SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Friendship is not a lesson you can learn in the school. But you have not learned anything if you haven't learned the meaning of friendship. (Shufi Salsabila)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan merupakan hiasan kemakmuran serta tempat perlindungan dalam kesulitan. (Aristoteles)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan merupakan kehidupan itu sendiri. (JOHN DEWEY)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan mempunyai akar yang pahit tapi buahnya manis. (Aristoteles)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Di depan memberi teladan,Di tengah memberi bimbingan, Di belakang memberi dorongan. (Ki. Hajar Dewantara)

Tuesday, September 3, 2019

Waktu


Waktu..
Aku tenggelam dalam waktu yang semu
Memikirkanmu hingga terlarut dalam sendu
Bermalam aku rindu gelisah tak menentu

Waktu..
Asa, rasa, bahagia senantiasa hadir mendampingi
Memoles kisah yang takan pernah terakhiri
Kini kusendiri merenungkanmu yang kan pergi

Waktu..
Cepat berlalu tanpa terasa
Memutar indah segala rasa dalam frasa
Melodi kini berdenting dalam hening
Memecah rindu menjadi cerita klasik yang mengering

Waktu..
Saat itu kan datang, dan aku harus siap melepasmu untuk hidup yang sesungguhnya
Mengapai asa demi cita dengan cinta dan bahagia
Aku harus sanggup mengakui bahwa waktu lebih cepat dari aku merasa cinta
Jatuh hati pada seseorang yang tak tahu hatinya untuk siapa

Waktu..
Jika habis aku kan menangis
Mengemis-ngemis sambil membasahi pipiku yang manis
Membuat secarik kertas yang puitis sambil berpikir filsafatis
Aku kritis saat semua diam dan meringis
Menahan rasa bimbang dalam hati yang medesis

Waktu..
Jangan pergi terlalu cepat
Sebab harap masih ingin kudapat
Waktu..
Jangan hadir dalam duka sebab luka masih menguak bagai tersiram air cuka
Waktu..
Ku butuh engkau, untuk menikmati masa bersamanya

Waktu..
Jika memang harus terjadi,
Izinkan aku tuk menuai hasil dari rindu
Izinkan aku tuk bahagia, tertawa lepas dengan sang pujaan hati

Waktu..
Aku ingin kau hadir untuk aku dan dirinya. Maka bertahanlah
»»  Baca Selengkapnya...

Jiwa Berkelana di Ujung Hati

Oleh : Lia Sabilah



Saat hati bersendu tertawa dengan pahitnya kenyataan

Jiwa datang menghampiri semerbak kepahitan

Tak dipungkiri hati memang kuat melawan perpisahan

Tak hanya hati, jiwa pun siap untuk mempertahankan



Dan ternyata.....



Hati dan jiwa saling melengkapi untuk mempertahankan

Ya itu semua untuk mempertahankan arti kebersamaan

Yang 'ntah memang takdir sesuai dengan keinginan

Atau malah menjelma dengan kepahitan

Ntahlah semua itu ku serahkan kembali kepada Tuhan
»»  Baca Selengkapnya...

Tuesday, July 30, 2019

Jalan Panjang Menuju Kursi DKI 2


Oleh : Muhammad Syirot Hidayat Khoironi

            Belakangan ini kita dihebohkan dengan pertemuan dua anak bangsa terbaik di lebak bulus yakni Presiden terpilih Joko Widodo dengan lawannya Prabowo Subianto. Pertemuan ini seakan menjawab tragedi kemanusiaan di sekitar tanggal 22 mei lalu tentang kerusuhan di Jalan M.H Thamrin tersebut, meskipun beberapa pihak masih berat hati menerima keputusan Mahkamah Konstitusi setidaknya pertemuan di Lebak Bulus itu memberikan kesejukan tersendiri bagi kedua pendukung Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Apalagi dengan dikeluarkannya statemen Pak Jokowi yang mengatkan bahwa tidak ada lagi 01 dan 02 yang kemudian disambut dengan ucapan Pak Prabowo yang memberikan selamat bekerja kepada beliau. Namun, kita tidak boleh larut dalam pertemuan dua putra bangsa terbaik ini,kita harus memikirkan persoalan-persoalan bangsa lainnya, karena sejatinya begitu banyak persoalan bangsa ini yang belum terselesaikan, pandangan kita semua tertuju pada pertemuan tersebut sampai lupa bahwa salah satu persoalan yang harus dituntaskan ialah belum diisinya kursi DKI 2 ,hampir kurang lebih 11 bulan Pak Anies menjalankan pemerintahan sendirian dengan ditinggalkannya Bang Sandi yang maju dalam kontestasi pemilu 2019 praktis kursi DKI 2 saat ini kosong tidak ada yang mendudukinya.
            Walaupun secara regulasi di undang-undang tidak ada aturan-aturan yang menyebutkan bahwa tidak boleh Gubernur bekerja sendirian tampaknya jika dilihat secara manajerial DKI Jakarta bukanlah suatu permasalahan yang kecil, begitu kompleks permasalahan di Ibukota ini mulai dari kemacetan, polusi, reklamasi, lapangan pekerjaan, hingga persoalan-persoalan lainnya nampaknya tidak akan mungkin Gubernur bisa menuntaskannya sendirian maka dari itu, diperlukannya pendamping untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Di beberapa media Pak Anies juga mengeluhkan terkait pembagian jadwal undangan-undangan dari pejabat penting dan lainnya praktis Pak Anies tidak bisa menghadiri seluruh undangan yang dikirim kepadanya karena sejauh ini beliau belum memiliki pendamping. Dari akibat tidak diisinya kursi DKI 2 ini sebenernya akhir-akhir ini mulai terlihat dengan dikritiknya kebijakan Anies terkait Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Pulau D di Teluk Jakarta tersebut, itu menandakan beban yang dipikul Pak Anies ini cukup berat. Maka dari itu, diperlukannya sosok figur pengganti Bang Sandi yang dapat menemani Pak Anies hingga akhir pemerintahannya.
            Sebenarnya jika mengikuti rangkaian-rangkaian pemilihan Wakil Gubernur ini tinggal menunggu keputusan dari DPRD karena dari partai pengusung PKS dan Gerindra sudah mengusulkan dua nama yakni Agung Yulianto dan Ahmad syaikhu, terkait persoalan ini sebetulnya sudah di sorot langsung jauh-jauh hari oleh Mendagri Tjahjo Kumolo, beliau menyurati Pak Anies agar segera diisi kekosongan kursi DKI 2 agar pemerintahan di DKI Jakarta berjalan dengan maksimal, beliau juga menambahkan bahwa partai pengusung pemenang pemilu DKI ini hanya dua partai seharusnya mudah untuk mengambil keputusan secara mufakat. Lantas apa yang membuat rangkaian pemilihan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini begitu sedemikian lamanya? Pertama kita harus tahu betul bahwa proses kontestasi pemilu di 2019 ini menguras waktu yang cukup lama hingga tarik ulur kepentingan di dalamnya turut mempengaruhi proses penetapan pemilihan Wakil Gubernur ini. Kemudian kita harus paham betul bahwa DKI Jakarta ini adalah tempat yang strategis bagi keberlangsungan dinamika politik di Indonesia. Jika saja 2022 Anies menasbihkan dirinya sebagai calon presiden RI 1 bukan tidak mungkin Wakil Gubernur akan naik satu level menjadi penguasa di Ibukota, dan kita harus paham betul bahwa DKI Jakarta adalah wadah dimana representasi sketsa Indonesia secara jelas dapat terlihat, dimana didalamnya ada kepentingan-kepentingan ekonomi, mode transportasi mulai terhubung dari yang satu ke lainnya, pusat pemerintahan, pusat perekonomian, dan juga wadah bertemunya seluruh suku,ras,agama dan etnis mengadu nasib disana. Kedua lamanya proses di DPRD sebetulnya sudah harus dilakukan pemilihan wakil gubernur namun karena ketika itu belum memenuhi kuorum 50% + 1 maka belum diperbolehkan dilakukannya pemilihan wagub DKI Jakarta. Bila berkaca pada mundurnya rapat paripurna pemilihan Wagub seakan kita disuguhkan pada sandiwara-sandiwara elite politik saja, jika kita berfikir secara rasional sudah sepatutnya ketika ada agenda penting seperti itu selayaknya mereka semua hadir agar proses pemilihan Wagub ini dapat segera terselesaikan, namun dalam laporannya sebagaian besar tidak hadir dan rapat ditunda sampai ada himbauan selanjutnya.
            Pemilihan Wagub ini bisa saja diselesaikan secara cepat andai saja dua partai pengusung Gerindra dan PKS mau menurunkan egonya masing-masing. Dari pernyataan statemen pihak Gerindra sebenarnya sudah menyerahkan kursi tersebut kepada PKS akan tetapi ada saja oknum-oknum yang menghambat proses pemilihan Wagub DKI Jakarta ini, sehingga banyak memunculkan perspektif-perspektif yang liar , banyak kabar-kabar burung yang menyebutkan bahwa Bang Sandi akan kembali, namun statemen itu dibantah oleh beliau yang menkankan akan fokus menjadi oposisi dan tidak akan kembali menjadi Wagub kembali, jika kita melihat secara undang-undang memang tidak ada satu pasal pun yang melarang Bang Sandi untuk mendampingi Anies kembali akan tetapi banyak yang mengatakan bahwa tidak etis jika beliau kembali ke DKI 2. Ibarat memakan jeruk yang sudah di muntahkannya akan tetapi masih mau menjilatnya walaupun sudah jatuh ke tanah. Akan tetapi politik tidak seperti itu , politik selalu dinamis tidak ada yang bisa menduganya siapapun karena tidak ada pertemanan yang abadi , yang abadi hanya kepentingan-kepentingan tersebut. Dengan molornya pemilihan Wagub ini semakin kencang berhembus bahwa ada manuver-manuver politik yang menyebutkan bahwa Gerindra juga akan mengajukan satu perwakilan calonnya, pemilihan ini memang cukup menarik untuk di cermati. Kita baru akan tau setelah pansus dan panli menyepakati tata tertib yang mengharuskan rapat harus memenuhi kuorum.
            Dari sini sebenarnya kita melihat bahwa politik memiliki 2 sisi yang jauh berbeda penulis menyebutnya sebagai panggung depan dan panggung belakang, panggung depannya bahwa kita harus menyadari betul bahwa janji sudah terlanjur dibuat bahwa Partai Gerindra sudah secara implisit menyebutkan akan memberikan kursi Wagub kepada PKS namun seperti yang penulis katakan di awal paragraf bahwa politik tidak bisa hanya dilihat dari sisi panggung depan namun kita juga harus melihat bahwa panggung belakangnya ini yang membuat masyarakat bertanya-tanya apa sebetulnya yang membuat proses pemilihan Wagub ini berjalan sebegitu demikian lamanya, dengan terus di ulur-ulurkannya proses ini semakin masyarakat tidak percaya terhadap proses pemilihian Wagub yang sedang berlangsung. Wajar saja jika nantinya masyarakat tidak percaya terhadap proses ini, bahkan bisa saja masyarakat menduga-duga bahwa ada transaksi dibalik panggung belakang ini yang wujudnya benar-benar gelap dan tidak bisa terlihat. Semua keputusan kita serahkan kepada DPRD dan stakeholder terkait dengan tetap mengawasi jalannya proses ini, sambil berharap bahwa mereka semua yang disana tetap mengutamakan kepentingan publik dibanding kepentingan golongan maupun pribadi.

»»  Baca Selengkapnya...

Tunggu Aku, Tuan

Oleh : Destiny

Hallo, salam hangat untukmu yang tersenyum dibalik gagahnya pakaian dinas lapanganmu, Tuan.
Warna biru tua itu seakan menampakan betapa gagahnya dirimu kala itu,
Tatapan yang penuh arti itu yang ingin ku lihat setiap hembusan nafas ini,
Senyuman hangat itu yang ingin ku lihat setiap jantung ini berdetak,
Entah tak ada analogi apapun lagi untuk menggambarkan kegagahanmu.

Tuan, aku tau kriteria wanita seperti apa yang kau ingin untuk menjadi bahu yang halal tempat kau bersandar kelak
Ia lah wanita yang selalu pandai berbicara,
Wanita yang berprinsip dan punya pemikiran berbeda,
Wanita yang pandai menulis,
Serta wanita yang selalu memutuskan dengan logika.

Tuan, andaikan kau tau
Aku di sini, di singgahsana terindahku
Sedang menangis dan berdoa agar aku bisa menjadi apa yang kau mau
Aku sedang berusaha, Tuan.

Tuan, bantu aku
Bantu aku untuk tetap seperti ini,
Berjuang untuk merubah pola pikirku,
Berjuang untuk berani berbicara,
Berjuang untuk berprinsip
Serta berjuang untuk menjadi yang diidamkan olehmu.
Semoga tulisan ini dapat menjadi awal dari perjalanan kisah kita
Menjadi bukti cinta yang nyata kalau kita pernah jatuh cinta lewat sastra.

Tuan, aku menginginkanmu..


»»  Baca Selengkapnya...

Sunday, June 30, 2019

Pendidikan


Siapa yang tak menginginkanmu?
Jika binatang berakal pun dia pasti menginginkanmu
Bacaanmu membuka jendela kebodohan
Tulisanmu memporak porandakan kebuntuan
Pemimpin-pemimpin negeriku pernah berjanji tentangmu
Mengelu-elukanmu dalam kalimatnya
Rasanya sangat menggelitik perut

Lihat saja anak negeriku berkeliaran pada keramaian lampu merah
Menjual suara dan tangan kecil mereka
Sepiring nasi menjadi alasan
Lihatlah pemuda negeriku bertingkah brutal tak hirau moral
Dimana engkau pendidikan?
Jika kau tampak karena lembaran kertas nominal apa arti kata memulai?
Hancurlah mimpi si kecil negeriku
Ibu pertiwi semakin berapi
Marah dan pilu melihat negeriku

Salam dari yang merindukan pendidikan
Nelsa DelviraMahasiswa PPKN 2016 
»»  Baca Selengkapnya...

HIV BUKAN PENGHALANG KARYAMU

Namaku Didi, Usiaku 12 tahun dan sekarang duduk di bangku kelas 2 SMP. Aku tinggal bersama kakekku. Ayahku telah meninggal sejak aku masih dalam kandungan, disusul oleh ibuku yang juga meninggal saat aku berusia 2 tahun. Sulit bagiku untuk menjalani hidup di tengah masyarakat dengan keadaanku saat ini, mereka memang memaklumi dan tidak pernah mengecamku. Setelah di diagnosa mengidap HIV genetika, hidupku terasa semu, tak ada yang Aku harapkan lagi di dunia ini, entah itu cita-citaku sebagai seorang polisi, atau sebagai seorang yang berhasil, memiliki teman sejati atau menikahi wanita cantik ketika aku dewasa.
             Ya, semuanya hilang begitu saja. Aku tak habis pikir mengapa dulu ibuku bisa melakukan hal yang hina itu.  Pekerja Seks Komersil (PSK) tanpa memikirkan akibat yang akan dia hadapi. Sekilas terbesit di pikiranku mungkin itu jalan satu-satunya untuk menghidupi aku semenjak ayahku meninggal. Tetapi itu tidak bisa dijadikan alasan untuk semua ini.
            Ketika aku kecil, dokter mengatakan pada kakek bahwa gejala-gejala yang ditimbulkan virus HIV di tubuhku terlihat setelah 10 tahun mendatang disertai dengan gejala-gejala kecil sebelumnya. Itulah yang menjadi alasan mengapa kakek menjagaku dengan ketat karena takut aku jatuh sakit, karena bagi para penderita HIV jenis penyakit ringan seperti flu saja akan menjadi beban berat karena hidung akan terus menerus mengeluarkan air tanpa henti, hal itu disebabkan karena sel darah putih yang tidak mampu bekerja maksimal sebagai imun tubuh. Meskipun pada saat itu aku juga sering jatuh sakit, sel darah putihku masih dalam kategori aman, tetapi di Usiaku yang ke 12 ini, terpaksa aku harus siap untuk menghadapi apa yang akan terjadi pada tubuh ini.
           Suatu hari, aku memutuskan untuk berhenti sekolah, karena sepertinya mulai saat itu aku harus menjalani hari-hariku di rumah. Rasanya bosan sekali, tidak ada teman selain kakek yang setia  menemaniku. Aku hanya mampu melihat dunia dibalik jendela kamarku, terkadang aku hanya dapat menikmati sinar matahari pagi yang masuk lewat celah-celah kamar.
            1 minggu sudah aku menjalani hidup seperti ini, hari demi hari sepertinya akan begini, bahkan kiranya sampai kematian menjemputku. Aku hanya bisa melamun memandang langit-langit kamar, hatiku selalu bergejolak dan otakku dipenuhi pertanyaan yang kian membuncah, mengapa aku harus begini !? Aku tak pernah melakukan apapun yang merugikan orang lain, mengapa harus aku yang seperti ini, aku iri pada mereka  yang bisa menjalani hidupnya dengan normal. Aku tak bisa terus seperti ini ! Air mata mengalir deras jatuh ke pipiku, sambil terisak-isak aku menyeka air mataku.
            Tiba-tiba terdengar seseorang membuka pintu. Ya, itu pasti kakek !, lalu siapa lagi yang sudi datang ke rumah ini. Aku harus segera menghapus air mataku karena tak ingin kakek sedih melihatku. “Didi ? lihat siapa yang datang !” ujar kakek sambil mengetuk pintu kamarku. “Ya, siapa ?” tanyaku dari dalam kamar. “Bukalah pintunya” pintanya. Akupun membuka pintu kamarku dan melihat bu Fitri guruku di sekolah ada di rumahku. Bagaimana bisa ? Sontak, aku terkejut dan langsung menutup kembali pintu kamarku. Kakek meminta agar aku kembali membuka pintunya, namun bu Fitri meminta dia untuk tidak memaksaku. Akhirnya, tak lama kemudian bu Fitri pergi meninggalkan rumahku.
            Aku termenung memandang foto Ayah yang saat ini sedang Aku pegang. Andai ia masih hidup, Aku pasti tidak akan seperti ini.
         “Di….” terdengar suara Kakek lembut di telingaku. Ia menghampiriku dan duduk di sampingku. “Bersikaplah baik pada setiap orang meskipun keadaanmu sedang tidak baik” ujarnya sembari mengelus rambutku. Aku pun mengangguk dan mengerti apa maksudnya. “Ohh iya, tadi gurumu memberikan ini” tambahnya lagi sembari memberikan seperangkat alat melukis yang diberikan bu Fitri untukku. Aku mengambilnya dan meletakanya di dekat lampu tidurku. “Sekarang kamu tidur, istirahat yang cukup dan jangan sampai kelelahan” perintah kakek sembari mematikan lampu kamarku.

Keesokan harinya…
            Sinar matahari pagi mengenai wajahku melalui celah kamar. Aku terbangun dari tidurku dan sedikit melamun memandang langit-langit kamar. Aku membalikan posisi tidurku dan melihat pemberian bu Fitri yang aku simpan di dekat lampu tidurku semalam. Bosan rasanya bila hanya memandangnya saja, Akupun mulai melukis hal-hal yang ada di pikiranku. Sebenarnya Aku tidak begitu suka melukis.
        Tak lama kemudian, kakek memasuki kamarku dan membawakanku sarapan. Ia menghampiriku dan duduk di sampingku. “Lukisan apa itu ?” tanyanya. “Spectrum” jawabku singkat. Hanya karena garis warna-warni yang aku gambar, aku menyebutnya spectrum, padahal aku tidak tahu itu lukisan apa, benar-benar absurd.
            “Begitu yah, indah sekali” ujar Kakek sembari memujiku dan seperti mencoba membuat aku senang, aku hanya diam tanpa menghiraukanya. “Jangan lupa untuk menghabiskan sarapanmu, kakek hendak pergi ke luar sebentar” Ia pun meninggalkan rumah.
Saat itu aku memerhatikan segelas susu yang ada di atas lemari buku, lalu aku melukisnya. Warnanya putih, sedikit lebih kental dibanding dengan air jernih, rasanya manis dan banyak orang menyukainya. Bagaimana caranya aku bisa melukiskan segelas susu itu dengan semua makna yang ada di dalamnya ? Aku bertanya-tanya dalam hati sembari fokus melukis dengan memerhatikan gelap terangnya. Sejak saat itu aku suka melukis. yang ada dipikranku tentang melukis adalah bukan hanya melukis saja, tetapi juga berusaha menyimpan makna tersirat di dalamnya.
            Aku juga melukis pohon mangga yang ada di balik jendela kamarku. Pohon yang hidup dari akar, kokoh dengan batang, rindang dengan dedaunan dan indah dengan buah. Semua yang aku gambar harus memiliki makna.
            Suatu hari, aku sedang melukis aurora di ruang tengah rumah. Warna-warninya memiliki makna keceriaan yang mungkin hanya ada pada khayalanku. Awalnya aurora itu aku lihat di televisi dan rupanya indah bila dilukis.
            Tak lama kemudian kakek datang bersama bu Fitri. Aku tak pernah menyangka kalau guru yang satu ini tidak pernah takut denganku, dia sangat baik hingga datang berkali-kali untuk menjengukku. Anehnya, dia tidak pernah kapok dengan sikap dingin dan acuhku. “Didi….” gumamnya, namun aku terus melukis tanpa menghiraukanya.
“Kamu ingin dengar sesuatu ?” tanyanya sembari membujuku lembut, namun Aku tetap tidak menghiraukanya. “Ada seorang seniman yang pandai melukis, ia sangat sukses dalam meniti karirnya. Suatu hari ia kehilangan tangan kananya, namun dia berusaha melukis dengan tangan kirinya. Tetapi, sesuatu terjadi lagi, ia kembali kehilangan tangan kirinya sehingga dia berusaha untuk bisa melukis dengan kakinya. Tapi semua itu tidak pernah membuatnya berhenti berkarya, dan ia tetap akan terus berkarya” mendengarnya, aku langsung melihat ke arah nya, aku mencoba mendengarnya.
“Kau tahu apa yang dapat menghentikan seseorang untuk berkarya ?” tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku. “Hanya hati, pikiran dan kemauan yang mampu menghentikan seseorang untuk berkarya. Kamu masih memiliki semua itu, dan kamu masih bisa bertahan sampai saat ini. Selama kamu masih memiliki hati, pikiran dan kemauan, jangan pernah takut untuk berkarya. Tidak seorang pun yang bisa membatasimu. Imajinasi itu tiada batas” Seketika ucapanya membuat air mataku menetes. Aku salah tentang kehidupanku selama ini, seharusnya aku tidak takluk dengan keadaan.
            Motivasi itu memacu diri ini untuk maju, aku tidak perduli sampai kapan aku hidup, yang jelas aku hanya ingin memanfaatkan waktu hidup ini dengan berkarya tanpa batas. Aku mulai menemukan hobi ku, ya dari melukis itulah aku mulai menekuninya. Hingga suatu hari, lukisanku laku di pasaran. Bahkan ada pengusaha kondang yang melelang lukisanku dengan harga Rp.100 juta.

            Aku mulai menggeluti hobiku dan memamerkan lukisan-lukisanku setiap kali ada acara pameran. Perlahan, aku mulai bangkit dari keterpurukan, aku ingin membuat kakek bangga dengan apa yang aku lakukan. 

Syifa Syarifa
Mahasiswa PPKN 2017
»»  Baca Selengkapnya...

Rekonstruksi Pemahaman Logika Pancasila

Oleh: Maulana Malik Ibrahim

“Pancasila adalah sebuah produk ideologi yang moderat”

Pelbagai kasus yang mengancam integrasi nasional muncul ke permukaan seiring dengan adanya konotasi “Luntur leburnya Nilai Sah Bangsa (Pancasila)”. Kasus Intolerasi merebak bukan hanya di kota-kota, tetapi juga sentimen simbol keagamaan juga mewabah di pelosok daerah yang biasanya mereka hidup rukun bahagia. Tidak berhenti pada permasalahan intoleransi, memudarnya semangat gotong royong, dan juga bobroknya sistem demokrasi menjadi sayatan luka bangsa tersendiri yang belum bisa diobati. Permasalahannya terletak diantara dua komponen Negara, antara pemerintah dan rakyatnya sendiri, ada sebuah satir yang mengungkapkan bahwa “Rakyat adalah cerminan dari pemerintahan” maka dalam hal ini, khususnya dalam kasus memudarnya nilai akar budaya bangsa tidak serta-merta harus menyalahkan kedua komponen tersebut, karena mereka semua ikut dalam semua konflik serta harmonisasi yang tercipta di negara ini dan seharusnya komponen bangsa tersebut dapat saling intropeksi massal untuk merekonstruksi akar budaya bangsa yang telah dimaktubkan menjadi sebuah ideologi bangsa, yaitu Pancasila.
            Mengutip pernyataan dari seorang Jurnalis Amerika Abad-20, Walter Lippmann “Picture In Our head” atau sering disebut “gambaran umum dalam kepala” bahwa paradigma yang ada pada pikiran penulis bukanlah sebuah generalisasi yang dijatuhkan pada dua komponen yang ikut andil dalam lunturnya nilai bangsa ini, akan tetapi penulis memandang bahwa akar masalah yang timbul ini bisa saja disebabkan oleh kedua komponen tersebut yang mungkin belum bisa bersinergi dalam membangun serta menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila. Perlu dipahami bahwa Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa telah jauh memenuhi kata sah secara faktual serta implementatif, karena kenyataan yang ada sekarang berbanding terbalik dengan hal normatif pada nilai Pancasila.
            Dalam sejarah perkembangan perumusan Pancasila, banyak ditemukan persoalan-persoalan yang pernah dikatakan Soekarno sebagai persoalan yang “Njelimet”, banyak perdebatan tentang dasar negara mengenai negara islam atau plural, liberal atau komunis, kapitalis atau sosialis. Semua gelagat keinginan kelompok tumpah ruah saat prosesi penyampaian gagasan tentang dasar negara, penting sekali bahwa dasar negara haruslah secepat mungkin ditemukan agar menjadi suatu pemicu nilai mana yang akan bangsa ini gunakan serta implementasikan, ketika fundamennya belum ada maka rakyat akan bimbang. Ketika semua gaduh dalam suasana panas Sidang BPUPKI I (29 Mei-1 Juni 1945), Soekarno mencoba untuk meredakan ketegangan itu dengan berpidato mengenai dasar negara (Philosophie Grondslag) ataupun dapat disebut penghayatan hidup bangsa Indonesia yang disebut Pancasila “Lima Dasar”. Diatas inilah negara Indonesia dibangun, fondasi inilah yang mencegah kehancuran bahkan runtuhnya Negara ini. Jika lima sila tersebut diperas hanya menjadi tiga sila akan dinamakan “Tri Sila” yang artinya paham bangsa ini adalah Sosio-Demokrasi, Sosio-Nasionalis, dan Ke-Tuhanan (semua untuk semua, bukan hanya golongan tertentu saja untuk Indonesia), demokrasi yang dianut ialah demokrasi Indonesia yang memahami konsepsi musyawarah mufakat bukan seperti demokrasi barat yang sebagai mana adanya. Dan jika dari tiga sila tersebut hanya direduksi menjadi satu sila “Eka Sila” paham Negara Indonesia ialah “Gotong Royong”, disini paham gotong dapat dimaknai sebagai simbol dinamis yang sewaktu-waktu bisa dipadu-padankan dengan tuntutan zaman yang ada, dan juga lebih dari sekedar simbol persaudaraan dan kekeluargaan. Pancasila sebagai filosofi hidup bangsa Indonesia betul-betul diambil dari nilai budaya asli Indonesia dan sama sekali  tidak diambil dari paham Liberalis ataupun paham Komunis, “Pancasila adalah sebuah produk ideologi yang moderat” Tutur Soekarno.
            Sebuah jalan terjal kesejarahan yang dipikul berat oleh orang-orang yang ingin sekali memiliki fondasi ketatanegaraan. Dari apa yang telah dicetuskan oleh Soekarno itu dijadikan nama dari dasar negara Indonesia, lagi-lagi rumusan butir-butir Pancasila oleh panitia 9 kembali dirombak agar sesuai dengan nilai dan karakter bangsa yang asli, sehingga nantinya tidak akan menimbulkan polemik ketika negara sudah berjalan. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam upaya perumusan Pancasila sebagai dasar negara, banyak yang menginginkan negara ini dibangun atas golongan apa yang paling banyak jumlahnya, tak jarang intervensi bahkan Lobbying menjadi faktor penentu di kala itu. Pada saat perumusan ulang Pancasila diketahui terdapat lima butir sah yang diyakini sebagai fondasi utama bangsa Indonesia yang berdaulat dan merdeka, berikut butir-butir Pancasila yang dicetuskan pada 22 Juni 1945:
1.      Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi para pemeluknya
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Pesatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari kelima butir diatas dapat ditarik simpulan bahwa dasar negara Indonesia sudah matang dan siap untuk menjadi pedoman hidup rakyat Indonesia. Akan tetapi, lagi-lagi pro-kontra terjadi saat perumusan sila pertama, banyak yang menganggap pada sila pertama hanya mewakili satu agama dan tidak merepresentasikan pengakuan atas agama yang lain. Pertimbangan yang lainnya untuk pengubahan sila pertama bahwa Negara Indonesia merupakan sebuah gugusan kepulauan dari Sabang hingga Merauke, itulah yang menyebabkan muncul usulan agar dasar negara tidak berdasarkan agama tertentu. Ancaman lain yang memberikan dampak nyata adalah ingin lepasnya bagian Timur Indonesia yang merasa tidak terwakili  suaranya di dalam perumusan dasar negara tersebut. Pada 18 Agustus 1945 menjadi titik tolak pluralisme yang ada di Indonesia dimenangkan, pada hari itu frasa “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi para pemeluknya” digantikan menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa” sebagai pengejawantahan atas Negara multikultural. Pada saat prosesi pengesahan Pancasila sebagai dasar negara, didapati lima nilai bangsa yang temaktub dalam mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, antara lain:
1.      Ketuhanan yang Maha Esa
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

              Perlu dipahami bahwa konteks logika Pancasila yang dibangun tersebut atas dasar perasaan sama-sama dijajah dan dirampas kemerdekaannya oleh bangsa lain. Semua elemen bangsa bersatu untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, tak kenal agama, ras, suku, dan adat istiadat, semua berkumpul menumpahkan gagasan serta kegelisahannya untuk mencapai “Indonesia Merdeka”. Penjabaran nilai-nilai Pancasila yang disahkan pada Sidang PPKI ke-2 (18 Agustus 1945) merupakan bentuk tertinggi nilai-nilai normatif bangsa Indonesia.
              Pertama, secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat dasar antologi Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek hukum pokok sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yang berupa sifat kodrat monodualis yaitu sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial, serta kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan sekaligus juga sebagai makhluk Tuhan. Konsekuensinya, Pancasila dijadikan dasar negara Indonesia adalah segala aspek dalam penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan kodrat manusia yang monodualis tersebut.
              Kedua, kajian epistemology, Filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan adanya karena epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila ini tidak bisa dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Sebagai suatu paham epistemologi, Pancasila mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, Pancasila secara epistemologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan sains dan teknologi pada saat ini.
              Ketiga, kajian aksiologis Filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini disebabkan karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologi, nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Aksiologi Pancasila ini mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang mengakui, menghargai, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penerimaan dan penghargaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia.(Dewantara, 2017)
              Rumitnya penyusunan Pancasila hingga Pancasila sebagai filsafat negara memiliki kerangka yang jelas dalam manifestasi nilai-nilai budaya Indonesia. secara gamblang kita melihat bahwa terdapat sebuah kontradiksi dalam teori yang dirumuskan dan juga pelaksanaan yang belum sesuai dengan apa yang di harapkan. Diperlukan sebuah revitalisasi ataupun rekonstruksi makna mendalam dalam upaya pembumian nilai-nilai Pancasila. Jangan sampai apa yang telah dirumuskan secara mati-matian oleh Founding Fathers bangsa hanya akan menjadi sebuah makna semu tanpa implementasi. Negara memiliki peran penting dalam penggalakan rekonstruksi sesuai logika filsafat Pancasila. Perlunya sinergitas antara Pemerintah dan Rakyat untuk membumikan nilai-nilai Pancasila yang mulai usang, pengembalian artian sila pertama hingga kelima tidak bisa dilakukan secara instan, perlu proses yang panjang dalam membangun kesadaran kolektif bahwa Pancasila merupakan faktor pemersatu bangsa. Rekonstruksi nilai-nilai Pancasila akan terlihat jelas apabila bangsa Indonesia sudah tidak mendengar lagi kabar yang tersiar mengenai masalah intoleransi, ketidakadilan, arti demokrasi yang kabur, ketimpangan sosial, dan beragam masalah yang lain. Juga yang perlu dipahami adalah bahwa bangsa Indonesia bukanlah milik golongan tertentu. Bangsa Indonesia milik orang-orang yang berusaha keras melawan penjajahan dan ketidakadilan.

»»  Baca Selengkapnya...

Kesan Perjalanan

Seperti tidak tahu arah jalan
Tersesat di dalam kegelapan
Bantu diriku menemukan kembali harapan
Untuk mencapai sesuatu tujuan

Tolong bantulah diriku wahai teman
Untuk menggapai sebuah impian
Berilah diriku sebuah dorongan
Akan tetapi tidak secara paksaan

Walau terlihat banyak senyuman
Tetapi itu seperti angan-angan
Hanya untuk menutupi kesedihan
Dari suatu permasalahan 

Diriku sekarang seperti dalam kebingungan
Seperti mendungnya langit karena awan
Tolong genggam erat tanganku kawan
Untuk menatap masa depan

- Ini Tulisan, Hamba Allah.
»»  Baca Selengkapnya...

Wednesday, May 29, 2019

Meskikah Kita Bertanya pada Rumput yang Bergoyang?


       Berbicara mengenai lingkungan tidak lepas dengan kehidupan manusia. Keduanya saling bersinggungan dan hidup bersama di muka bumi ini. Manusia diciptakan di muka bumi ini mempunyai satu peran yaitu menjaga lingkungannya. Lingkungan sendiri diciptakan untuk memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, yang perlu dicermati bagaimana hubungan antara keduanya dalam hidup berdampingan di muka bumi ini?. masihkah manusia mencintai alamnya?, atau alam yang mulai enggan bersahabat dengan manusia?.
Kerusakan lingkungan menjadi masalah yang serius jika tidak segera ditangani. Rusaknya lingkungan di muka bumi ini antara lain disebabkan adanya ketidak-seimbangan antar organisme didalamnya, Eksploitasi alam yang berlebih, hingga pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dilakukan secara arif. Manusia yang dikaruniai akal pikiran harus mampu mengatasi permasalahan ini, karena lingkungan menjadi “habitat” dimana makhluk hidup tumbuh dan berkembang termasuk manusia sebagai individu, terlebih rusaknya lingkungan banyak disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri.
            Adanya ketidakseimbangan antara makhluk hidup dan lingkungannya cukup memeberi peran terhadap kerusakan lingkungan khususnya di negara berkembang, hal ini terjadi karena makhluk hidup yang terus tumbuh sedangkan lingkungan alam akan tetap sama selamanya dan tidak akan bertambah. Pertumbuhan penduduk selalu tidak diimbangi dengan pertambahan lahan, hal berakibat pada kepadatan pendudukan yang nantinya akan terjadi pencemaran lingkungan bahkan permasalahan sosial.
            Saat ini, menurut data BPS laju deforestasi mencapai 1,8 juta h/tahun yang mengakibatkan 21% dari 133 juta hutan di Indonesia hilang. Hilangnya hutan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, meningkatkan peristiwa bencana alam, dan terancamnya kelestarian flora dan fauna. Jumlah polusi udara akibat kendaraan dan aktifitas industri turut menyumbang penurunan kualitas lingkungan.
            Eksploitasi secara berlebihan terhadap lingkungan disinyalir akibat paham kapitalis yang cenderung “memuja” kebebasan individu dan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Hal ini yang mengakibatkan eksploitasi berlebih terhadap sumber daya alam, sehingga akhirnya menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan.
            Permasalahan lingkungan merupakan efek global yang membutuhkan perhatian khusus dan serius, karena menyangkut kelangsungan hidup umat manusia dan makhluk hidup secara keseluruhan. Sebagai bentuk perhatian terhadap permasalahan lingkungan, muncul gerakan environmentalism untuk melindungi lingkungan dari berbagai kerusakan (Kalijernih, 2007). Inti gerakan ini adalah etika terhadap lingkungan dan konservasi alam, mempertahankan keanekaragam hayati, dan advokasi pembaharuan sumber-sumber energi.
            Mengutip lagu karya Ebiet G. Ade dengan judul “Berita Kepada Kawan”, dimana dilagu tersebut dijelaskan secara betul bagaimana rusaknya lingkungan alam saat ini. kekeringan terjadi dimana-mana hingga bencana alam yang menelan banyak korban. Ketika ditanya siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan ini, semua seolah diam, tidak ada satu pun dimukan bumi ini yang mau bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan ini.
            Sudah saatnya kini memanfaatkan lingkungan hidup secara arif dan pembangunan berkelanjutan. Secara arif, artinya memanfaatkan sumber daya alam dengan tidak merusak ekosistem, secara bijak, efesien, dan memikirkan bagaimana kelanjutan sumber daya alam tersebut apabila dipakai secara terus-menerus. Berkelanjutan, artinya sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.
            Dari uraian diatas, dapat kita lihat bagaimana manusia hidup berdampingan dengan lingkungan hidupnya dan sepertinya antara manusia dan alam kurang “bersahabat” masih banyak ditemukan kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana. Saatnya kini kita mencintai alam tempat kita hidup, jangan buat alam enggan bersahabat dengan kita hingga kita meski bertanya kepada rumput yang bergoyang.


“Cintailah Alammu, Sebagaimana Alam Mencintaimu dengan Keindahan”

Jakarta, 25 April 2018

Rizki Hermawan
Mahasiswa PPKN 2016


»»  Baca Selengkapnya...

Kutukan di Tanah Senja


Senja itu diceritakan oleh dalang, bahwa ada segelintir manusia yang mencari penghidupan
Malang-melintang di kota Jakarta yang carut marut akan suasana perpecahan
Manusia itu merasakan kerasnya kutukan hidup meskipun sembari duduk, tertawa, dan bersenda gurau
Tetapi, batinnya layu diterpa angina nestapa

Kutukan itu menjalar, bahkan menular . . .
Kepada siapa saja yang tak mau berjalan . . .
Kemiskinan, kebodohan, bahkan kriminalitas mewabah . . .
Siapa saja dapat berteriak “ BEGO LO ! “ dengan nada mengutuk lawan bicaranya . . .

Kutukan ini lahir ditanah senja,
Sebagai akibat setiap pagi mereka tidak mau mengembangkan pikirannya
Ingkar akan kewajiban,
Serta tidak patuh pada pendidikan penyebab kutukan itu dimulai

- BERBENAHLAH, SEBELUM SENJA MENGUTUKMU ! –

Maulana Malik Ibrahim
Mahasiswa PPKN 2017

»»  Baca Selengkapnya...

Manusia-manusia Apatis



Oleh : Mutia Zahwa Nabitha 

Ada sekitar 7 miliar manusia di bumi. Beragam ras, suku, agama, kebangsaan, kewarganegaraan, bahkan sifat.
Kita menginjak bumi yang sama, memandang langit yang sama, bahkan bernapas di oksigen yang sama.
Lantas, apa yang membedakan setiap manusia dengan manusia lainnya?
Diluar konteks ketuhanan yang menyebutkan bahwa yang membedakan manusia dengan manusia lainnya adalah keimanan dan ketakwaannya, pada konteks sosial yang dapat membedakan antara manusia dengan manusia lainnya adalah watak, karakter, sifat, dan sikap. Keempat hal yang selalu melekat dalam diri setiap manusia.
Diantara banyak sifat manusia,ada yang menarik perhatian saya; apatis. Apatis atau dalam kata lain acuh tak acuh, masa bodoh terhadap sosial, sering sekali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Manusia-manusia apatis selalu mementingkan diri sendiri, tidak melihat apa yang sedang terjadi disekitarnya.
Padahal, bumi berputar tidak hanya mengitari dirinya. Lantas, mengapa masih banyak manusia-manusia apatis?
Sebagian dari mereka mungkin berpikir, bahwa apatis adalah pilihan, mereka berhak berlaku sebagaimana yang mereka inginkan. Sebagian lagi berpikir, lingkungan nya yang membuat ia harus bersikap apatis.
Namun, perlu diingat lagi bahwa setiap manusia ingin diperlakukan dengan baik,ingin diperlakukan sebagaimana seharusnya manusia diperlakukan.
Maka dari itu,manusia kan lah manusia. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
Kita hidup di bumi tidak sendiri, pikirkan juga perasaan orang lain.

»»  Baca Selengkapnya...

Apa Kabar Liga 1 Musim 2019


Oleh : Muhammad Syirot Hidayat Khoironi

Semula liga yang awalnya akan dihelat 1-8 mei menjadi 15 mei 2019 bukan sebuah hal yang mengejutkan karena pasalnya tahun lalu pun liga mengalami sebuah kemunduran jadwal, di Jepang 2 bulan sebelum liga dimulai para pemain sudah mengetahui jadwal pertandingan pekan pertama dan kedua. Memang secara keseluruhan belum rampung akan tetapi dengan mengetahui 2 pertandingan di awal secara kesiapan tim dan mental pemain sudah sangat siap mengarungi musim baru, berbeda dengan di Indonesia jadwal liga tidak pernah tepat waktu selalu mengalami kemunduran. Tercatat di Indonesia ada 18 klub yang berlaga dengan kata lain terbanyak se Asean dengan disusul Thailand dan Filiphina masing-masing 16 tim. Jika kita berkaca pada musim lalu semula liga yang awalnya di gelar 24 Februari 2018 mengalami penundaan jadwal hingga 23 Maret 2018 dan pada akhirnya penutupan liga yang tadinya direncanakan 2 Desember menjadi molor hingga 9 Desember sebabnya masih sama dari mulai kerusuhan antar supporter, izin kepolisian yang tidak turun, hingga permintaan pemegang hak siar yang membuat liga tidak berjalan sebagai mana mestinya, bukan tidak mungkin di musim ini akan mengalami hal yang sama dengan musim lalu. Di awal saja pembukaan liga 1 2019 pertandingan yang mempertemukan PSS Sleman dengan Arema harus dihentikan di menit 30 karena ada insiden kerusuhan antar supporter, belum lagi jadwal liga yang mengalami kemunduran, bulan ramadhan yang seharusnya menjadi paruh musim saat ini menjadi awal musim kompetisi, dan besaran subsidi yang semula 7,5 M dipangkas menjadi 5 M. 

Dengan persoalan yang begitu kompleks di awal musim seperti ini bukan tidak mungkin akan berimbas ke Timnas kita yang tahun ini akan melakoni 2 event akbar yakni kualifikasi piala dunia 2020 dan piala asia 2023, seperti musim lalu klub hanya mengekspor maksimal 2 pemainnya untuk memperkuat Timnas. Seharusnya muara dari sebuah kompetisi yang sehat adalah Timnas yang kuat , tetapi jika klub saja enggan mengirim pemainnya, bagaimana Timnas kita mau berbicara banyak di level Asia apalagi dunia?. Dengan dipangkasnya subsidi per klub menjadi 5 Milyar bukan tidak mungkin ada klub yang bangkrut di tengah jalan seperti musim lalu , Sriwijaya FC yang digadang gadang akan menjadi juara liga 1 2018 dengan diperkuat pemain pemain sekaliber Konate Makan, Hamka Hamzah bahkan penyerang Timnas Beto Goncalves malah ditinggal pemain-pemainnya dan terpaksa harus mengakhiri musim dengan turun kasta ke liga 2. Semetinya PT LIB (Liga Indonesia Baru) sang pembuat regulasi sekaligus yang menggerakan liga belajar banyak dari pengalaman tahun lalu agar tahun ini liga berjalan sesuai jadwal, dan pemain bisa nyaman menjalankan musim 2019 tanpa dihantui bayang-bayang pemogokan gaji pemain. Sehingga muaranya Timnas kita
akan berprestasi di kancah dunia.
»»  Baca Selengkapnya...

Selasa

Oleh : Aldi Waskito


Lusa, Minggu menunggu.
Ada temu yang ditawan rindu.
Dipisahkan jarak dan waktu.
Jadi sendu, katamu.

/1/
Aku bawakan payung.
Agar ragamu tak basah,
Dihujani pinta bersua.
Aku pinta,sabarlah.
Semua akan reda.
Pada hari Selasa.

/2/
Aku tunggu payungmu.
Didalam ruang yang sepi, termenung.
Jiwamu mulai turun, menjelma rindu.
Basahi raga, dan kau terlambat.
»»  Baca Selengkapnya...

AKU


(1)
Kala itu,
Aku tidak mengetahui cerita yang sebenarnya
Ternyata selama ini alurnya penuh kebohongan
Dan bodohnya aku mengikuti alur itu
Saat itu aku sangat ingin mengetahui cerita yang sesungguhnya
Tetapi, ketika aku sudah mengetahuinya...
Sangat menyakitkan bagi diriku sendiri
Kecewa? Ya aku sangat kecewa
Tetapi jangan menyalahkan orang yang menghianatimu
Mungkin diri ini juga mempunyai kesalahan
Perbaiki diri, mulai saat ini harus lebih hati-hati dengan siapapun
Yang mencoba untuk mengetuk hatimu.


(2)
Semua orang pasti punya kesalahan masing-masing
Dan semua orang juga harus bisa memaafkan
Ternyata tidak semudah itu rupanya
Tetapi tetap saja aku berusaha untuk menerima dengan lapang dada
Bahkan rasa tulus dan setia ini pun masih tetap ada dihati
Ingat! Kita cuma bisa berjuang dan berusaha semampunya
Karena semuanya memang sudah ada yang mengatur


(3)
Memang benar ‘mencegah’ itu lebih baik
Tetapi tidak salah juga jika memang nyatanya harus ‘memperbaiki’
Jangan takut untuk menanyakan kebenaran
Jangan takut untuk menyatakan kebenaran

-dr-

»»  Baca Selengkapnya...

Tuesday, April 30, 2019

Dia

Oleh : A.C


Dia... Yang selalu ada
Ketika malam menghantuiku
Dia... Yang selalu menemaniku
Dikala ku sedih
Dialah teman yang selalu ada
Ketika aku terpuruk
Dia adalah sebuah misteri
Kehadirannya yang sangatku nanti
Dialah sunyi yang selalu ada bersemaku
Kemanapun aku pergi
»»  Baca Selengkapnya...

Pesan Kebaikan


Oleh : Aldi Wahyu Pradana


Distraksi
Eskepal milo,
Roti goring Indomie,
Rainbow cake,
Mereka itu hanya siklus,
Nanti juga hilang karena distraksi baru.

Sama seperti hidup manusia,
Manusia tidak melulu mampu berada diatas,
Ada masanya redup,
Ada masanya berganti,
Ada masanya terdistraks,
Apapun hal yang mendistrak itu diluar kekuasaan.

Yang ada dalam kekuasaan adalah:
Bertahan hidup.
Bertahap hidup di dunia yang sangat fleksibel ini.
(2018)




Hati
Akal diberi kebebasan oleh raga ini untuk berpikir,
Akal diberi kebebasan oleh raga ini untuk belajar,
Akal diberi kebebasan oleh raga ini untuk bermimpi.

Dan raga ini merupakan wujud implementasi,
Dari apa yang akal pikirkan,
Tak lupa peran hati di dalamnya.

Pointnya ada dihati,
Setiap apapun yang akal pikirkan,
Dan raga jalankan,
Tempatkanlah hati di dalamnya.
(2018)




Makam Baqi
Abah,
Kata pak ustadz disinilah makam pertama yang akan dibangkitkan oleh Allah SWT nanti,
Aku jadi ingin meninggal disini dan jika bias aku yang meninggalkan dunia ini terlebih dahulu bah, sahut umi.

Umi,
Jangan bilang seperti itu.
Aku tak kuat jika harus menjalani hidup tanpamu, biar saja aku yang terlebih dahulu pulang mi, Jawab abah.

Umi saja,
sejauh ini abah selalu melakukan banyak hal dengan baik, pasti abah bias hidup tanpa umi, Jawab umi meyakinkan.

Tidak-tidak,
biar abah saja yang terlebih dahulu umi. Jika saja bisa, aku ingin kamu menemaniku 1000 tahun lagi di bumi, umi. Jawab abah

Sebentar, mengapa kita berlomba untuk saling meninggalkan?
Padahal banyak orang merangkai hubungan agar erat.
Lalu mengapa kita berlomba untuk memenangkan perdebatan?
Padahal diluar sana banyak orang putus hubungan dan berusaha membangun komunikasi dan relasi.

Sepasang manusia yang saling jatuhcinta memang membingungkan.
Hanya mereka yang mengerti, bahkan.
Apalagi kalau dulunya saling jatuh cinta,
Tapi sekarang jauh-jauhan.
(2019)




Hujan
// 1
Bersediakah kamu?
Menjadi yang ku payungi saat hujan datang,
Membiarkanku memayungimu hingga teduh,
Saat ribuan air turun kebumi secara bersama?

Membasahi sedikit demi sedikit,
Hati yang lelah meragu,
Dan membuatnya nyaman dalam suasana syahdu.

Atau menjadi alasan untuk menemui hujan secara langsung?
Memadamkan satu persatu kulit kepalamu yang sibuk menerka

// 2
Bersediakah kamu?
Mengizinkanku menjadi orang pertama,
Yang menyiapkan teh hangat,
Atau sekedar jaket untuk membuatmu hangat?

Dan mendengar keluh kesahmu,
Di depan teh hangat yang manisnya,
Selalu kalah olehmu.
(2018)




Media Sosial
Platform ini laksana sebuah topeng,
Topeng yang membuat kita tak dikenali oleh orang lain,
Topeng yang membuat kita berbeda dari diri yang asli

Disini kita bias terlihat seolah-olah kita paling bijak dalam menghadapi masalah,
Bisa terlihat bagai orang yang paling bahagia di dunia,
Bisa terlihat bagai orang yang paling pintar di dunia.

Ah, sial
Ini hanya topeng,
Yang jika tidak kugunakan,
Tak ada artinya diriku ini.
(2019)




Rembulan
// 1
Kamu tidak perlu menjadi orang yang terlihat paling bersinar,
Bintang tak akan berebutan untuk bersinar,
Karena mereka tau akan tetap terkenang

// 2
Coba lihat bulan di atas sana,
Bulan tidak pernah malu terlihat sendirian di langit luas,
Bulan yang permukaannya jelas kasar,
Bukankah masih tetap menjadi rayuan?

// 3
Coba liat matahari di atas sana,
Matahari yang sinarnya sering dihindari pada siang hari,
Bukankan tetap memberikan manfaat?

Ini bukan soal siapa yang paling bersinar,
Bintang,
Matahari,
Bulan,
Memiliki tugasnya masing-masing,
Tentunya bermanfaat bagi banyak orang.
Pilihannya tinggal di kamu,
Mau bawa apa untuk orang lain
Kebermanfaatan atau Ego pribadi?
(2019)

»»  Baca Selengkapnya...