SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Friendship is not a lesson you can learn in the school. But you have not learned anything if you haven't learned the meaning of friendship. (Shufi Salsabila)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan merupakan hiasan kemakmuran serta tempat perlindungan dalam kesulitan. (Aristoteles)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan merupakan kehidupan itu sendiri. (JOHN DEWEY)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan mempunyai akar yang pahit tapi buahnya manis. (Aristoteles)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Di depan memberi teladan,Di tengah memberi bimbingan, Di belakang memberi dorongan. (Ki. Hajar Dewantara)

Wednesday, May 31, 2023

Pusaran Jembatan Kawung

 Pusaran Jembatan Kawung

Karya: Agnes Dwi Marlina

"Ah, kata orang jembatan ini angker, tapi setiap hari lewat sini ngga ada apa-apa, tuh."
Bisik Bagus dalam hati. Slang beberapa menit kemudian, terlihat gadis kecil sedang menangis di tepi jembatan hanya dengan mengenakan sandal sebelah. "Hiks hiks huhuhu mama..." Terdengar suara tangisan gadis kecil yang memanggil mamanya dari tepi jembatan.

"Hey, adik kecil mengapa kamu menangis di sini?" Tanya Bagus sambil mendekati
gadis kecil tersebut. "Sandalku hanyut, Kak. Aku ngga bisa pulang, huhuhu." Kata gadis kecil. "Kok bisa? Kamu habis main dari sungai?" Tanya Bagus. "Iya, Kak tolong bantu carikan sandalku ya" Mohon gadis itu kepada Bagus.

"Baiklah, ayo kita cari bersama-sama" Ajak Bagus. Sesampainya di sungai, Bagus
melirik kanan dan kiri untuk mencari sandal gadis kecil itu. Tiba-tiba...

"Ohh..., itu sandalmu bukan yang nyangkut di dekat ranting kayu?" Tunjuk Bagus.
"Iyaa, betul Kakk! Tolong ambilkan ya, Kak" Rengek gadis kecil itu. "Oke, aku akan coba ambilkan ke sana." Kata Bagus. "Iya, Kak." Kata gadis kecil.
 
Langit pun semakin gelap, akhirnya Bagus berhasil mengambilkan sandal gadis kecil
itu menggunakan ranting bambu dengan susah payah. "Ini sandalmu, jangan sampai hanyut lagi ya. Berhati-hatilah" Pesan Bagus. "Wahhh sandalku! Terima kasih, Kak! Ungkap gadis kecil. "Cepat pulang, nanti dicariin mama, lho" Tutur Bagus. "Dadahhh, aku pulang dulu kak." Kata gadis kecil itu sambil bergegas. Bagus juga segera bergegas untuk pulang, karena orangtuanya sudah menunggu di rumah. Setibanya di rumah, Bagus menceritakan semua kejadian yang baru saja ia alami tadi kepada orangtuanya. "Waduh, Nak. Kenapa baru pulang? Ini sudah mau maghrib, lho" Tanya Bapaknya. "Iya, Pak, maaf tadi ada sesuatu di jalan pulang." Jawab Bagus. "Sudah, Nak, kamu mandi dulu sana. Nanti kita sambung lagi." Tambah Ibunya. "Baik, bu." kata Bagus.

Beberapa menit kemudian. "Pak, tadi Bagus ketemu sama gadis kecil di Jembatan
Kawung." Jelas Bagus. "Apa?! Kamu beneran ketemu sama gadis kecil itu?!" Tanya Bapaknya. "Iya, Pak. Tadi dia kehilangan sandalnya, ya sudah Bagus bantuin cari deh, makanya jadi telat pulangnya." Jelas Bagus. "Berhati-hatilah, Nak. Kalau kamu bertemu dengan gadis itu di Jembatan Kawung, sebaiknya abaikan saja dan langsung pulang ya." Sambung Ibunya. "Memangnya kenapa, Bu?" Tanya Bagus terheran-heran. Ibunya hanya terdiam dan terpancar aura kesedihan dari raut wajahnya. "Sudahlah, Nak. Turuti saja perkataan ibumu. Ibumu benar kamu harus berhati-hati ketika melewati jembatan itu, Nak." Tutur Bapaknya. "Baik, Pak...Bu..."Jawab Bagus. "Sebenernya ada apa sih? Ibu sampai terlihat sedih begitu." Dalam batin Bagus.

Tak lama kemudian Bagus pun kembali ke kamarnya dan tertidur. Kali ini ada sesuatu
yang janggal di dalam mimpinya tersebut. Di tengah malam yang sunyi, terdengar suara ketukan dari kolong tempat tidurnya, Bagus pun langsung mengecek kolong tempat tidurnya tersebut, tetapi hasilnya nihil. Ketika hendak kembali ke tempat tidurnya tiba-tiba terdengar suara ketukan itu lagi dari bawah sana. Spontan Bagus langsung mengecek kolongnya dan terlihat sepasang kaki anak kecil berdiri tepat di seberang tempat tidurnya. Bagus pun langsung mendongakkan lagi kepalanya ke atas ternyata tidak ada orang di sana.

Kemudian ia mengecek kolong tempat tidurnya lagi dan ternyata sudah tidak terlihat
lagi sepasang kaki itu. Tiba-tiba segelas air dari seberang laci tempat tidurnya terjatuh dan pecah, ngerinya lagi kejadian tersebut dibarengi dengan adanya angin kencang yang menembus jendela kamar Bagus hingga terbuka lebar, tirainya melambai-lambai seolah menunjukkan telah datangnya seseorang dari kamar tersebut. Bagus bergegas menutup jendela kamarnya tersebut dan segera membereskan serpihan gelasnya yang terjatuh.

Ketika hendak mengambil serpihan gelas yang tersebar di kolongnya, tiba-tiba ia
menemukan sepotong foto yang sebagian sudah terobek. Terlihat sebuah potret keluarga dengan seorang gadis kecil. Sepertinya Bagus mengenali sandal berwarna merah muda yang dikenakan oleh gadis kecil itu, tetapi ingatan itu tiba-tiba saja hilang seketika. Kemudian terdengar lagi suara ketukan itu dari kolong tempat tidur Bagus. Spontan saja, ia pun langsung menundukkan kepalanya untuk mengeceknya dan hasilnya pun mengejutkan, sebuah tangan kecil dari kolong tempat tidurnya menarik foto itu dari tangan Bagus. Bagus yang terkejut langsung terbangun dari tidurnya dan mengira itu hanya mimpi. Tetapi lebih anehnya lagi serpihan gelas itu benar-benar masih ada dan nyata di depan matanya. Ternyata kejadian tersebut bukan hanya sekedar mimpi, Bagus yang penarasan pun langsung mengecek kolong tempat tidurnya, tetapi lagi-lagi hasilnya nihil. Karena takut, Bagus langsung bergegas ke
kamar orangtuanya dan menceritakan kejadian yang di luar nalar itu.

Keesokan harinya orang tua Bagus berpesan, agar dirinya selalu berhati-hati ketika
melewati Jembatan Kawung tersebut. Bagus pun hanya mengangguk patuh. Ketika sedang melewati Jembatan Kawung, tiba-tiba terlintas kejadian semalam di dalam benak Bagus. Ia masih penasaran sebenarnya siapa saja sosok yang berada di dalam foto yang ia temukan semalam. Ia terus memikirkan kejadian semalam yang memimpa dirinya. Tiba-tiba terdengar suara gadis kecil berteriak memanggil namanya dari pinggir sungai, "Kak Bagus!" "Lho siapa yang manggil?" Dalam hati Bagus. Ternyata suara itu berasal dari gadis kecil yang ia temui kemarin dari bawah sana. Bagus pun langsung menghampiri gadis kecil itu. Tetapi Bagus menemukan hal yang janggal, gadis kecil itu lagi-lagi hanya mengenakan sandal sebelah. Bagus pun bertanya-tanya, tidak mungkin ini adalah hal yang hanya kebetulan. Gadis kecil itu mengatakan bahwa sandalnya hanyut lagi di sungai. Itu sungguh aneh, Bagus pun terheran-heran. Setelah terdiam sambil melihat sandal gadis kecil itu, tiba-tiba terlintas lagi di benak Bagus tentang potret keluarga kecil yang ia lihat semalam. "Sandal itu..., aku pernah melihatnya." Ucap Bagus ragu. "Ya, kamu sudah melihatnya semalam, bukan?" Kata gadis kecil itu. "Bagaimana bisa kamu tahu?" Jawab Bagus dengan penasaran. "Kamu...kamu adalah gadis kecil yang ada difoto itu, kan? Sandalmu sama persis, tapi bagaimana bisa kamu..."

Tiba-tiba saja ucapan Bagus terhenti. Gadis kecil itu menceburkan dirinya ke dalam
sungai. Bagus spontan berniat untuk menolong gadis kecil itu dengan ikut menceburkan dirinya ke dalam sungai. Setelah masuk ke dalam pusaran sungai Bagus sadar ternyata itu adalah sebuah tipuan halusinasi, ia berusaha menyelamatkan diri tetapi sudah terlambat arus air terlalu kencang di bawah sana. Bagus tidak sanggup untuk menyelamatkan dirinya. Kesadarannya pun mulai menghilang tiba-tiba muncul gadis itu di hadapan Bagus, "Hahaha, ternyata kamu sudah tahu ya, Dik?!" Kata gadis kecil itu dengan mengejutkan. "Aku sudah lama menantikan hari ini, akhirnya kita bisa bermain bersama-sama di sini." Lanjut gadis itu lebih mengejutkan. Sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya, Bagus diberikan gambaran pada masa lalu oleh gadis kecil itu. Foto yang ia lihat semalam ternyata itu adalah potret kedua orangtuanya dan gadis kecil itu. Gadis kecil itu adalah kakaknya yang sudah meninggal 12 tahun yang lalu, sebelum kelahirannya. Orang tua Bagus selama ini menutupi kejadian tragis yang menimpa anak perempuannya dengan tujuan agar suatu saat Bagus tidak mengalami hal malang yang sama seperti yang dialami oleh kakak perempuannya. Gadis kecil itu meninggal setelah hanyut ke dalam pusaran Sungai Kawung akibat mencari sandal kesayangannya yang hanyut ketika sedang bermain di sungai. Ia meninggal tepat di hadapan ibunya. Ibunya pun langsung menolongnya tetapi sudah terlambat, putri kecilnya yang berusia 5 tahun sudah tenggelam terbawa arus pusaran sungai. Rasa sesal yang selama ini ibunya pendam membuat gadis kecil itu masih berharap kehadiran ibunya untuk dimintai pertolongan, tetapi semenjak kejadian itu, ibunya tidak kunjung melintas di jembatan itu lagi. Sejak itulah tempat itu terkenal dengan sebutan "Pusaran Jembatan Kawung" yang sudah memakan korban kakak beradik di dalamnya.
»»  Baca Selengkapnya...

Mimpi Diawali dengan Perjuangan

Mimpi Diawali dengan Perjuangan

Karya: Agnes Dwi Marlina

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia. Setiap orang memiliki mimpi untuk masa depan. Semua tujuan hidup dirangkai demi tercapainya masa depan yang diinginkan. Untuk mencapai mimpi tidak hanya diraih dengan bermalas-malasan, melainkan dibutuhkan sebuah tekad, semangat serta perjuangan yang tak kenal lelah. Kegagalan terkadang membuat dirimu merasa lelah dan mengeluh dengan keadaan. Tetapi mengeluh bukanlah solusi untuk menghadapi rintangan menuju sebuah mimpi. Lantas, apa yang harus kita lakukan? Teruslah berjuang hingga mimpimu ada di genggamanmu!

Dalam tulisan ini saya ingin membahas mengenai perjuangan pelajar SMA untuk menggapai mimpinya pada masa depan.

Masa putih abu-abu sering disebut masa yang paling indah. Menarik untuk dipikirkan bahwa kondisi pandemi saat ini tentu hal tersebut sebuah pengecualian. Di mana aspek-aspek kehidupan masa SMA saat ini tentu harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Saat sekolah daring seperti ini, sebagian pelajar menganggap remeh sistem pendidikan. Bangun tidur hanya untuk melakukan laporan absensi kehadiran lalu melanjutkan tidurnya kembali. Tanpa peduli apa tujuan untuk bersekolah itu sendiri. Padahal di situ terdapat sejuta mimpi yang harus diperjuangkan. Apakah mimpi bisa diraih dengan bermalas-malasan? Tentu tidak, kita harus bermimpi, mimpi itu diawali dengan perjuangan. Kalau kamu enggan berjuang, jangan berharap bisa meraih impian dan tujuan yang diinginkan dalam hidupmu.

Sering terdengar teman-teman saya menyerukan kutipan dari Bill Gates yang bunyinya seperti ini: "Aku akan selalu memilih orang malas untuk mengerjakan pekerjaan yang sulit, karena dia akan menemukan cara yang mudah untuk mengerjakannya." Ironisnya, dengan melihat kutipan tersebut tidak sedikit pelajar yang malas merasa bangga, justru dijadikan sebuah panutan. Malas bergerak, malas berusaha, dan malas belajar. Kerjaannya hanya main handphone dan keluyuran.

Padahal menurut saya, kata "malas" dalam kutipan Bill Gates itu berarti sangat kondisional, bukan sekadar malas mengerjakan pekerjaan sampai lalai dan melewati tenggat waktu seperti kebiasaan yang dilakukan pelajar yang malas. Misalnya, terciptanya teknologi mesin cuci itu terinspirasi dari orang yang malas mencuci dengan tangan. Artinya kata "malas" di sini merujuk kepada orang yang malas tetapi berpikiran kreatif, mereka selalu mencari cara cepat yang membuat pekerjaan jauh lebih efektif dan efisien. Maka lahirlah karya-karya yang inovatif dan berguna untuk semua orang. Sudah paham, kan? Mana mungkin seorang Bill Gates mempekerjakan orang yang malas tanpa syarat.

Saya mungkin bukan tipe seorang pelajar yang pintar sekali di sekolah. Tetapi karena usaha perjuangan saya untuk meraih mimpi, selama dua tahun berturut-turut saya selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas. Saya anggap itu juga karena Allah dan orang tua yang meridai perjuangan saya selama proses belajar. Ya, walaupun hanya sekadar berjuang untuk rajin belajar dan mengumpulkan tugas. Tetapi, itu namanya perjuangan, kan?

Tahun depan saya berniat untuk melanjutkan pendidikan ke universitas di Jakarta. Sejak kelas sepuluh saya sudah sibuk mencari info tentang SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Setelah mengumpulkan info dan syarat-syarat mengikuti SNMPTN, saya mengajak teman-teman sekelas untuk berjuang bersama-sama dimulai sejak awal. Tetapi, sayangnya mereka menolak. Malah saya dibilang, ”Halah, sok ambis!

Semakin lama pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) semakin dekat. Saya juga prihatin dengan teman-teman yang impiannya ingin masuk di PTN (Perguruan Tinggi Negeri) ternama, tetapi belum ada bekal untuk masuk PTN dan masih malas belajar. Kenyataannya, banyak yang menangis dan menyesal karena nilainya tidak maksimal di akhir. Tidak apa-apa, masih ada SBMPTN, teman. Tetapi kamu harus lebih giat belajar lagi. SBMPTN itu jumlah soalnya ratusan dan tingkat seleksi masuk PTN lebih ketat karena saingan kamu se-Indonesia, lho.

Mungkin banyak yang bertanya, "Mengapa, kamu ingin sekali masuk kuliah? Menghamburkan uang saja. Percuma perempuan bersekolah tinggi-tinggi tetapi pada akhirnya berada di dapur." Biarlah orang berpendapat seperti itu. Kuliah tak hanya menghamburkan uang, kok. Ada mimpi yang harus saya perjuangkan. Ada orang tua yang harus saya angkat derajatnya. Selama berkuliah mahasiswa itu mempelajari ilmu dan mengasah kemampuannya, termasuk kemampuan bertanggung jawab dalam setiap tugas yang diberikan. Dan itu semua termasuk perjuangan. Perjuangan maksimal akan mencerminkan hasil yang maksimal pula.

Tidak ada kisah orang sukses di dunia ini yang pemeran utamanya menyerah dan bermalas-malasan. Segala cobaan, permasalahan, serta kegagalan yang datang menghampiri hidupmu adalah pelajaran berharga untuk mimpimu pada masa depan. Seberapa besar badai masalah yang datang, cobalah terus berjuang dengan penuh semangat serta tekad yang kuat untuk meraih mimpi.

»»  Baca Selengkapnya...

Temaram

Temaram

Karya: Galuh Ajeng

Perihal anak perempuan yang sedang bertumbuh
Dengan raga yang utuh, tapi hatinya rapuh
Terlihat acuh, namun hatinya penuh gemuruh
Tatapan matanya teduh, tapi batinnya selalu jenuh
Keluarganya utuh, maksudnya... hampir runtuh

Anak perempuan yang selalu bertanya pada semesta
Kenapa hampir runtuh? Kenapa aku? Kenapa?
Bukankah keluarga dibangun oleh cinta?
Kukira di sana ada suka, kasih, sayang, bahkan asa
Kukira keluargaku seperti keluarga cemara dilayar kaca

Layaknya gambaran keluarga cemara di layar kaca
Bersama ayah bunda bercanda dan tertawa
Berbagi kisah kasih, rasa, dan asa serta penuh cinta
Keluargaku juga berkumpul dan bersama
Bedanya aku terjatuh, tersungkur, terkapar
sambil berderai air mata hingga malam
Kekacauan ini kudalihkan atas nama cinta
cintaku pada angan-angan "keluarga cemara"

Anak perempuan yang tumbuh dalam badai tiada akhir
Konflik yang datang tak pernah berakhir
Peperangan dingin bersama tentara-tentara amatir
Masalah demi masalah yang datang bergilir
Hanya menyisakan bibir yang berzikir dan bertakbir

Anak perempuan yang diminta hidup tapi
Rasanya seperti berkali-kali dipaksa mati
Anak perempuan yang mendengar tapi tak pernah didengar
Anak perempuan yang melihat namun enggan dilihat
Anak perempuan yang memberi kasih namun tak terkasih

Mereka bilang "semoga kau selalu kuat"
Dunia ini aneh sekali, kenapa hanya mendoakanku agar kuat
Kenapa mereka tidak mendoakan orang tuaku tobat
Kalaupun aku kuat, aku tidak ingin kekacauan ini terus mengikat
Karena aku rasanya ingin segara bertemu dengan malaikat

Dulu aku berpikir keluarga itu bagai sebuah sayap
Tapi faktanya sayap yang kumiliki sudah lama rusak
Sayap yang seharusnya menerbangkan
Membawanya melihat indahnya awan
Kini menjadi kutukan menyeramkan

Dan... bagian yang paling menyedihkan
Ketika semesta membiarkan
Kalian menyebutnya kekacauan
Sedangkan aku menyebutnya kekeluargaan
»»  Baca Selengkapnya...

Menyelidiki Ketidakadilan dan Tantangan Demokrasi

Menyelidiki Ketidakadilan dan Tantangan Demokrasi

Karya: Wahyu Prasetia Ningrum

Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan salah satu
demokrasi terbesar, telah mengalami perkembangan signifikan sejak transisi ke demokrasi pada tahun 1998. Namun, di balik kemajuan tersebut, tetap ada tantangan yang perlu diatasi, termasuk masalah ketidakadilan yang melanda masyarakat Indonesia. Menyelidiki ketidakadilan dan tantangan demokrasi di Indonesia menjadi penting untuk memperbaiki sistem dan memastikan keadilan bagi semua warga negara.
Pertama-tama, ketidakadilan sosial-ekonomi adalah salah satu masalah serius yang
menghadang kemajuan demokrasi di Indonesia. Meskipun terdapat pertumbuhan ekonomi yang pesat, kesenjangan ekonomi antara kelompok masyarakat yang kaya dan miskin tetap menjadi kenyataan yang memprihatinkan. Sebagian besar masyarakat pedesaan, perempuan, dan kelompok minoritas masih mengalami keterbatasan akses terhadap pendidikan, lapangan kerja yang layak, perumahan, dan layanan kesehatan yang memadai. Ketidakadilan sosial-ekonomi ini menyebabkan kesenjangan yang dalam dalam hal kemampuan dan peluang, dan mengancam prinsip demokrasi yang menyatakan persamaan dan inklusi.
Kedua, tantangan demokrasi yang dihadapi Indonesia adalah ketidakadilan gender.
Meskipun langkah-langkah positif telah diambil untuk memperjuangkan kesetaraan gender, ketidakadilan masih ada dalam berbagai bentuk. Perempuan sering mengalami diskriminasi dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan keputusan politik. Kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual, juga masih menjadi masalah serius yang mempengaruhi kehidupan perempuan di Indonesia. Ketidakadilan gender ini merusak prinsip inklusi dan partisipasi dalam demokrasi.
Selain itu, tantangan lain yang harus dihadapi adalah ketidakadilan dalam sistem
hukum. Keadilan dan independensi sistem peradilan sering kali dipertanyakan. Kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan pengaruh politik yang mempengaruhi keputusan pengadilan sering terjadi. Hal ini menciptakan ketidakadilan bagi individu yang menghadapi sistem hukum yang tidak adil. Demokrasi membutuhkan sistem peradilan yang adil dan independen, di mana setiap warga negara memiliki akses yang sama terhadap perlindungan hukum.
»»  Baca Selengkapnya...

Review Buku - SOEDIRMAN: Seorang Panglima, Seorang Martir

Review Buku - SOEDIRMAN: Seorang Panglima, Seorang Martir

Karya: Andika Ramadhan

A. Identitas Buku
  1. Judul buku : SOEDIRMAN: Seorang Panglima, Seorang Martir
  2. Penulis : Tempo
  3. Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
  4. Tahun terbit : 2012
  5. Tempat penerbitan : Jakarta
  6. ISBN : 978-979-91-0524-0
B. Sinopsis

Buku ini menjelaskan tentang perjuangan jenderal Soedirman, dimulai dari
bagaimana jenderal Soedirman dipilih menjadi panglima melalui sidang revolusioner dengan suara terbanyak, kemudian perjuangan melawan Belanda yang dipimpin oleh Spoor, kemudian siasat-siasat jenderal Soedirman salah satunya adalah perang yang terkenal yaitu perang gerilya, kemudian bagaimana jenderal Soedirman dan pengikutnya mampu menipu Belanda dengan Soedirman palsu di atas tandu, kemudian juga buku ini menceritakan asal mula Soedirman menjadi panglima dimulai dari beliau menjadi tentara bentukan Jepang, dan buku ini juga menceritakan tentang jenderal Soedirman yang perokok berat sehingga organ paru-parunya terganggu.

C. Kelebihan Buku

Buku ini memiliki kelebihan menurut saya karena buku ini menggambarkan
jenderal Soedirman melalui rentetan sejarah Indonesia dan apa saja peranannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mengontrol kudeta, sehingga dapat dikatakan buku ini lengkap menggambarkan jenderal Soedirman.

D. Penilaian

Buku ini menurut dari rentang poin 1-10 adalah 8,5

E. Simpulan

Buku ini menurut saya sangat bagus dan direkomendasikan untuk dibaca, buku ini
berkesan bagi saya karena buku ini hadir untuk menggambarkan jenderal Soedirman, peranannya, serta tokoh-tokoh terkait dengan gamblang.

Tim BUKU TEMPO. (2013). Soedirman Seorang Panglima, Seorang Martir (1st ed.).
Kepustakaan Populer Gramedia. (Original work published 2012).
»»  Baca Selengkapnya...

Pulang Sendiri

Pulang Sendiri

Karya: Sendi Tri Nugraha

Hujan dengan senja,
biarlah mereka ada disaat kita mulai saling berhadap,
serta tak mampu berkata kata.

Semesta,
tidak harus ku salahkan senja yang menghilang,
kala ia tiba untuk pulang,
tidak harus ku salahkan hujan yang berjatuhan,
kala ia membasahi tangisan,

yang salah adalah diriku,
yang hadir lalu pergi berpamitan.
»»  Baca Selengkapnya...