

Oleh: Andika Ramadhan

Pandemi COVID-19 yang telah merenggut banyak nyawa dan memadamkan banyak mata pencarian masyarakat, namun nyatanya pandemi ini bukan sekadar masalah kesehatan dan masalah ekonomi semata tapi juga masalah dalam batin kita yang bergejolak mendengar begitu banyak berita duka dan masalah ngejelimet penuh ketidakpastian.
Pandemi ini membuka begitu banyak tabir kebenaran dan kenyataan dari pemerintah kita bahkan diri kita sendiri, kenyataan sering meremehkan masalah, kenyataan penuh ketidaksiapan, kenyataan sering mudah puas, kenyataan selalu ada bisnis dalam kesulitan, kenyataan bahwa kita tidak benar-benar diperhatikan, dan masih banyak lagi kenyataan-kenyataan yang menyadarkan kita bahwa pandemi ini adalah awal untuk memperbaiki.
Pandemi ini memang suatu bencana yang begitu dahsyat dan menyakitkan bagi kita semua, namun sisi lain pandemi ini adalah berhasil menyingkap tabir kebenaran yang seharusnya memang diperbaiki dan mungkin tidak akan pernah diperbaiki jika pandemi ini tidak terjadi, pandemi ini dapat menjadi jet pendorong untuk kita menuju masa depan yang lebih baik dan lebih siap dalam semua aspek.
Dari pandemi kita belajar bahwa memahami dan mengaplikasikan teknologi merupakan suatu tuntutan zaman yang tidak dapat kita abaikan apalagi dihindari, pandemi ini menuntut kita memperbaiki sistem hingga fasilitas kesehatan serta memperbaiki perlindungan terhadap tenaga kesehatan, pandemi ini melalui belajar daring memberikan kita peringatan bahwa belum seluruh Indonesia mendapatkan fasilitas internet bahkan belum mampu memiliki perangkat komunikasi, dan pandemi ini juga mendorong kita untuk hemat dan ringkas.
Jika pandemi ini dapat kita lalui dan masalah yang terkuak dapat diselesaikan, maka kita telah mengalami perubahan menuju yang lebih baik, kita akan memasuki era baru yang memangkas ketertinggalan kita. Namun, jika kita tidak belajar dari pandemi yang terjadi saat ini, mungkin kita tidak akan mampu bertahan dalam menghadapi pandemi-pandemi yang akan terjadi dimasa depan.

“Kesakitan membuat Anda Berpikir, Pikiran membuat Anda Bijaksana, Kebijaksanaan mwmbuat kita dapat bertahan dalam hidup”
(John Pattrick)



»»  Baca Selengkapnya...

Arunika

 Arunika

by: anonim

Saat itu entah mengapa aku selalu menunggu senja untuk larut bersama gelapnya malam. Saat dinginnya malam yang kutunggu menggantikan hangatnya senja itu. Saat pekat hitam yang kutunggu menggantikan indahnya jingga itu. Saat itu pula aku menunggu kesunyian malam yang melewatkan hiruk pikuk keramaian itu. Aku mencoba berdamai dengan sesuatu yang disebut masa lalu. Semua hal yang kuceritakan pada malam, semua yang kuserahkan pada sinar bulan, dan semua harapan yang kugantungkan pada bintang. Apa aku akan selalu berteman dengan malam?. Aku sudah paham betul apa yang akan malam jawab padaku. Apakah akan muncul Arunika untukku?. Entah sudah berapa lama aku menunggu indahnya Arunika. Apakah salahku yang sulit untuk mengungkapkan? Apakah semua salah ku yang masih tergelincir oleh pahitnya masa lalu? Apakah semua salahku yang tidak cukup berani untuk menjemput Arunika ku?. Entah lewat beribu malam Arunika ku tak kunjung menghampiri. Apakah saatnya aku yang menjemput? Pikiran ku ragu untuk menjemput karena malam selalu menghantuiku. Aku selalu bertanya pada malam, hingga aku bisa meninggalkan malam dengan perlahan dalam waktu ke waktu. Ya, saat itu aku memilih menjemput sendiri Arunika ku dan ku coba tinggalkan malam yang sudah bersamaku saat itu. Tidak mudah untuk menjemput arunika ku, malam masih saja selalu menghalangi dan menghantui ku. Entah mengapa malam selalu membujukku untuk kembali dalam peluknya. Hatiku masih berhasrat untuk mencoba menjemput Arunika ku, walau malam selalu punya waktu dalam menghampiriku. Mengapa aku sulit sekali menyambut Arunika? Mengapa malam selalu berperan dalam semua kemampuanku? Ya, aku akan keluar dari malam dan benar-benar menjemput Arunika. Sejak saat itu aku selalu ingin bertanya pada hangatnya Arunika kepadaku, aku selalu ingin mengungkapkan semua yang aku pendam kepada arunika tapi mengapa aku selalu luluh oleh sinarnya dan hangatnya Arunika?. Setelah kulewati ribuan jalan berkabut untuk menjemput Arunika, akhirnya aku bisa bertanya kepadanya. Aku bertanya, “Jika kau kujemput dengan bantuan malam, apakah kau akan tetap bersinar dan menghangatkan?” dengan lirih Arunika ku menjawab “Ya, kau memang pantas menjemputku dengan malammu yang akan kuubah menjadi sebuah kehangatan”.



»»  Baca Selengkapnya...

Monday, August 30, 2021

Bagaimana Jika Aku Mencintaimu

 Bagaimana Jika Aku Mencintaimu

Karya : Rosnafisah Setyani


Jika aku menyatakan perasaanku padamu

Apakah kau akan membenciku?

Apakah perasaan itu akan terbalaskan olehmu?

Apakah perasaan itu salah, jika aku nyatakan padamu?


Begitu banyak pertanyaan yang terabaikan

Seperti layaknya luka

Jika perasaan ini tidak aku nyatakan

Luka ini akan infeksi dan menghadirkan luka


Kamu adalah ketidakmungkinan yang aku paksakan

Begitu jauh tak dapat tergapai

Karena kamu adalah harapan yang tak dapat tercapai

Yang sangat aku inginkan


Aku sadar diri ini tak sempurna dirimu

Tak seindah apa yang kamu harapkan

Keegoisan ku membawaku padamu

Membungkus cinta yang tak pernah terbalaskan

»»  Baca Selengkapnya...

Pulang

 Pulang

By : A


Hingga saat ini yang kulihat dan genggam hanya potret usang berdebu           Mengisahkan banyak memori yang merenggut kesadaranku di balik selimut usang tak bertuan Kesendirian seperti kalimat mimpi buruk tanpa akhir hanya ada dersik yang menyentuh diri hingga ke relung sukma

Katamu potret hal yang mampu meredakan jiwa menggebu ingin bertemu namun pada kenyataannya potretmu hanya membawa rindu dan luka tak berujung                                         

Di kolong langit setiap malam meratapi bayangan hadirmu yang merusak separuh warasku

Bayangmu menjejal sampai ke inti alam bawah sadarku  Hingga sampai ke titik 0 kewarasanku,bisakah engkau sekali saja pulang?        Merindukanmu adalah hal yang tak mampu aku tanggung sendirian,bisakah? Bisakah bergabung bersamaku menepis kesunyian malam ini,sekali saja hingga lelapku bukan lagi menjadi hal yang melelahkan.

»»  Baca Selengkapnya...

Presiden Berbicara Angin

 Presiden Berbicara Angin

oleh Aldo Pratama Putra


Ketika membaca judul tulisan ini, apa yang anda pikirkan? Apakah anda berpikir bahwa Presiden membicarakan bencana angin kencang? Atau apakah anda berpikir bahwa Presiden membicarakan arah angin? Tentu akan ada banyak pemikiran dan pemahaman yang ada dibenak pembaca ketika melihat judul dari tulisan ini. Namun yang dimaksud oleh penulis mengenai “Presiden Berbicara Angin” adalah pernyataan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, beberapa bentuknya menyerupai angin, tidak bisa dipegang. Benar, pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo akhir-akhir ini dipertanyakan konsistensi dan pengaruhnya. Hal ini dikarenakan beberapa pernyataan beliau tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya. Penulis akan menjabarkan beberapa pernyataan yang dimaksud ini.

Pertama, pernyataan Presiden mengenai Tes Wawasan Kebangsaan KPK. Pada saat itu, tes ini menjadi buah bibir masyarakat luas. Hal ini dikarenakan banyak pegawai KPK yang tidak lolos tes saat itu memberikan keterangan bahwa tes yang dilakukan kepada mereka terlihat tidak relevan karena beberapa pertanyaan yang ada dalam tes tersebut menunjukkan kejanggalan dan lebih terlihat aneh oleh pegawai-pegawai KPK. Kemudian Tes Wawasan Kebangsaan ini digunakan sebagai tolak ukur keberlanjutan status kepegawaian dari pegawai-pegawai KPK. Muncul asumsi di masyarakat bahwa Tes Wawasan Kebangsaan ini hanyalah alat untuk mengeluarkan pegawai-pegawai KPK sekaligus upaya melemahkan KPK. Tidak lama berselang, Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataannya mengenai Tes Wawasan Kebangsaan KPK ini. Presiden menyampaikan pernyataannya melalui laman Youtube Sekretariat Presiden pada Senin, 17 Mei 2021 yang dikutip, “Hasil Tes Wawasan Kebangsaan terhadap pegawai KPK hendaknya menjadi masukan untuk langkah-langkah perbaikan KPK, baik terhadap individu-individu maupun institusi KPK, dan tidak serta merta dijadikan dasar untuk memberhentikan 75 pegawai KPK yang dinyatakan tidak lolos tes.” Pernyataan ini tentu menjadi angin segar masyarakat yang khawatir terhadap upaya pelemahan KPK. Namun beberapa hari berselang setelah pernyataan Presiden tersebut, Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, melakukan keterangan persnya pada 25 Mei 2021 yang dikutip melalui siaran Kompas TV, menyatakan bahwa sebanyak 51 pegawai KPK yang tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan tidak bisa dilakukan pembinaan lebih lanjut berdasarkan penilaian asesor dan tidak bisa bergabung dengan KPK. Pemecatan ini tentu berlainan dengan pernyataan Presiden. Yang amat disayangkan pula bahwa Presiden tidak mengeluarkan pernyataan lebih lanjut mengenai kejadian ini yang akhirnya menunjukan bahwa pernyataan Presiden tidak sesuai dengan realita yang terjadi.

Tidak hanya mengenai Test Wawasan Kebangsaan, pernyataan Presiden mengenai larangan rangkap jabatan juga menuai pertanyaan mengenai konsistensi pernyataannya. Pada 21 Oktober 2014 yang dikutip melalui Antara TV Indonesia pada laman Youtubenya, Presiden menyatakan langsung bahwa tidak diperbolehkan rangkap jabatan. Presiden Joko Widodo berujar “Tidak boleh rangkap-rangkap jabatan. Kerja di satu tempat saja belum tentu benar, kok.” Namun nyatanya, Presiden Joko Widodo secara tidak langsung mengizinkan praktik rangkap jabatan melalui pengesahan PP No. 75 Tahun 2021 tentang Statuta UI. Hal ini sebelumnya dipicu oleh adanya rangkap jabatan yang dilakukan oleh Rektor UI, Ari Kuncoro, yang juga menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama BRI. Padahal dalam peraturannya, Rektor dilarang merangkap jabatan sebagai pejabat perusahaan BUMN dan BUMD. PP No. 75 Tahun 2021 merevisi PP No. 68 Tahun 2013 yang menyebutkan bahwa Rektor dan Wakil Rektor UI tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai pejabat perusahaan BUMN atau BUMD. PP No. 75 tahun 2021 terdapat revisi bahwa Rektor dan Wakil Rektor dilarang merangkap jabatan sebagai direksi pada perusahaan BUMN atau BUMD. Tidak terdapat lagi larangan mengenai rangkap jabatan sebagai pejabat BUMN atau BUMD seperti jajaran Komisaris.

Hal ini tentu menimbulkan anggapan bahwa beberapa pernyataan Presiden Joko Widodo tidak memiliki konsistensi dan tidak sesuai dengan realita yang akan terjadi ataupun sedang terjadi dan ditambah Presiden tidak mengeluarkan pernyataan sikap lanjutan baik melalui dirinya langsung maupun melalui Juru Bicara atau Staf Kepresidenannya mengenai polemik yang terjadi sehingga kepercayaan masyarakat mengenai pernyataan selanjutnya yang akan dikeluarkan Presiden akan dipertanyakan. Selanjutnya juga merupakan hal yang wajar jika masyarakat memprotes mengenai hal tersebut. Bentuk protes ini salah satunya dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia yang menjuluki Presiden Joko Widodo sebagai “The King of Lip Service” karena penyataannya yang tidak konsisten dan tidak sesuai memang mengindikasikan bahwa dirinya hanya melakukan retorika semata melalui pendapat Presiden itu sendiri. Bentuk protes ini seharusnya menyadarkan Presiden bahwa beberapa pernyataannya dipertanyakan masyarakat.

Jika menilik alasan yang menyebabkan pernyataan Presiden tidak sesuai dengan realita dan tidak konsisten, penulis dapat merumuskan prediksi-prediksinya. Kemungkinan pertama mengenai penyebab hal tersebut yaitu mungkin pernyataan Presiden tersebut digunakan hanya untuk meredakan perdebatan dan ketegangan yang ada di masyarakat secara sementara. Presiden berupaya mengontrol kondisi awal masyarakat mengenai suatu polemik melalui pernyataannya hingga timbul suatu keputusan tertentu, Presiden melepas kontrol tersebut begitu saja. Kemungkinan selanjutnya bahwa Presiden memiliki sikap yang sangat terbuka mengenai perubahan. Ketika diawal mengeluarkan suatu pernyataan tertentu berpendapat A, kemudian setelah dipertimbangkan dan melihat kondisi yang ada, ia berubah pandangan menjadi B. Keterbukaan mengenai perubahan ini tentunya harus dijelaskan pula kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak kebingungan mengenai pernyataan mana yang masih sesuai dengan kehendak Presiden. Kemungkinan selanjutnya karena Presiden Joko Widodo adalah bukan merupakan seorang ketua umum partai, kehendaknya masih sangat dipengaruhi oleh arahan dan masukkan dari petinggi-petinggi partainya. Yang harus digarisbawahi ialah semua kemungkinan dan prediksi tersebut belum tentu benar. Hanya Presiden Joko Widodo yang dapat mengutarakan penyebab sesungguhnya mengenai ketidaksesuaian dan ketidakkonsistenan pernyataannya selama ini.

»»  Baca Selengkapnya...

“MASA DEPAN KONSTITUSI: EMAS DENGAN INTEGRITAS ATAU LEMAH KARENA KEPENTINGAN”

"MASA DEPAN KONSTITUSI: EMAS DENGAN INTEGRITAS ATAU LEMAH KARENA KEPENTINGAN”

Oleh : Tias Cahyani Lestari

Indonesia sebagai negara hukum dan berdaulat memiliki sejarah panjang tentang konstitusi. Indonesia memiliki konstitusi sebagai dasar negara yang dijadikan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Hukum berfungsi menjadi salah satu instrumen yang krusial dalam suatu negara dengan menjamin tegaknya keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakatnya. Negara tanpa hukum yang mengatur bagai hujan disertai badai. Kebebasan menjadi legal, orang-orang berakal dimusnahkan, kenikmatan menjadi segalanya bagi mereka yang liberalis. Miris.
Sebagai negara yang sudah diakui kemerdekaannya, segala sesuatu yang dijalankan harus sesuai dengan amanat konstitusi. Secara hierarki, hukum yang paling utama dan fundamental adalah konstitusi (Ngainnur Rohmah, 2021). Memaknai negara Indonesia berdasar atas hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machsstaat), maka pemerintah harus berdasar atas hukum dan konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutism. Fungsi konstitusi menentukan batas-batas kekuasaan. Hal ini menjelaskan bahwa segala aktivitas negara dan pemerintah harus didasarkan pada hukum. 
Dari kacamata penulis, produk hukum yang sudah disahkan hari ini, umumnya berseberangan dengan amanat konstitusi. Mengapa? Hukum hari ini dikemas bukan atas dasar rakyat melainkan untuk kepentingan korporat. Rakyat semakin melarat, korporat tambah asik untuk menjilat. Perseteruan, aksi besar-besaran, pengajuan judicial review ke Mahkamah Konstitusi menjadi sebuah bentuk perlawanan rakyat yang sudah semakin kecewa dari kepemimpinan hari ini. Harus dipahami, sebagai negara hukum, tidak hanya konstitusional pasal yang harus diuji, melainkan juga proses pembuatan undang-undang.
dari seluruh perkara pengujian formil undang-undang, belum ada satupun permohonan pengujian formil undang-undang yang dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi. Fakta ini menimbulkan pertanyaan mengenai peran Mahkamah Konstitusi dalam melakukan pengawasan terhadap proses legislasi. Prinsip demokrasi juga menghendaki adanya kontrol. Tidak boleh ada satu bagianpun dari sistem ketatanegaraan yang tidak bisa diawasi. 
Berbicara tentang masa depan konstitusi, tentu selalu berkaitan dengan nasib lembaga hukum kedepannya yang akan mengalami regenerasi. Kader atau penerus yang akan terlibat di dalam lembaga tersebut tentu menginginkan yang berkompeten dan memiliki kapabilitas apik. Dari keresahan milenial hari ini terhadap produk hukum yang sudah legal menimbulkan kekecewaan yang tebal. Penulis mewakali suara milenial hari ini, turut berdukacita dengan kabar reformasi dikorupsi. Rakyat memiliki harapan tebal dengan milenial hari ini yang dapat menyelamatkan suara rakyat demi keberlangsungan hidup yang baik. 
Amanat Konstitusi dalam pembukaan UUD 1945, frasa yang berbunyi “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang didasarkan pada prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” merupakan sebuah tujuan bangsa ini didirikan. Dengan memastikan masa depan konstitusi lebih cerah, penulis sempat berdiskusi hangat dengan salah satu mantan Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Indonesia tahun 2020, Bung Fawzi Muhtadi. Dari perbincangan hangat tersebut, penulis merangkum bahwasanya milenial Indonesia perlu mengetahui tiga strategi sederhana untuk perbaikan konstitusi ke depan: 

Pertama, milenial harus mengupgrade kapabilitas diri. Mengapa? Karena bagaimanapun juga tantangan millenial kedepannya tentu bertemu dengan permasalahan kompleks dan persaingan yang ketat, sehingga memerlukan problem solving yang tepat. Masa depan konstitusi ditentukan pula dari milenialnya yang meregenerasi dalam memperbaiki iklim hukum. Integritas serta tekad yang teguh menjadi modal untuk melanjutkan visi dari konstitusi. Ciri-ciri kepemimpinan visioner yaitu menggunakan inspirasi bersama yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri dan empati (Goleman, 2002). Mengupgrade diri sendiri, bisa dipertajam dengan membaca buku, baca berita, memiliki circle yang positif, dan menguasai 4C (Critical thinking, Colaboration, Creative, Communication). Sejatinya hal itu tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri melainkan agar menjadi manusia versi lebih baik dari sebelumnya.

Kedua, milenial perlu mengupgrade dari aspek masyarakat. Perlu kita ketahui bahwa para penguasa yang saat ini duduk memangku jabatan seperti DPR, MPR, dan Presiden merupakan hasil suara yang diberikan rakyat. Maka dari itu, langkah cerdas milenial bisa bergerak dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai keresahan kepemimpinan hari ini yang membuat mayoritas masyarakat mengalami ketidakpuasan atau tidak mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara tanpa mencampuradukkannya dengan berita bohong. Saat mengedukasi sampaikanlah faktanya. Marilah untuk lebih selektif dan cerdas dalam memilih pemimpin, dengan tidak memilih penguasa-penguasa yang memang sudah diketahui riwayat kekuasaannya karena kepentingan. Sejatinya harapan terbesar rakyat kepada pemerintah ialah tidak lain dan tidak bukan agar negara ini dapat menjalankan amanahnya sebagai negara hukum yang berkeadilan.

Ketiga, masuk ke dalam sebuah sistem. Hal ini mengingatkan penulis dengan salah satu teori psikologi sosial dari Kurt Lewin (Ginsburg, dkk, 2012) mengatakan kita tidak dapat mengubah suatu sistem jika kita tidak masuk ke dalam sistem tersebut. Jangan pernah menjadi orang yang merutupi kegelapan, dan jadilah cahaya jika kita di dalam kegelapan. Begitu juga, jika kita memiliki suatu kecintaan atau rasa cinta terhadap Indonesia, dan memiliki potensial berupa kepedulian yang tinggi terhadap nasib bangsa tentu cita-cita ini perlu diteruskan yaitu dengan masuknya milenial ke dalam sebuah pemerintahan atau sistem. Jika sudah bergabung ke dalam suatu sistem, milenial bisa memberi kontribusi berupa kebijakan yang relevan sesuai amanat konstitusi. Sebuah progres yang kecil jangan dianggap remeh, hal ini juga menjadi salah satu reminder untuk penulis, bisa dikatakan faktanya seperti inilah sistem di negara kita. Berbagai pengajuan berupa uji formil, uji materiil, judicial review, constitusional review, pada akhirnya hal ini akan menjadi percuma jika dari pihak legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang masih memiliki sosok yang mengendalikan kekuasaan di negara ini. Mengakibatkan situasi hukum di Indonesia seperti “tajam ke bawah tumpul ke atas”.

Dari hasil perbincangan hangat bersama Bung Fawzi, meninggalkan pesan bahwa penting sekali sejak dini untuk merawat sebuah independensi yang ada di dalam diri. Masa depan negara dan konstitusi ada di tangan milenial, entah kedepannya akan emas karena integritas atau kembali lemah karena sebuah kepentingan. Pesan penulis, tetaplah bermunajat kepada Tuhan yang maha membolak-balikkan hati manusia, agar hati kita dapat diteguhkan dan menjadi mitra kritis bagi pemerintahan yang sedang berdiri demi terciptanya optimalisasi dalam sebuah sistem. Anies Baswedan mengatakan bahwa masa depan mahasiswa tidak hanya dibuat atau dibangun hanya dengan selembar kertas ijazah, anda harus menjadi manusia baru, lebih dari sekedar peneliti, lebih dari sekedar pengajar, tetapi anda harus menjadi pemimpin di Indonesia.
in di Indonesia.

Daftar Pustaka


Amanwinata, R. (1996). Pengaturan dan Batas Implementasi Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul dalam Pasal 28 UUD 1945. Disertasi.
Ginsburg, dkk. (2012). Big Ideas Simply Explained. New York: DK Publisher.
Goleman, D. (2002). Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ngainnur Rohmah, S. (2021). Implikasi Perubahan Konstitusi 1945-1959 Terhadap Sistem Pemerintahan Indonesia. Jurnal Sosial dan Budaya Syar'i, 8(1).

»»  Baca Selengkapnya...

Catatan Harapan

 Catatan Harapan

Oleh Peni Pinandhita


Untuk kalian, penakluk cakrawala di masa mendatang.

bangkitlah, ketika mentari menyapa.

langkahkan kaki menuju tempat merangkai asa.

dan bersiaplah untuk hari penuh warna


ku tahu, ada saat dimana kamu merasa lelah.

namun percayalah, tak pantasnya kamu menyerah.


belajar bukan sebuah tuntutan.

belajar adalah sebuah perjalanan.

perjalanan yang melelahkan namun menjanjikan keindahan.


membaca, mudah diungkapkan.

namun agaknya sulit dilakukan,

jika jiwa ragamu telah menyadari betapa sulit berjuang di hari mendatang,

maka percayalah, hari ini kau tak akan terus menerus diam.

sebenarnya, hanya ribuan alasan yang membuat kamu tak mampu melalukan.

mulailah mengukir langkah agar hidup kian terarah.

mulailah berbenah , agar dimasa depan tak menjadi bedebah.


inilah cara Tuhan menjadikanmu sebagai seorang manusia yang penuh makna.

bukan menjadi manusia yang hanya banyak kata.


Dan tetaplah percaya, akan indah pada waktunya.

»»  Baca Selengkapnya...

Salah Tanggap Kritik Mural

 Salah Tanggap Kritik Mural

oleh Aldo Pratama Putra


Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar pada masyarakat. Kondisi yang memburuk yang ditandai dengan mulai naiknya kasus positif dengan skala yang tinggi dan pasien yang meninggal dunia karena Covid-19 yang signifikan membuat pemerintah harus menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Durasi PPKM yang cukup lama dan tidak merata serta tidak mencukupinya bantuan sosial dari pemerintah membuat masyarakat mulai mengekspresikan kekecewaan mereka pada pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Ekspresi kekecewaan tersebut diwujudkan melalui mural-mural oleh para seniman. Pada abad 17 M ketika era seni modern muncul yang ciri utamanya merupakan kebebasan berekspresi tanpa terikat oleh ikatan-ikatan tertentu, seniman bebas menggunakan media dan visualisasi apapun termasuk turun ke jalan-jalan mengisi ruang-ruang publik dengan media dan pencitraan visual. Mayoritas kegunaan seni lukis mural di ruang publik ini ialah pada kepentingan publik. Kritik sosial merupakan salah satu bentuk yang seringkali menjadi topik utama dalam seni mural jalanan atau street art.

Dari berbagai mural tersebut, terdapat satu mural yang menarik perhatian publik. Mural tersebut berada di daerah Tigaraksa, Banten, yang bertuliskan “Tuhan, Aku Lapar”. Mural tersebut kemudian ramai menjadi perbincangan di media sosial hingga pihak Kepolisian entah apa alasannya merespons kritik tersebut dengan menutup mural tersebut dengan dicat ulang. Kemudian polisi mencari seniman yang menggambar mural tersebut untuk memberikan bantuan sosial. Fenomena ini cukup menarik dibahas terlebih dengan keikutsertaan polisi dalam menanggapi kritik ini. Kritik “Tuhan, Aku Lapar” seharusnya memiliki makna yang tidak sesempit adanya seseorang yang memiliki keahlian seni lukis mural dan dalam kondisi kelaparan memberikan tanda bahwa dirinya sedang kelaparan dalam bentuk seni mural. Mural tersebut adalah kritik sosial bahwa banyak penghasilan masyarakat yang terdampak dengan pemberlakuan PPKM. Jika ditilik lebih jauh, pemberian bantuan sosial juga sebenarnya bukan tugas dari kepolisian, hal itu merupakan tugas dari elemen-elemen pemerintah pusat hingga pemerintah daerah.

Mural “Tuhan, Aku Lapar” ini memantik inisiasi seniman-seniman lain untuk melakukan hal yang sama sebagai bentuk kritik sosial mereka. Tak lama berselang, muncul kembali mural di Tangerang, Banten, yang dalam mural tersebut terdapat seseorang yang terlihat mirip seperti Presiden Joko Widodo dan di bagian mata ditutupi oleh tulisan “404 Not Found” yang kemudian ramai menjadi pembincaraan masyarakat di media sosial. Kali ini, polisi kembali berpartisipasi untuk merespons kritik ini dengan menutup mural tersebut dan mencari seniman yang melukis mural tersebut. Kemudian di Tuban, Jawa Timur, terdapat seseorang yang merasa kagum dengan mural tersebut dan berinisiatif mencetak mural tersebut di kaus. Kepolisian Polres Tuban merespon dengan menangkap orang tersebut yang berakhir dengan permintaan maaf dirinya, dengan dalih bahwa yang telah dilakukan oleh orang tersebut merupakan penghinaan terhadap Presiden sebagai simbol negara serta panglima tertinggi kepolisian karena dalam gambar tersebut terdapat gambar Presiden Joko Widodo yang matanya ditutup dengan tulisan yang sama dengan mural di Tangerang yang juga sedang dicari polisi dengan alasan yang sama, penghinaan simbol negara serta panglima tertinggi kepolisian. Hal ini dikritik keras oleh berbagai kalangan bahwa Presiden bukan merupakan simbol negara.

Jika merujuk pada KBBI, kata “simbol” ialah nomina dari kata “lambang” yang maknanya ialah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Kemudian berdasarkan UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, Presiden tidak termasuk dalam Lambang Negara. Hal ini tentu menampik anggapan bahwa adanya unsur pidana dalam mural tersebut. Jika mural tersebut merupakan bentuk penghinaan, Presiden Joko Widodo yang merupakan pihak yang merasa diihina dalam mural ini harus mengajukan laporan ke penegak hukum karena peraturan mengenai penghinaan ini merupakan delik aduan, bukan delik murni.

Kemudian kepolisian beranggapan bahwa penangkapan yang dilakukan di Tuban dimaksudkan sebagai penerapan Restorative Justice. Lagi-lagi, kepolisian seperti melakukan blundernya secara bertubi-tubi. Pendekatan Restorative Justice dalam sistem pidana merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada kondisi terciptanya keadilan serta keseimbangan bagi pelaku tindak pidana serta korban dalam suatu kasus pidana. Anggapan bahwa yang dilakukan kepolisian Tuban adalah menerapkan Restorative Justice dianggap keliru ialah tidak adanya unsur pidana dalam tindakan membuat kaus dengan design yang sama seperti mural “404 Not Found” di Tangerang. Penerapan Restorative Justice ini juga tidak sama dengan mediasi, terdapat berbagai mekanisme yang diatur didalamnya. Jika hal ini terus dilakukan maka akan banyak orang yang akan dipanggil kepolisian dengan dalih Restorative Justice, panggilan oleh penegak hukum merupakan hal yang menakutkan bagi sebagian besar masyarakat karena beranggapan bahwa ia memiliki kesalahan tindak pidana. Ketakutan masyarakat juga akan berdampak pada kebebasan dalam menyampaikan pendapat. Akhirnya kepolisian menghentikan penyeledikan terhadap kasus mural di Tangerang dan Tuban karena tidak adanya unsur pidana dalam kasus tersebut.

Hal ini tentu menjadi pembelajaran bahwa pihak-pihak pemerintah serta aparat negara yang kedudukannya dibawah rumpun eksekutif agar lebih bijaksana dalam merespon kritik masyarakat dalam bentuk apapun. UU ITE sudah menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapatnya di media sosial, jangan sampai kritik masyarakat di medium manapun terus-menerus dicari kesalahan dan unsur pidananya. Publik mungkin memahami bahwa kurangnya pemahaman aparat negara dalam level kepolisian di sektor kecamatan, kota, dan lain sebagainya pada konsepsi kenegaraan. Kebingungan dan salah tanggap yang dilakukan kepolisian dalam level rendah dapat dimaklumi karena mengenai konsepsi kenegaraan ini merupakan hal yang masih seringkali diperdebatkan oleh praktisi hingga pejabat dalam level atas. Namun apabila ketidakpahaman ini justru menjadikan masyarakat sebagai korban ketidakpahaman mereka dalam konsepsi kenegaraan maka hal tersebut adalah salah besar dan harus dibela oleh sesama masyarakat. Seluruh aparat negara harus memahami konsepsi kenegaraan lebih dalam agar hal ini tidak terjadi kembali. Pemerintah jangan cepat tersinggung karena merasa dilecehkan apabila kritik mengarah kepada mereka karena hal tersebut juga terjadi karena rendahnya kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah itu sendiri. Kritik dari masyarakat harus benar-benar diresapi oleh pemerintah agar kegagalan serta kesalahan yang dilakukan pemerintah dalam melaksanakan proses kenegaraan dapat diperbaiki karena bagaimanapun pemerintah bekerja untuk rakyat Indonesia. Ingatlah sebuah adagium dari Aristoteles yang menekankan bahwa suatu kehormataan di setiap orang itu melekat pada orang-orang yang berhak dihormati yang berbunyi “Dignity does not consist in possessing honours, but in deserving them.”


Referensi

Darmawan, R. A. (2021, Juli 26). “Viral Grafiti ‘Tuhan Aku Lapar’ di Tangerang Dihapus, Ini Kata Polisi”. Retrieved from Detiknews: https://news.detik.com/berita/d-5657189/viral-grafiti-tuhan-aku-lapar-di-tangerang-dihapus-ini-kata-polisi/amp

Hamim. (2021, Agustus 20). “Jokowi “404: Not Found”, dari Mural hingga Desain Kaus, Berujung Diburu Polisi. Retrieved from Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2021/08/20/071200378/jokowi-404-not-found-dari-mural-hingga-desain-kaus-berujung-diburu-polisi?page=all#page2

Syamsiar, C. (2009, Juli). Bentuk dan Strategi Perupaan Mural di Ruang Publik. Brikolase, 1, 33.

Tengens, J. (2011, Juli 19). Pendekatan Restorative Justice dalam Sistem Pidana Indonesia. Retrieved from Hukumonline.com: https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e25360a422c2/pendekatan-restorative-justice-dalam-sistem-pidana-indonesia?page=2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V

»»  Baca Selengkapnya...

Anindita

 Anindita

Karya : Rosnafisah Setyani


Ketika aksa menatap wajahmu

Begitu indah afsun yang kau tampakkan

Bagaikan nirmala dengan anindita


Ketika lembayung sudah tampak

Rasa kagum tampak dalam kalbu

Menunggu datangnya indurasmi

Yang sama indahnya seperti dirimu


Mengapa kau begitu sempurna

Entah aksa atau rasa yang salah

Tapi aku yakin, kau lah yang indah

Aku begitu dewana

Karena sukma telah tertusuk

Tertusuk akan afsun dari dirimu


Hanya satu yang kutanya

Akankah daksa ini mendapatkan anindita mu?

Jika tidak, bisakah aku mengagumimu?

Walau aku tak bisa memilikimu seutuhnya

»»  Baca Selengkapnya...

Amaraloka

 Amaraloka

Karya : Rosnafisah Setyani


Ketika anak dara bertemu dengan dayati

Tumbuhlah dama yang terpekat dewana

Menerbak afsun bagaikan abhati

Hingga sukma tertekan kampana


Membancang rindu dalam dada

Menumpahkannya dalam bait puisi

Meninggalkan kenangan dalam noda

Yang terpaut setiap adorasi


Syair indah tercipta tanpa rencana

Mengisi kalbu dengan rajaswala

Ketika aksa memandang kesempurnaan

Timbul rasa janardana yang tertekan


Amaraloka sangat indah

Terlalu rumit untuk diksi yang kutulis

Hingga tak ada kata menyerah

Dalam atma yang sudah kalis

»»  Baca Selengkapnya...

Tuesday, June 29, 2021

PROBLEMATIK KETIDAKADILAN: Troubleshoot dalam mencari sumber Keadilan

 PROBLEMATIK KETIDAKADILAN: 

Troubleshoot dalam mencari sumber 

Keadilan

Oleh: Farhan Fahrezi


Waktu berjalan dengan cepat tanpa 
adanya sentrikal yang memberikan fokus 
terhadap diri. Seketika teringat kembali 
masa sebelum pandemi, dimana penulis
mengikuti sebuah seminar bersama 
pembicara utama, Prof. Mahfud MD 
dengan tema “Inspirasi, Kreasi, Pancasila” 
di Kampus UI. Diskusi berjalan seiring 
dengan situasi yang tampak cerah 
bagaimana pembahasan dikupas bersama 
dengan beberapa narasumber. Seketika 
arah diskusi dapat ditebak bagaimana 
Pancasila yang menjadi pedoman hidup 
bernegara terimplementasi dalam sendi 
kehidupan “Keadilan di tanah Papua”. 
Diskusi berlangsung dengan polarisasi 
kabar nasional yang sangat tajam terhadap 
sorotan bumi cendrawasih. Dengan suasana 
tenang, diskusi tetap fokus terhadap 
persoalan yang berada di dalam sila ke-5 
Pancasila, yakni “keadilan sosial bagi 
seluruh rakyat Indonesia”.
Seorang narasumber bernama 
Mamat Alkatiri —yang terkenal juga 
sebagai komika atau pelawak di dunia 
entertainment— menyampaikan sebuah
statement mengenai tolok ukur rasa
keadilan yang dirasakan masyarakat papua
terhadap gesekan pemerintah pusat.
Misalnya dalam hal pembangunan sering
berkonflik dengan orang-orang papua yang
nyaman hidup di pedalaman. Kemudian
menurut hematnya, Mamat Alkatiri
merasakan bahwa “keadilan hanya terdapat
pada diri masing-masing individu.”
1
Mengapa demikian? misalnya jika
kita melihat sejauh apa seseorang dapat
memengaruhi otoritas individu lainnya
dapat dijabarkan melalui belief yang
terdapat dalam diri seseorang tersebut. Fritz
Perls mengemukakan bahwa:
“People believe that
their viewpoint of the
world is the objective
truth, But human
experience is colored by
the personal ‘lenses’
through which we view
it. We become aware
that we are building our
own world, or ‘truth’.
Truth can only be
tolerated if you discover
it yourself.”
2
Seseorang dapat mengubah realitas
batin dan akhirnya keluar dari realitas
eksternal. Misalnya seperti individu perlu
membuang nilai-nilai yang "diberikan" dari

masyarakat dan keluarga. Individu

memiliki objektivitas sendiri terhadap

kemampuan mereka meyakini kebenaran

yang telah mereka raih, sehingga individu

menemukan nilai-nilai yang sebenarnya di

dalam dirinya.

Setelah memahami adanya

keterkaitan antara pengaruh sistem belief

terhadap diri seseorang. Perlu untuk

diketahui juga bahwa tinjauan ini terdapat

hubungannya dengan belief in just world

(BJW) atau dikenal dengan Just World

Hypothesis yang dikemukakan oleh Melvin

Lerner. Sekilas mengenai BJW yang

dikemukakan lerner mengatakan bahwa

terdapat “keyakinan” individu terhadap

dunia yang adil. Seseorang yang baik

akan dihargai, sedangkan yang buruk

mendapatkan hukuman3

. Misalnya, jika

melihat seseorang yang sangat miskin, kita

mungkin berpikir “Ya, ini adalah kegagalan

pribadi”. Pemikiran tersebut tergantung

pada mereka yang tidak bertanggung jawab

atas tindakan mereka sendiri daripada

mengenali kompleks sosial, situasi dan jaminan lingkungan yang mungkin

berperan dalam menempatkan mereka.

Maka cukup untuk menarik perhatian kita

ialah bagaimana respons BJW terhadap

victim blaming.

4

Siapa yang dapat mendistribusikan

keadilan itu? penelitian menunjukkan

bahwa sumber keadilan itu dapat dibagi

menjadi 5 dimensi yang kemudian

dianalisis dalam mencari korelasinya,

yakni:

5

● Alam dan Tuhan

Korelasi antara Alam dan Tuhan

terlihat bagaimana Ketika

seseorang sedang dihadapi oleh

kehidupan yang negatif. Seperti

halnya bahwa seseorang yang

memiliki penyakit kanker sulit

untuk mendapatkan keadilan di

dunia dengan sudah melakukan

banyak hal terkait prosedur medis.

Tampaknya masuk akal ketika

Tuhan dapat bergerak untuk

menyelamatkan orang tersebut.

Seseorang yang memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhan,

biasanya akan memengaruhi

perilaku sosialnya. Mereka akan

berenergi dan bersemangat. Hasil

penelitian ini tampaknya

menjelaskan pendapat Lerner

mengenai persepsi atribusi.

6

● Diri dan Kesempatan

Korelasi diri dan kesempatan

terlihat dari tidak berdaya atau

kelesuan dalam menghadapi

ketidakadilan tampak paling jelas.

Bahkan ketika tindakan pribadi

untuk mengatasi kerusakan

tampaknya dapat dilakukan

Misalnya, secara pribadi

menyebabkan ketidakadilan dan

tindakan untuk mengatasi hal

tersebut.

● Orang lain dan Diri

Korelasi orang lain dan diri sendiri

menunjukkan adanya kekurangan.

Hasilnya, tampak menunjukkan

bahwa orang tidak harus melihat

dunia sebagai lebih hanya untuk diri

mereka sendiri daripada orang lain

untuk merasakan “manfaat” dari penyesuaian psikologis. Walau tak

dapat memprediksi korelasi, tetapi

belief in just world dapat

memprediksi persepsi tanggung

jawab. Misalnya kecelakaan sepeda

versus bencana alam (dipercayai

karena faktor Alam) dan kecelakaan

sepeda versus kriminal. Hal tersebut

menunjukkan bahwa ini bukan

hanya kemungkinan atribusi lain

yang “diberikan” kepada orang,

tetapi juga persepsi yang mereka

pegang secara individu sebagai

sumber keadilan yang mungkin

berdampak kuat pada pengambilan

keputusan.

Demikian bahwa BJW sulit untuk

memberikan representasi mengenai

keadilan. Akan tetapi hubungannya antara

BJW, gender dan prestasi akademik dapat

ditinjau lebih jauh. Penelitian yang

dilakukan oleh S. C. Karadag memberikan

hasil mengenai adanya hubungan antara

BJW Personal dengan BJW Umum dalam

mendorong prestasi akademik mahasiswa.

7

Sedangkan korelasi antara gender dengan BJW dalam mendorong prestasi akademik

masih perlu diteliti lebih lanjut.

Bagaimana jika individu yang

meyakini BJW terancam dari suatu bentuk

tindakan yang nyata? menjawab hal

tersebut, penulis akan memberikan uraian

dari sebuah tayangan studi mengenai

“When BJW is Threatened.”

8 Membahas

mengenai 2 hal, yakni: (1) Rational

Techniques dan (2) Irrational Techniques.

Irrational Techniques membahas mengenai

hal yang tidak rasional dalam

mempertahankan konsistensi terhadap

BJW dan Rational Techniques membahas

mengenai hal rasional yang dapat dilakukan

terhadap konsensus BJW. Penulis akan

memperjelas mengenai rational

techniques. Dalam mengurai hal ini,

seseorang dapat memilih Accept Reality

atau Prevent or Correct Injustice. Pada

Accept Reality menekankan bahwa segala

ketidakadilan dapat diterima dengan

kenyataan, sedangkan dalam Prevent or

Correct Injustice dapat ditemui 2 hal, yaitu Make a Petition atau Legal System.

Membuat Petisi merupakan tindakan yang

umum dalam mencari suara untuk aksi

dukungannya. Semakin besar vested

interest seseorang, semakin besar pengaruh

sikap terhadap perilakunya.

9 Dalam hal

legal system, perlu adanya aturan-aturan

yang dibuat untuk kebaikan bersama.

Tinjauan ini tak lepas dari policy maker,

antara politik dan hukum.

Bukankah politik sudah mengatur

berbagai hal dengan baik dalam membuat

dan memutuskan kebijakan? Peter Merki

berpendapat bahwa: “Politik dalam bentuk

yang paling baik adalah usaha mencapai

suatu tatanan sosial yang baik dan

berkeadilan.”

10 Walaupun terlihat samar,

kesepakatan bersama mengenai scarcity

untuk mengelola dan membagi sumber

daya dengan optimal menjadi poin penting

dalam keberlangsungan hidup manusia.

Bagaimana dengan hukum dalam

menempatkan keadilan? mari kita mengingat sejenak mengenai dimensi

Tuhan dan Alam. Kita dapat menjumpai

persoalan keadilan yang sebelumnya juga

membahas mengenai “kebenaran” yang

hanya dapat diperoleh oleh setiap individu.

Hans Kelsen berpendapat bahwa:

“Kehendak tuhan dalam

doktrin hukum alam

identik dengan alam

karena alam diciptakan

oleh Tuhan, dan hukum

adalah ekspresi alami

kehendak Tuhan.

Hukum alam tidak

diciptakan oleh

Tindakan manusia tidak

artifisial ataupun

kehendak bebas

manusia. Hukum alam

dapat dan harus

deduksikan dari alam

oleh kerja pikiran.”

11

Kriteria keadilan yang sangat bias

terhadap hukum karena manusia terbagi

menjadi banyak bangsa, kelas, agama,

profesi, dan sebagainya. Perlu digaris

bawahi bahwa hukum alam juga belum

mampu menentukan isi dari tata aturan

yang adil.

Apa yang akan terjadi bila keadilan

dimaknai sebagai kebahagiaan sosial?

menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mengutip kembali pendapat Hans Kelsen

yang mengemukakan bahwa:

“Jika Keadilan dimaknai

sebagai kebahagiaan

sosial, maka

kebahagiaan sosial

tersebut akan tercapai

jika kebutuhan individu

sosial terpenuhi. Namun

tidak dapat dihindarkan

adanya fakta bahwa

keinginan seseorang

atas kebahagiaan dapat

bertentangan dengan

keinginan orang lain.

Maka Keadilan adalah

pemenuhan keinginan

individu dalam suatu

tingkatan yang tertentu.

Keadilan yang paling

besar adalah

pemenuhan keinginan

sebanyak-banyaknya

orang.”

12

Tidak terlihatnya rasio untuk

menentukan keadilan membuat

kecenderungan seseorang selalu memiliki

konflik kepentingan dalam masyarakat

yang menyebabkan permasalahan muncul

dalam mencari penyelesaian. Solusi untuk

dapat diberikan oleh tata aturan yang

memenuhi satu kepentingan dan

mengorbankan kepentingan lain, atau

membuat suatu kompromi antara

kepentingan yang bertentangan.

Kesimpulan

Setelah kita melihat begitu banyak

pandangan dari berbagai tinjauan yang

memberikan informasi mengenai keadilan,

membuat posisi menjadi sulit untuk

menaruh perhatian lebih dalam mengetahui

sisi yang rasional untuk menentukan

keadilan. Makna keadilan yang begitu luas

sangat memengaruhi dari berbagai

karakteristik manusia yang sangat beragam.

Dengan adanya uraian yang telah

dijelaskan dari berbagai pandangan, kita

mengetahui bahwa keadilan sangat

berkaitan dengan subjektivitas individu.

Tampaknya, seseorang mengikuti norma

sosial di hadapan publik tetapi tidak benar-

benar mengubah pandangan pribadi.

14

Masyarakat yang beragam dengan

ciri khas tersendiri menjalin rasa persatuan

dalam kehidupan bernegara. Masyarakat

dalam bernegara perlu mengetahui hak dan

kewajiban yang melekat didalam dirinya.

Quraish Shihab mengemukakan bahwa:

“Masyarakat yang adil

adalah masyarakat yang

tampil membantu

anggotanya untuk

mencapai kemajuan

dengan memberi jalan

masing-masing dari

mereka hak-haknya

serta melahirkan

peraturan-peraturan

dan perundang-

undangan yang

mempermudah setiap

anggotanya memelihara

haknya dan

menikmatinya, seperti

hak hidup, kebebasan

yang bertanggung

jawab, kepemilikan,

pemeliharaan nama

baik, serta tersedianya

pengadilan yang bebas

bagi yang bersengketa,

juga Lembaga dan

sarana yang dibutuhkan

oleh para pendidik dan

peserta didik, pebisnis,

alat-alat transportasi,

dan kebutuhan lain

anggota masyarakat.”

15

Kemudian untuk menumbuhkan

rasa keadilan di Indonesia, maka perlu

mengekspresikan hal tersebut melalui

Pancasila. Yudi Latif berpendapat bahwa:

“Prinsip keadilan adalah

inti dari moral

ketuhanan, landasan

pokok peri

kemanusiaan, simpul

persatuan, matra

kedaulatan rakyat. Di

satu sisi, perwujudan

keadilan sosial itu harus

mencerminkan

imperatif etis keempat

sila lainnya.

Menanggapi kekurangan perspektif

yang ada, misalnya ketika menyadari

terdapat pengaruh korelasi Tuhan dengan

diri seseorang. Anda dapat meninjau jurnal

“Belief in Afterlife” yang mengulas lebih

jauh mengenai sistem belief dengan

keterkaitan ketuhanan terhadap pengaruh

kecemasan kematian dalam diri individu.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Asshiddiqie, Jimly dan Muchamad Ali Safa’at.

Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.

Jakarta: Konstitusi Press. 2018.

Baron, Robert A. dan Donn Byren. Psikologi

Sosial. Edisi 10. Terjemahan oleh Ratna

Juwita, Melania Meitty Parman, Dyah

Yasmina, dan Lita P. Lunanta. Jakarta:

Erlangga. 2005.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik.

Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. 2008.

Ginsburg, Joannah, Catherine Collin, Marcus

Week, Merrin Lazyan, dan Voula

Grand. The Psychology Book: Big Ideas

Simply Explained. New York: DK

Publisher. 2012.

Latif, Yudi. Negara Paripurna. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama. 2019.

Lerner, M. J. The Belief in Just World: A

Fundamental Delusion. New York:

Springer Science+Business Media.

1980.

Sarwono, S. W. dan Eko A. Meinarno. Psikologi

Sosial. Edisi 2. Jakarta: Salemba

Humanika. 2019.

Shihab, M. Quraish. Yang Hilang dari kita:

Akhlak. Jakarta: Lentera Hati. 2016.

JURNAL

Karadag, Cirak. Beliefs in a Just World, Gender

and Academic Achievement. Eurasian

Journal of Educational Research,

November 2020.

Stroebe, Kathrine, Tom Postmes, Susanne

Täuber, Alwin Stegeman, dan Melissa-

Sue John. Belief in a Just What?

Demystifying Just World Beliefs by

Distinguishing Sources of Justice. Plos

One, Volume 10. Nomor 3. 24 Maret

2015.

Zariayufa, Kayisa, Retno Hanggarani Ninin dan

Tiara Ratih Widiastuti. HUBUNGAN

BELIEF IN AFTERLIFE DENGAN

KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN

(Studi pada Individu Muslim Usia 18-21

Tahun). Psikoislamedia, Volume 4.

Nomor 1. 2019.

INTERNET

Association of American Medical Colleges dan

Khan Academy. “Social perception -

The Just World Hypothesis |

Individuals and Society | MCAT | Khan

Academy”. Diakses dari

https://www.youtube.com/watch?v=

B-J9IHGivfQ pada 21 Mei 2021.

Open Videos Universitas Indonesia. “Bincang

Seru Mahfud: Inspirasi, Kreasi,

Pancasila”. Diakses dari

https://www.youtube.com/watch?v=

Yh8yB8hnlRw&t=1s pada 20 Mei 2021.

»»  Baca Selengkapnya...

Ruang Mimpi

 Ruang Mimpi

oleh: Rizkyta Damayanti

Hai, Tuan dan Puan Muda
Apa kabar Tuan dan Puan hari ini?
Bagaimana dengan mimpi-mimpi Tuan dan Puan?
Apa hari ini satu dari sejuta mimpi Tuan dan Puan telah menjadi kenyataan?
Atau malah satu per satu mimpi yang telah Tuan dan Puan ukir perlahan hilang bersamaan dengan pamitnya sebuah asa?

Hai, Tuan dan Puan Muda
Kalian tidak perlu khawatir mimpi itu pergi tanpa pernah meninggalkan sebuah jawaban
Kalian tidak perlu takut akan perginya sebuah mimpi tanpa sempat kalian untuk bertemu
Mimpi itu tetap ada dan abadi
Sempat atau belum sempat kalian untuk bertemu
Mimpi itu tetap ada di satu ruang
Ruang yang bernama
Ruang Mimpi
Ruang tempat sejuta mimpi tersembunyi


»»  Baca Selengkapnya...

When The Weather Is Fine

 When The Weather Is Fine

oleh: Kayla Azzaura

Untuk teman- teman yang suka banget nonton drakor (drama korea) aku rekomendasi banget nonton drakor "when the weather is fine"

Apalagi drama ini berdasarkan novel best seller karya Lee Do Woo berjudul I’ll Go to You When the Weather is Fine.
Drama korea ini pasti akan memikat penonton yang sangat menyukai sastra, khusunya puisi.

When The Weather Is Fine menceritakan Mok Hae-won (Park Min-young), seorang guru cello yang lelah dengan kehidupan di Seoul. Rasa lelah itu membuatnya kembali ke kampung halaman. Setelah kembali ke kampung halaman nya Mok Hae Won bertemu kembali dengan teman sekolah lamanya yang mempunya toko buku. Mok Hae-won mulai bekerja sebagai pekerja paruh waktu di toko buku Eun-seob. Di sisi lain, Im Eun-seob ternyata selama ini selalu menantikan kehadiran Mok Hae-won kembali ke kampung halaman setiap tahunnya.
Hae-won mulai merasakan hangatnya kehidupan ketika bekerja dan kembali ke kampung halaman. Di Seoul, Hae-won merasa semua orang amat kompetitif dan sibuk menjatuhkan orang lain. Sementara itu, di toko buku Eun-seob, masyarakat selalu mendahulukan orang lain dan berbagi. Walaupun begitu terdapat masalah - masalah yang diceritakan dalam drakor tersebut.

Ada beberapa hal yang membuat penonton akan nyaman menonton:
Banyak sekali puisi serta kata- kata mutiara yang bagus
Terdapat pemandangan Gunung Bongrasaen
Menceritakan suasana di desa Korea Selatan dengan salju yang lebat
Menceritakan tentang kehidupan yang sebenarnya.

Contoh "quotes" yang terdapat di Drama Korea tersebut :

Kebahagiaan dan ketidakbahagiaan seperti dua sisi koin. Jika tidak bahagia, kau tak harus khawatir menjadi tidak bahagia. Jika tak mendapat apapun, kau tak harus khawatir jika kehilangan. Kau hanya harus menghilang dari orang itu selamanya.



»»  Baca Selengkapnya...

Simo Hayha Sang Sniper Legendaris

 Simo Hayha Sang Sniper Legendaris

oleh: Fikri Pratama Putra


Simo Hayha seorang penembak jitu asal Finlandia yang sangat dikenal karena kemampuan menembaknya. Dalam perang antara Finlandia dengan Uni Soviet atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Winter War”, yang berlangsung selama kurang lebih 3 bulan, Simo berhasil menewaskan jumlah keseluruhan korban sebanyak 505 korban jiwa. Pencapaian itu membuatnya menjadi seorang penembak jitu yang paling berbahaya di dalam sejarah. Meskipun demikian, Simo tidak lebih dari seorang warga Finlandia biasa yang tinggal di sebuah desa dekat perbatasan Finlandia dan Uni Soviet. Saat usianya menginjak 20 tahun, seperti para pemuda umumnya, ia bergabung dengan wajib militer Finlandia yang dikenal dengan sebutan “The White Guard”. 
Simo hidup di ladangnya sebagai petani. Ia membuang kejenuhannya dengan cara pergi berburu ke hutan dan bermain ski. Simo muda menunjukkan bakatnya sebagai penembak jitu dalam kompetensi menembak. Bakat-bakat tersebut didapatkan dari pengalamannya sehari-hari, khususnya saat ia berburu di hutan. Sang ayah mengajarkan Simo bagaimana cara belajar berburu, termasuk kemampuan untuk memperkirakan jarak target buruannya, memperkirakan arah angin dan hujan saat berburu. Pengalaman Simo selama berburu secara tidak langsung mengajarkannya bagaimana cara menjadi penembak jitu. Senjata favorit Simo adalah Mosin Nagant M91.  Pada tahun 1939 Uni Soviet menyerang Finlandia atas perintah Joseph Stalin. Perang antara Uni Soviet dengan Finlandia merupakan perang yang tidak seimbang, dimana Finlandia pasa saat itu kekurangan jumlah tentara, amunisi, dan alutista. Meskipun demikian perang antara Uni Soviet dengan Finlandia yang lebih dikenal dengan “Winter War” membuktikan bahwa negara kecil seperti Finlandia dapat mengalahkan negara besar dan adikuasa seperti Uni Soviet. 
Finlandia dapat mengalahkan Uni Soviet dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti faktor cuaca dan pembersihan politik. Reputasi tentara merah Uni Soviet menurun, karena kalah perang melawan Finlandia. Pada 30 November 1939 adalah hari yang sangat diingat oleh masyarakat Finlandia, karena pada hari itu Uni Soviet menginvasi Finlandia. Menghadapi serangan dari Uni Soviet, membuat Finlandia tidak mempunyai banyak pilihan. Satu-satunya harapan adalah dengan mengandalkan pasukan militernya sendiri yang dikenal dengan “The White Guard”. Salah satu yang bergabung dengan milisi itu adalah Simo Hayha. Ia mengawali karir dengan pangkat kopral dan unitnya mendapatkan tugas untuk mempertahankan wilayah Pyhajoki. 
Reputasi Simo sebagai penembak jitu dimulai ketika atasannya yang bernama Letnan Juutilainnen memanggilnya. Ia bertanya kepada Simo, apakah Simo sanggup menghabisi sniper Uni Soviet yang teelah menewaskan 3 kepala regu dan seorang perwira Militer Finlandia, maka Simo menjawab dengan yakin bahwa ia sanggup dan akan melakukan yang terbaik. Simo pun kemudian pergi sendiri ke lokasi kejadian dengan menggunakan seragam khusus kamuflase musim dingin dan membawa senjata favoritnya, yaitu Mosin Nagant M91.Simo mengecek lokasi kejadian dan menganalisis lingkungan sekitar yang mungkin menjadi tempat persembunyian musuh. Simo kemudian berkamuflase dalam timbunan dan dinginnya salju agar posisinya tidak diketahui oleh musuh. Pada saat menjelang terbenamnya matahari, Simo mengetahui posisi target dan dengan sabar ia menunggu musuhnya untuk bangun dari tempat persembunyiannya. 
Pada saat targetnya lengah, Simo kemudian menarik pelatuknya dan sebuah peluru dengan tepat mengenai leher sang target dan membuat target itu gugur. Keberhasilan Simo dalam mengatasi penembak jitu dari Uni Soviet, membuat dirinya dikenal dan reputasinya meningkat. Berawal dari hal tersebut, kemudian para perwira militer Finlandia memberikan Simo banyak misi, salah satunya misi untuk menghabisi perwira Uni Soviet. Karena, Simo selalu berhasil menuntaskan misinya dengan sangat baik, maka ia mendapatkan julukan sebagai “Kematian Putih atau yang lebih dikenal dengan “The White Death”. Mendengar kabar tersebut, para perwira Uni Soviet menjadi murka dan memerintahkan dibentuknya regu penembak jitu khusus untuk memburu Simo Hayha.
 Meskipun demikian, Simo tetap bisa lolos dari kejaran regu jitu tersebut, bahkan ia menghabisi sebagian anggota regu jitu tersebut. Dari banyak kejadian-kejadian yang Simo alami dan tingkat keberhasilam misi yang selalu berhasil membuat namanya dikenal sampai sekarang dengan julukan “The White Death” dan ia dinobatkan sebagai sniper legendaris terhebat sepanjang sejarah.

»»  Baca Selengkapnya...

Riuh

 Riuh

oleh: Reni Ambarwati


Turbulensi dalam renjna

Menumbuhkan suka dan duka dalam yang Semenjana

Alunan Lokananta

Menyambut riuhnya senandika yang niscaya

Melembutkan romansa jiwa


Gemuruh dengan lirih rasa candala


Lebatnya jenggala

Membuat wanodya itu menetap pada ketaksaan dalam hidupnya


Dan ya, tidak ada yang lengkara bukan?


Semoga karsa ini tetap Amerta dalam Bengala sanubari sang Maharaja pada asmaraloka yang dinantinya

»»  Baca Selengkapnya...

Perihal Rindu

 Perihal Rindu

oleh: Ikhlas Munajati


Rindu datang walau diri tak mengundang,

Pada gedung yang menjulang hampir menyentuh langit,

Pun pada manusia-manusia berkerah yang penuh akan hormat,


Rindu ini barangkali merobek-robek sanubari,

Pada pohon- pohon besar yang mengajarkan arti kehidupan,

Pun pada manusia- manusia gila yang senang memberi senyuman ,


Rindu ini barangkali sulit dihilangkan,

Pada bunyi bising di setiap bilik yang ada,

Pun pada manusia-manusia yang menadahkan tangan ketika derai langit tiba,


Ini perihal rindu,

Pada tiap-tiap yang telah lenyap diterkam buasnya waktu.

»»  Baca Selengkapnya...

Thursday, May 27, 2021

Tak Terucap

 Tak Terucap

Oleh: Anonim


Ibu..
Kata yang ku Rindu sampai satu Dasawarsa ini..
Huruf nan kata kini terambang dimulutku….
Tak sampai ke Lidah..
Tak juga tak sampai ke langit mulutku..
Sungguh Hal itu membuatku bingung tuk ucapkan…
Ibu..ibuu..!
Mungkin sebelum se Dasawarsa ini..
Mudah sekali ku ucapkan sampai berkali-kali..
Pagii…siang …sore…tak Henti-henti..
Kadang karena kebutuhankuu..
Kadang jua karna ku Rindu..

Ibu …
Kenyataanya kata itu hanya  berlaku sampai 6 tahun saja ..
Cukup sampai disitu lidah ini terbiasa memanggilnya..
Hingga akhirnya kaku untuk waktu yang lama..
Ini bukan salah Tuhan…
Tuhan lebih tahu mana yang harus dipertahankan….
Karna kasih sayangNYA tak Tertahankan…
Banyak hikmah yang berlimpahan…
Dia yang memberi ketetapan..
Dan ku terima semua ini dengan kepasrahan..
»»  Baca Selengkapnya...

Nenek

 Nenek

Oleh: Rosnafisah Setyani


Ketika libur semester tiba, aku dan keluargaku mengunjungi rumah nenekku di kampung. Aku mengunjungi rumah nenekku untuk kedua kalinya setelah kakekku meninggal. Kampung nenek ku  adalah kampung yang jarang penduduk dan masih percaya hal-hal yang mistis. Ketika masuk ke dalam rumah nenekku aku sudah mempunyai firasat yang tidak enak, kudukku berdiri sangat kuat. Banyak sekali sesajen yang ada di rumah nenekku. Aku mencoba untuk tersenyum kepada nenekku agar aku tidak ketahuan kalau aku tidak begitu nyaman tinggal disini. Ketika kubuka pintu kamar yang akan aku tempati, aku langsung melihat sebuah cermin yang besar ada tepat berada di depan ku. Tempat tidur yang tak terlalu besar namun mempunyai banyak ukiran-ukiran yang unik. Nenekku selalu melarangku untuk ke sebuah ruangan yang pintunya selalu digembok dengan rapat, tak banyak pikir aku pun langsung menurutinya. Jujur, semakin malam semakin terasa aneh di rumah ini. Aku penasaran dengan pintu yang digembok rapat oleh nenekku, karena nenekku sangat melarang aku untuk memasukinya. 
Keesokan paginya ketika aku terbangun aku tak melihat ada orang satupun di rumah ternyata pagi-pagi sekali ketika nenekku pergi ke sawah dan orang tuaku pergi untuk membantunya. Aku mencoba berkeliling untuk  melihat rumah nenekku, seketika aku melihat pintu yang nenekku gembok agak terbuka sedikit. Awalnya aku enggan untuk melihatnya, namun rasa takutku mengalahkan rasa penasaran ku. Aku mencoba mengintip pelan-pelan, dan aku melihat dengan sangat jelas. Tubuh kakekku yang hanya sisa tengkorak yang diawetkan dengan pakaian jawanya lengkap dengan blankon sedang duduk di kursi goyang menghadap ke arah pintu. Sontak aku terkejut, ternyata nenekku menyimpan jasad suaminya. Jadi siapa yang dikubur didalam makam kakekku saat itu?

»»  Baca Selengkapnya...

Mencari Kebahagiaan

 Mencari Kebahagiaan

Oleh: Neni Wulandari




Rasanya bahagia yang kurasa selama ini adalah semu
Karena pada akhirnya aku kembali lagi pada kesunyian malam
Dimana selalu ada kesedihan dalam kesendirian
Dan hanya ada senyuman palsu yang menghiasi bibir
 
Lalu dimana aku harus mencari kebahagiaan ?
Kebahagiaan yang terasa sempurna
Kebahagiaan yang terasa nyata
Kebahagiaan yang membuat jantung berdegup kencang
 
Aku selalu rindu tentang kebahagiaan
Aku menginginkan kehangatan 
Aku bermimpi tentang keindahan
Aku berharap tangis pilu menjauh dari kehidupan
 
Adakah cahaya terang yang menuntunku pada kebahagiaan ?
Karena aku ingin menggapainya bersama mentari pagi yang bersinar
Menghempaskan semua kepahitan dalam hidup
Dan sambut hari yang baru dengan tersenyum
Untuk mewujudkan sebuah kebahagiaan yang nyata

»»  Baca Selengkapnya...

Hari Ini

 Hari Ini

Oleh: Eva Agustini

Hari ini,
Kita ketahui,
Pandemi masih tetap membersamai.
Menjadi saksi tersungkurnya raga berkali-kali.
Menyulut pilu tak kian bertepi.
Menopang tekad tak henti-henti.
Jika saja kita tahu,
Kapankah pandemi ini akan berlalu ?
Tentu, pada akhirnya
Peluh akan menjadi syukur yang riuh.
Keluh akan seperti tabir yang runtuh.
Tubuh tak akan lagi terkapar rapuh.
Rindupun segera  berlabuh di dermaga temu.
Dan aku tahu,
Hari ini,
Kita sedang sama-sama menunggu.

»»  Baca Selengkapnya...

Isyarat

 Isyarat

Oleh: Eliza


Lisan tak kunjung bersuara
Raga mulai tak mampu menahan gemuruh hati
Laksana gemuruh ombak di malam hari
Dingin,
Penuh gejolak namun redam di kegelapan malam
Tak mampu menahan dan,
Menyampaikan kepada hangatnya siang
Tak mampu memecah suara di penghujung senja
Aku si pengagum rahasia
Hanya mampu mengisyaratkan
Melalui sorot mata terdalam
Dan doa di gelapnya malam
»»  Baca Selengkapnya...

Lekas Pulih Ya Semestaku

 Lekas Pulih Ya Semestaku

Oleh: Asha Anisa Mantiri


Dengan sekuat nafas
Dengan netra yang tak henti mengeluarkan airnya
Dengan bibir yang terus memanjatkan doa
Segera hilangkan dia

Dia yang membuat kami terkukung dalam kesendirian dan kesepian
Dia yang membuat kami berpisah dengan orang tersayang
Dia yang membuat dunia kalut akan kehadirannya
Dia yang mampu membuat dunia sendu
Dia yang mampu membuat semestaku muram

Aku rindu...
Rindu rasanya menghirup udara bebas
Rindu rasanya bertemu langsung dengan mereka yang tercinta
Rindu rasanya dengan dunia yang luas


      Kali ini hanya satu pintaku
Tolong hilangkan dia
Hilangkan dia dari duniaku
Duniaku yang sekarang terkekang dalam belenggu
Duniaku yang kini sunyi

Lekaslah membaik duniaku
Lekaslah pulih semestaku
»»  Baca Selengkapnya...

Seutas Cinta

 Seutas Cinta

Oleh: Abdul Rohman Tarigan

/1/
Kurasa tidak ada lagi yang begitu tulus dan putih.
Merah, berlumur darah begitu pekat
Teriak, beriak hingga memekak begitu dekat
Tak  berdaya, didekap begitu erat
Bergandeng, berlinang bukan lagi air
tetapi cinta dengan ketulusan hakikat

Tatapan itu jelas bias
Bahkan tak santiran dalam paras
Yang nyata justru cinta sebabkan
Jelas tak terbantah penuh cinta-
dan darah berikatan

/2/
Kemudian, setiap malam mata bersemburat 
Acuh akan lelap dan esok hari sehat
Ingin hanya tumbuh untuk aku yang begitu cerewet
Bernyanyi hanya oek-oek-oek dengan air mata-
di tengah bulanpun sedang terjaga

Begitu tegap, berkambium, lebat, subur tak terbantah
Ku yakini tumbuhnya begitu sukar penuh lelah
Diterpa dersik, bertahan dalam kerontang
Dihujani asam, dihinggapi hama tanpa berpegang
Hingga dapat memberiku keteduhan
Membawakan segala cinta yang anindhita-
meraki, penuh eunoia
Hingga orokku berpanen harsa
Berbuah sahaja dan bernas sentosa
/3/
Aku memasuki kanak-kanak
Masih dalam dekap penuh kata lunak
Sembari berjalan, kemudian belajar berlari
Tangan dan tubuh itu tetap berdikari
Eling, tak biarkan tubuh ini tersengat-
bahkan oleh matahari
Bijak, merapalkan setiap lema baik
Untuk melunakan hati yang sering mengusik

Pongah, seolah tidak ada
Bahkan untuk sebuah percik saja
Angkara, bukan menjadi bagiannya
Ku rasa setiap malaikat pula
Hanya bait-bait penuh kasih
Yang terus melukiskan setiap kisah

/4/
Masa merangkak beriring tumbuhku
Usiaku menjalar berdigit dua
Sedang malaikat itu kian menua
Tetapi tingkah polahku acap kali-
durhaka

Nadanya selalu beresonansi rendah
Sedang suaraku sering kali berkelit lidah
Bahkan meninggi membantah
Tindak tandukku bukan lebih indah
Seringnya malah mengundang amarah
Namun, tulus cintanya membawakan pasrah

/5/
Aku meratapi masa ruai itu
Kini, ku tahu betapa pedihnya-
hati putih itu
Ketika penuh coretan noda diksi dan tingkah
Dari anak yang tumbuh atas kasih-
dan cintanya

Sesalku kini terus menjelma 
Anggasta dalam hati penuh nestapa
Setelah Pemilik Ruh, memanggil jiwanya
Bahkan tak menyisahkan sedikit saja tawanya

/6/
Cakap penghujungmu jadi baris yang terukir
Cinta kasihmu tidak pernah ada akhir
Itu yang menyumbat air mata ini
Sekalian juga melancarkan isaknya

Harusnya ku yakini
Odemu adalah baris tanpa henti
Serenada adalah nadi dari hati
Sementara balasku seringkali melahirkan elegi

/7/
Ibu, itikadku bernaluri
Menjaga tiap bait yang terujar
Dari dikau yang penuh nurani
Pintaku pada ujung hidup ini-
aksama Tuhan beri
Hingga serat-serat hidup ini
Bersatu kembali
Di jagat yang abadi
»»  Baca Selengkapnya...

Tuesday, April 27, 2021

Sampai Titik Ini

 Sampai Titik Ini

By: anonim


Untuk sampai dititik ini kupikir mudah 

Nyatanya sulitnya minta ampun 

Perkaranya bukan satu dua 

Bahkan hingga berjuta-juta 

Rasanya menyerah sudah di depan mata 

Tapi tak pernah direstui semesta 

Diri inipun juga tak mau kalah katanya

Jadi, wahai raga yang mudah lelah  

Wahai hati yang mudah patah 

Bantu aku belajar menerima kecewa

Bantu aku untuk tetap utuh 

Sampai nanti diakhir perjalanannya 

Titik ini bukanlah penyesalan

»»  Baca Selengkapnya...

Amigdala

 Amigdala

By: Reni Ambarwati


Amara usang selayang pandang

Hangat

Ranum

Harum

Senantiasa riuh

Riak air berputar penuh

Gagah, menembus poros tidak berujung

Kian hari kian lapuk

Tergerus hujan asam 

Dalam rimbunnya neuron,

Wanodya itu berlari menuju nirwana,  sambil berjalan

Tergopoh-gopoh menunggu kematian

»»  Baca Selengkapnya...

Black Swam

 BLACK SWAN

by; Rosnafisah Setyani

Black swan adalah film drama misteri thriller Amerika Serikat tahun 2010 berdurasi 108 menit yang disutradarai oleh Darren Aronofsky dan diproduseri oleh Mike Medavoy, Arnold W. Messer, Brian Oliver dan Scott Franklin.


Alur Cerita

Diawal film memperlihatkan penampilan seorang perempuan berusia 28 tahun bernama Nina yang menari sendirian dibawah sorotan lampu. Lalu seorang penari pria masuk dan menari bersamanya, namun pria itu mendadak berubah menjadi monster yang didalam kisah Swan Lake merupakan penyihir jahat bernama Van Rob. Nina terbangun, penampilannya dalam pementasan Swan Lake itu hanya mimpi. Tetapi ia merasa bahagia karena memimpikan menjadi white swan dalam mimpinya. Nina menceritakan mimpinya itu kepada ibunya sebelum ia berangkat ke rumah produksi pertunjukan balet dimana Nina mengabdi diri.

Setelah menggunakan kereta, akhirnya Nina sampai di rumah produksi. Teman-temannya yang sedang berdandan membicarakan penari yang bernama Bad. Bad seharusnya sudah pensiun. Namun pembicaraan pun berhenti ketika ada seorang wanita masuk ke ruang make up dengan tergesa-gesa, wanita itu adalah penari baru. Ketika semua penari sedang menari datang Thomas, Thomas adalah pemimpin di rumah produksi itu. Ketika Nina sedang menunggu giliran untuk seleksi, Nina melihat Bad sedang marah dan memberantakkan semua barang yang ada di ruangannya. Ketika Bad sudah pergi Nina mencoba masuk ke ruangannya dan mengambil lipstik Bad.

Ketika Nina sedang seleksi, Thomas berkata tarian Nina sangat indah namun tidak bisa seindah memerankan black swan. Fokusnya terganggu ketika penari baru itu datang. Thomas memperkenalkannya kepada Nina. Pemain baru itu bernama Lily yang baru datang dari San Francisco, Nina tidak suka padanya. Ketika sampai rumah Nina langsung memeluk ibunya, dan menceritakan apa yang terjadi di rumah produksi tadi. Setelah itu Nina melanjutkan latihan lagi sampai kuku kaki Nina terluka. Ibunya mengobatinya lalu menasehatinya dan memberikannnya semangat. 

Ketika keesokan harinya Nina menemui Thomas untuk bisa membujuknya agar ia dapat menjadikannya penari black swan namun Thomas tetap tidak menyetujuinya. Sampai akhirnya Nina melihat ke papan pengumuman bahwa ia dipilih menjadi swan queen. Nina banyak mendapatkan ucapan dari teman-temannya. Nina sangat senang dan ia terus berlatih lalu Lily sempat menemui Nina saat ia selesai berlatih. Nina diajak Lily untuk minum-minum, tanpa sadar Nina menceritakan keluh kesahnya kepada Lily tentang keadaannya yang letih berlatih. Lily dengan jahatnya memberitahu Thomas tentang hal ini. Thomas marah kepada Nina, Thomas mengancam kalau Nina tidak bisa menari lagi sebagai swan queen. Ancaman Thomas bukanlah sembarang ancaman, ia menggantikan peran Nina dengan Lily. Nina marah sampai ia berani untuk membentak ibunya. 

Ketika hari pementasan tiba, Nina dengan sengaja datang ke kamar gantinya Lily lalu menusuk Lily dengan potongan kaca sampai Lily tidak sadarkan diri. Nina menyeret Lily ke kamar mandi. Lalu Nina keatas panggung tampil dengan sangat elegan sebagai swan queen. Setelah istirahat Nina melihat kalau darah Lily sudah keluar dari kamar mandi, Nina tutup darah tersebut Nina tutup dengan handuk dan ia langsung bersiap-siap untuk penampilannya yang kedua sebagai Black Swan. Penonton sangat bergembira penampilan Nina sangat sempurna. Nina sungguh telah tampil sebagai Black Swan. Diakhir pementasannya ia terjatuh penonton bertepuk tangan dengan penampilan Nina. Pemain dan para penonton tidak mengetahui jika di perut Nina terdapat banyak sekali darah. Ternyata semua hanyalah ilusi Nina, Nina tidak menusuk Lily tetapi ia menusuk dirinya sendiri. Nina sangat terobsesi dengan peran Black Swan sehingga ia mempunyai ilusi yang sangat kuat sehingga ia tidak bisa membedakan mana yang ilusi mana yang nyata. Diakhir penampilannya Nina terlelap indah dengan darah yang mengalir di perutnya.

»»  Baca Selengkapnya...

Tak Bisa Bersama

 Tak Bisa Bersama

Karya: Rosnafisah Setyani


Kau datang sebagai pesan pembalasan

Aku datang sebagai dosa yang kau perbuat

Kita bersama sebagai kesalahan

Seperti luka bersayat-sayat


Kita semua begitu egois

Kita semua begitu pesimis

Kita semua begitu ingin dimengerti

Kita semua begitu ingin dikasihi


Semesta sudah memberikan kesempatan

Kesempatan yang memberi kemungkinan

Kemungkinan untuk saling percaya

Percaya untuk bersama selamanya


Namun, luka dihati begitu nyata

Sehingga tak sanggup memandang mata

Kesempatan t’lah kita sia-siakan

Kenangan t’lah kita lupakan


Ku tahu kau tak mungkin kembali

Semua luka begitu coba kita tutupi

Akankah kita menyalahkan keadaan

Jika nyatanya tak sejalan


Sudah jelas

Kita sudah tak pantas

Kita tak bisa bersama

Untuk selamanya

»»  Baca Selengkapnya...

Menunggu

 Menunggu

Karya: Rosnafisah Setyani


Aku menunggu dirimu dalam tenang

Terus menunggu tanpa seseorang

Dengan sabar aku menunggu

Tanpa kabar satu pun darimu


Dari fajar sampai petang

Menunggu kepastian darimu

Dunia bukan milikmu seorang

Bisakah kau mengerti akan hal itu?


Aku ingin kau mengerti

Aku disini menunggumu dengan sabar

Kau berjanji akan terus berkabar

Tapi, dengan mudah kau ingkari janji


Harapan besar dirimu datang

Tapi itu hanyalah hayalan belakang

Terus menunggu tanpa kepastian

Buatku pupus akan harapan


Sudah lelah aku menunggu

Tak sanggup lagi untuk menunggu

Menunggu, menunggu terus menunggu

Sampaiku lupa akan diriku


»»  Baca Selengkapnya...

Ibu

 IBU

Karya; Johana Simarmata


Bu, 

Dukaku tak kunjung terobati

Rinduku tak akan bisa menemukan dirimu

Dan jeritku tak akan bisa membangunkanmu

Setiap hari aku mencoba terlepas dri mimpi buruk ini. Aku mencoba mencari tahu mengapa air mataku slalu trjatuh tanpa sebab. 

Aku merasa sesuatu menghilang dari kehidupanku. 

Aku disiksa oleh rasa penyesalan. 

Ibu.. 

Tolong lihat diriku.

 Aku adalah seorang pecundang. 

Anakmu ini adalah seorang pecundang. 

Hina, sesal, maafku. 

Aku hanya ingin pulang 

Sampai aku menemukanmu

Mencium kakimu

»»  Baca Selengkapnya...

Hari Kematian

 Hari Kematian

Oleh; Ikhlas Munajati


Ucapan Idul Adha ramai di media,

Suara takbir menggema di penjuru dunia,

adalah bahagia untuk seluruh manusia,

Sedang aku, menunggu cemas atas kesembuhan Ayah


Kulihat raut wajah ibu tak karuan,

Doa- doa selalu dilangitkan,

Dibalik pintu ruang berkaca,

Samar-samar dapat disaksikan,


Tak lama setelahnya,

Masuk ruangan diperbolehkan,

Manusia-manusia berjubah putih,

Ayah dengan selang di sekujur tubuh,

dan manusia lain yang tak sabar menunggu kematian,


Detak jantung seolah lepas dari tempatnya,

Hilang gelombang di mesin tak berotak,

Bendungan roboh dasar tak berotak,

Suara azan mulai diserukan,

Beribu doa kembali dilangitkan,

Terima kasih telah menyembuhkan.

»»  Baca Selengkapnya...

Sehebat Singa

 Sehebat Singa

Karya; Gusti Firmansyah

Pagi buta kau bangun

Raga dan jiwa penuh api

Menghela nafas siapkan badan

Tuk jalani sandiwara hidup ini


Zaman kelam tlah pergi

Terbawa angin sepi

Karir dan dapur ini

Menjadi pilihan diri


Ketika korbankan diri

Demi tunas bangsa

Semesta pun meniti

Bayangkan kehidupan abadi sempurna


Terlatih di ujung tanduk

Membuat mu tak terkalahkan 

Oleh siapapun

Yang memasang rintangan

»»  Baca Selengkapnya...

Survived

 Survived

Oleh: Arc


Tightened your seatbelt

I could see how scared you were

Too fast I drove this car

Wishing we could forever survive


Drove you there

The secret bridges above us

There, a river with heavy swifting water

Looking right through your watery eyes 


Standing tall, full of grace

Pull me into your arms

Breathe the air out

You're full of warmth


It took us two months 

To pack up the baggage

I warned you so many times

To listen, is it too much to ask?


Now you’re crookback, full of regrets

I see the smoke you breathe out

Cigarette between your fingers

Still wishing we could forever survive

»»  Baca Selengkapnya...

Demokrasi Manipulasi

Demokrasi di Manipulasi

Karya: Alif Fadli


Supremasi adalah milik orang-orang bernafsi
Acuh laksana untuk negeriku abadi
Lekas sadar teruntuk bumi pertiwi yang sedang terobsesi
Wahai tuan dan puan..
Kau tafsirkan aspirasi kami dengan apatis tanpa memikirkan hati nurani
Persepsi dan asumsi saling menonjolkan eksitensi
Kau ubah mental idealis kami
Menjelma menjadi mental kepentingan pribadi
Nestapa diambang pilu tanpa ada rasa simpati
Ruang ruang diskusi, asumsi dan beragumentasi saling mengeksekusi
Saling melempar visi dan janji hanya untuk mendapatkan instuisi
Apakah kritik membawa kesejahteraan atau terperangkap di dalam bui?
Maka atas nama semua insan dan tanah air ibu pertiwi
Revolusi harga mati yang tidak dapat ditawar lagi
Ingat!! mahasiswa adalah wadah aspirasi
Reformasi demokrasi atau hancur bertubi tubi!
»»  Baca Selengkapnya...

Demokrasi Kampus

 Demokrasi Kampus

Oleh : Andika Ramadhan

“Pendek kata, rakyat itu daulat alias raja atas dirinya. Tidak lagi orang-seorang atau sekumpulan orang pandai atau golongan kecil saja yang menentukan nasib rakyat dan bangsa, melainkan rakyat sendiri. Inilah arti kedaulatan rakyat! Inilah suatu dasar demokrasi atau kerakyatan yang seluas-luasnya” (Hatta, 1966).

Tulisan M. Hatta yang menggambarkan dimana demokrasi  diartikan rakyat sendiri yang menentukan nasibnya dan bangsanya masih begitu luas memang jika harus digunakan untuk menggambarkan demokrasi dalam kampus, tapi jika dikatakan “pemerintahan mahasiswa di  kampus adalah miniature dari pemerintahan yang sebenarnya” maka konsep yang luas itu dapat ditarik menjadi yang lebih sederhana.

Pertanyaan yang besar apakah para empunya wewenang dalam pemerintahan mahasiswa di kampus sudah mengusahakan hidupnya demokrasi seperti yang disebut pada sumpah jabatannya, apakah kita sebagai masyarakat kampus sudah menggunakan hak-hak kita untuk menentukan sendiri nasib kita dan nasib kampus kita? Jawabannya sudah tapi tidak maksimal.

Saya melihat para empunya wewenang dalam pemerintahan mahasiswa di kampus sudah berusaha untuk menghidupkan alam demokrasi tapi masih belum dapat menekan hasrat atau ego pribadi maupun golongan bahkan ideology. Memang sulit jika dikatan menjadikan satu suara dari banyak kepala tetapi dengan begitulah demokrasi hidup dan tumbuh. 

Musyawarah harus dilakukan dengan mendengarkan dan mempertimbangkan semuanya tanpa terkecuali dan tanpa diskriminasi. Musyawarah harus digalakkan kembali sebagai bagian dari budaya kita termasuk didunia kampus untuk mencapai suatu mufakat atau consensus antara mahasiswa dan pemerintahan mahasiswa di kampusnya.

Tentunya Musyawarah untuk mencapai mufakat pada pemerintahan mahasiswa harus memerlukan peran aktif dari semua pihak terlebih pihak dari mahasiswa yang menjadi penentu nasibnya. Sikap legowo dan menerima dengan lapang dari pihak pemerintahan mahasiswa juga harus ditekankan dan kesadaran bahwa anda hanya menjalankan mandate dari mahasiswa yang memilih anda.

Kolaborasi yang efektif dari semua pihak menciptakan sinergi diantara semua pihak sehingga kita semua dapat bersama-sama membangun pemerintahan mahasiswa kampus serta kampus kita kearah arah yang lebih baik.

»»  Baca Selengkapnya...