SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Friendship is not a lesson you can learn in the school. But you have not learned anything if you haven't learned the meaning of friendship. (Shufi Salsabila)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan merupakan hiasan kemakmuran serta tempat perlindungan dalam kesulitan. (Aristoteles)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan merupakan kehidupan itu sendiri. (JOHN DEWEY)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Pendidikan mempunyai akar yang pahit tapi buahnya manis. (Aristoteles)

SELAMAT DATANG DI BEM PPKN

Di depan memberi teladan,Di tengah memberi bimbingan, Di belakang memberi dorongan. (Ki. Hajar Dewantara)

Monday, November 28, 2022

Mereka Yang Berjuang Sejak Awal

 Mereka Yang Berjuang Sejak Awal

Karya: Meldavero

Mereka yang berjuang dengan mimpi yang banyak
Bertahan tanpa adanya biaya dan fasilitas yang layak
Di tempat yang sempit berusaha menghasilkan karya terbaik

Diselingi kecaman pihak luar 
Berusaha bertahan dan kuat ketika didepan layar

Banyak harapan diutarakan
Berharap kesuksesan menghampiri mereka kedepan
Dan mendapatkan banyak cinta dibandingkan hinaan

Sekarang, mereka tumbuh menjadi 7 manusia sukses
Dengan berbagai penghargaan dari segala proses
Dan kini mereka menjadi kebanggaan negara dan muncul di majalah forbes

-mv
»»  Baca Selengkapnya...

Hati dan Waktu

 Hati dan Waktu 

Karya: Nida Azhar

Kau tahu? 
Saat kau datang,aku selalu terdiam
Saat kau tersenyum,aku tetap terdiam
Saat kau tertawa, aku pun pergi

Kau tahu?
Karena kedatanganmu membuatku beku
Senyummu menghangatkan hatiku
Dan tawamu menyadarkanku,tak ada tempat untukku di sisimu

Kau tahu?
Saat bulan melambai pada bintang di malam hari
Aku justru mencoba berlari,menghindari pagi

Kau tahu?
Karena hanya saat malam,aku bebas bermimpi tentang mu
Hanya saat malam aku bebas tertawa bersama
Dan hanya saat malam, aku selalu berdoa pagi datang terlambat
»»  Baca Selengkapnya...

Husein Ja'far Al Hadar Habib Milenial di Kalangan Pemuda

 Husein Ja'far Al Hadar Habib Milenial di Kalangan Pemuda

Karya: Noval Helmi Aji


A. Latar belakang

Habib Husein ja’far Al hadar, S.Fil.I, M.Ag atau yang lebih akrab dipanggil dengan nama
Habib jafar ini lahir di Bondowoso, Jawa Timur pada tanggal 21 Juni 1988.Beliau merupakan
orang Madura asli yang memiliki garis keturunan sampai dengan Nabi Muhammad SAW.Beliau
merupakan pendakwah dan penulis Indonesia.

Tamatan pesantren di Pondok Pesantren YAPI di daerah Bangil, Jawa Timur ,sebuah
pondok pesantren berbasis Syi'ah yang juga terbuka terhadap ajaran mazhab lain.Kemudian
menempuh pendidikan S1 filsafat Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan melanjutkan
pendidikan Magister di Universitas yang sama sebagai lulusan Tafsir Qur’an.

Selain menjadi seorang pendakwah dan penulis,beliau juga merupakan Direktur Akademi
Kebudayaan Islam Jakarta, dan aktivis Gerakan Islam Cinta.Cara berpenampilan yang berbeda
dari tampilan seorang Habib pada umumnya,lebih sederhana dan terlihat seperti anak muda
membuatnya bisa diterima dikalangan pemuda. Kerap kali terlihat tampil hanya menggunakan
kaos,celana jeans serta peci putih menjadikan itu seperti ciri khas beliau. Pembawaannya juga
lebih santai dan tidak terkesan kaku saat beliau bicara menyampaikan isi materinya lebih disukai
kalangan milenial sekarang.

Habib jafar merintis karier melalui dunia literasi (kepenulisan) di media-media nasional
sejak kuliah.Sampai saat ini beliau sudah menjadi penulis di beberapa media nasional di
Indonesia, seperti Kompas, Tempo , dan Jawa Pos. Beliau juga telah menulis beberapa buku,
seperti buku Menyegarkan Islam Kita,Anakku Dibunuh Israel, Islam "Mazhab" Fadlullah, dan
yang paling terkenal adalah Tuhan Ada di Hatimu yang diterbitkan oleh Noura Books.

Selain memanfaatkan media tulis,Habib ja'far juga memanfaatkan media digital seperti
membuat kanal youtube “jeda nulis” untuk media dakwahnya.Beliau juga sering berkolaborasi
dengan kanal youtube lain contohnya podcast dedi combuzer dan MLI untuk mensyiarkan
dakwahnya.Beliau juga aktif dimedia sosial instagram dan lainnya,menurutnya dakwah tidak
hanya dapat dilakukan di mimbar-mimbar masjid ataupun majelis taklim.

B. Dakwah digital Habib Husein ja’far Al hadar
Habib jafar tampil dengan keunikannya sendiri,dijuluki Habib milenial karena beliau pernah berkata jika objek dakwahnya anak muda,sehingga beliau mengikuti cara berpakainnya dengan harapan bisa diterima dakwahnya. Tutur katanya yang halus nan lembut, serta tidak terkesan meledak-ledak, dan senyum yang selalu menghiasi beliau, menjadi ciri khas tersendiri bagi sosok Habib Ja’far Al Hadar.
Merintis awal karirnya dengan tulisannya di berbagai platform media massa, menjadikan Habib Jafar hanya konsen di kepenulisan saja. Akan tetapi berangkat dari keresahan beliau melihat media sosial saat ini yang hanya diisi oleh konten negatif seperti ujaran kebencian,serta berita hoaks, mendorongnya untuk tampil di depan layar.Ditambah kondisi saat ini yang sedang dilanda wabah virus corona yang membatasi gerak masyarakat agar tidak berkerumun untuk menurunkan jumlah penyebaran.Beliau pun membuat kanal youtube “Jeda Nulis”,hingga terakhir dilihat telah memiliki kurang lebih 645 ribu subscriber, mereka semua itu adalah ‘Jamaah Al Digitaliyah’ Habib Husein Ja’far. Media sosial menjadi salah satu media yang dipilihnya karena melihat masyarakat menghendaki ke berislam secara instan dengan berdalih ingin berhijrah. Sehingga kebiasaan masyarakat saat ini bisa dibilang ingin mengetahui Islam namun tidak mau susah harus menjadi santri, belajar kitab, dan belajar bahasa arab.Sehingga berislam seperti inilah yang dirasa tidak sehat dan dikhawatirkan Habib jafar tidak akan komprehensif dan holistik (menyeluruh) sampai ke akarnya..

C. Kolaborasi Youtube untuk memperluas dakwah digital

Untuk meningkatkan peminat anak muda terhadap dakwahnya Habib jafar terlihat
berkolaborasi dengan salah satu Kumpulan Komika Indonesia yaitu kanal youtube Majelis Lucu
Indonesia di media youtube MLI. Beliau hadir sebagai seorang pembicara pada program
“Kultum Pemuda Tersesat”. Bersama host yang merupakan seorang komika yaitu Tretan Muslim
dan juga Coki Pardede, beliau menjawab berbagai pertanyaan dari para ‘Pemuda Tersesat’ yaitu
sebutan Tretan Muslim dalam acara tersebut. Pertanyaannya pun beragam, mulai dari yang berat
bersifat substansial dan prinsipil, hingga pertanyaaan yang aneh-aneh. Akan tetapi semuanya
dijawab dengan mudah, ringkas, dan juga dibumbui dengan guyonan-guyonan ala Habib Jafar
dan MLI. Alhasil, program yang terbit selama Ramadan itu, disambut positif oleh para warganet
kita. Banyak yang tertarik dengan program tersebut, karena dirasa ‘kekinian banget’ dan juga
sesuai kebutuhan masyarakat kita saat ini, terutama kaum-kaum awam.
»»  Baca Selengkapnya...

Friday, September 30, 2022

Dialog Hari Ini

 Dialog Hari Ini

Karya: Mozella Pascalina Joel

00.18 WIB

Mataku masih belum menemukan titik lelahnya. Bagiku sendiri ini bukan hal yang mengejutkan
karena dialog dini hari memang selalu menguras energi. Aku sendiri heran bagaimana bisa suara
itu muncul memecah kesunyian malam. Sudah sering aku mencoba untuk diam dan tidak
berdialog, berharap raga ini beristirahat untuk menghadapi pahitnya kenyataan besok, tapi tetap
saja suara itu selalu menggangu waktu tidurku.

01.18 WIB

Satu jam berlalu dan suara itu masih terdengar dikepalaku. Mempertanyakan hal yang sama
disetiap malamnya. Dialog yang diulang-ulang membuatku sakit kepala, sampai rasanya aku
ingin berteriak hingga terdengar ke ruangan sebelah. Dialog bodoh yang disebut “Overthinking”
oleh budak korporat Jakarta selatan itu, membuatku enggan untuk menghadapi malam-malam
selanjutnya. Aku muak berdialog dengannya. Aku benar-benar muak dengan dialog bodohnya
yang selalu memposisikan aku sebagai manusia malang dan tidak layak disandingkan dengan
nama - nama yang terlintas dikepalaku.
Ah... sudahlah, cukup untuk malam ini, biarkan mataku mengikuti kehendakku dulu, biarkan
aku tidur di ranjang biru dengan motif bulan sabit ini , daripada harus berdialog dengannya lagi,
karena jika itu terjadi aku akan kembali menyadari kalau aku hanya seorang gadis tidak percaya
diri yang hanya ingin menjadi sempurna dan tenang sejenak, dan berharap jauh dari suara-suara
bising kehidupan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

06.00 WIB

Aku berhasil mengistirahatkan raga khususnya mataku, kurasa fajar berhasil membisukannya
hingga aku lupa dengan dialog semalam. Dialog pagi ini dimulai dengan kesunyian lagi, bedanya
aku merasa damai dengan suasana kamarku yang sebenarnya tidak berubah sejak 5 tahun lalu.
Mungkin karena aku berdialog dengan suara yang selalu mengerti aku, suara dari sosok yang
tidak terlihat tapi ada, yang tidak terdengar bunyi langkah kakinya namun aku bisa merasakan keberadaannya lewat hembusan angin sejuk dari jendela kamarku. Setidaknya dialog pagi hari
tidak sama dengan dini hari. Setidaknya lebih baik... Ya, selalu lebih baik.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

12.00 WIB (Tengah Hari)

Aku sudah berada di ruang kesunyian yang lain, bedanya ini bukan ruangan berdinding putih
dengan ranjang dan foto-foto kebanggaanku, namun ruangan putih sunyi yang dipenuhi rak buku
dan meja-meja kayu. Pelarian selain berdialog dengan suara tadi pagi, adalah tempat ini. Sudah
dua tahun aku tidak duduk di sudut ruangan ini, membaca lembar demi lembar, sambil sesekali
menatap lalu lintas kota.

13.30 WIB (Ketika aku memasuki halaman ke-26.)

“Menurutmu apa tujuan kamu hidup , kok tidak pernah terlihat seperti mereka, selayak itukah
kamu disandingkan dengan mereka, menurutmu apa mereka akan mengakuimu seperti apa yang
kamu yakini ? Mungkinkan kamu bisa menjadi seperti mereka ? kamu kan tidak seperti mereka,
kamu jauh dibawah mereka !” .
Sial, suara itu muncul di tengah hari, biasanya dia hanya mampu menggangu dini hari ku bukan
tengah hariku. Bukan, ini bukan suara pagi hari, ini suara dini hari, aku yakin betul itu dia. Aku
terpaku dan langsung memejamkan mata, aku hanya berharap suara pagi hari bisa melawan suara
dini hari yang merasukiku di siang hari.
“Tidak, aku tidak seperti itu, aku hanya butuh waktu dan dukungan, aku hanya butuh menunggu,
jadi tolong, diamlah !” Bentak batinku yang berusaha melawan suara dini hari.
“Oh ya ? Kalau begitu kenapa kamu tidak yakin dengan dirimu sendiri, bukankah dialog kita
semalam menjelaskan semuanya, bahwa kamu tidak seperti mereka, atau perlu kuingatkan lagi
nama - nama mereka ?” Jelasnya dengan semakin keras.
“Mereka ?” Tanya batinku sambil menerka-nerka
“Ya...Mereka, orang-orang yang kamu validasi dengan kata sempurna, nama-nama yang
berdiri besama denganmu di garis start yang sama!” Jelasnya semakin menggebu-gebu. “Cukup, jangan rusak siang hariku, biarkan aku menyelesaikan tujuanku kesini, aku tidak mau
berdialog denganmu” Ucap batinku memutus dialog dengan suara dini hari.
Sejujurnya saat situasi seperti ini aku selalu ingin menangis, aku menahan air mata agar tidak
membasahi buku yang sedang kubaca. Aku berharap suara tadi pagi dapat menghiburku, aku
lebih ingin berdialog dengannya dibandingkan dengan suara dini hari.
14.30 WIB (Tiga puluh menit sebelum perpustakaan tutup)
Aku masih belum berpindah tempat dengan suasana hati yang sama seperti satu jam yang lalu,
namun aku tetap membaca lembar demi lembar dari buku kuning yang kutemukan secara tidak
sengaja di rak kayu nomor 03. Aku masih berharap suara pagi hari datang dan berdialog
denganku di waktu ini.

14.40 WIB

Sepuluh menit berlalu dan aku masih mengharapkan kehadiran suara pagi hari.
“Huft.. mungkin suara itu akan muncul besok pagi bukan sekarang” pikirku sebelum
kuselesaikan dua paragraf terakhir dari bab empat.
“Memenuhi kepalamu dengan pikiran betapa kewalahannya kamu, hanya akan memperburuk
masalah dan membuatmu merasa lebih tertekan daripada yang seharusnya, berdamailah dengan
ketidaksempurnaanmu dan biarkan orang lain menikmati rasa bangganya masing-masing” tulis
dua paragraf terakhir yang berhasil membuatku tersentak sesaat.
Bukan karena aku berhasil menyelesaikan 4 bab dalam waktu singkat tapi karena aku sadar suara
pagi hari berbicara kepadaku melalui buku bersampul kuning itu. Aku yakin itu suara pagi hari,
aku mengenalnya dan aku bisa merasakan kedamaian itu, suasana damai yang aku rasakan setiap
pagi. Aku terdiam, memejamkan mata dan berusaha merasakan keberadaannya.
“Benarkah begitu ? Benarkah apa yang dikatakan suara dini hari tentangku ?” Tanyaku
meminta validasinya
“Itu pilihanmu” Jawabnya singkat
“Pilihan ? Maksudnya apa ?” Tanyaku penasaran
“Kamu akan selalu berdialog dengan suara dini hari, tapi untuk urusan percaya dengannya atau
tidak, itu pilihanmu”
Belum sempat aku menjawabnya, seseorang menepuk pundakku, nampaknya dia gadis yang aku
temui saat di resepsionis depan tadi, dan mungkin dia mengira aku tertidur pulas saat membaca
buku.
“Maaf kak, sudah jam tiga sore, jam kunjungan perpustakaannya sudah habis, jika kakak mau
pinjam bukunya silakan langsung ke counter peminjaman ya, terimakasih” Katanya dengan
sopan

"Oh iya ya, thank you ya, maaf hampir kebablasan” Jawabku sambil merapikan barang-
barangku dan langsung bergegas ke counter peminjaman buku.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

15.10 WIB (Dalam perjalanan pulang)

Langkah demi langkah aku berjalan, menyusuri trotoar pinggiran balaikota , ditengah perjalanan
aku tiba-tiba penasaran, apakah suara pagi hari dan dini hari hanya berbicara kepadaku, atau ada
orang lain yang merasakan apa yang kurasakan setiap berdialog dengan mereka ?. Entahlah lebih
baik pulang saja dulu, mataku sudah mulai mengantuk dan perutku sudah mulai lapar.
15.25 WIB (Dalam perjalanan pulang, dalam angkutan kota)
15 menit aku berjalan kaki, akhirnya aku memutuskan untuk naik angkutan kota yang sedang
berhenti disebrang jalan sana. Aku duduk di posisi sudut, tepat dibelakang sopir muda
seumuranku dengan temannya yang duduk di kursi sebelah kirinya, dan satu anak laki-laki
lengkap dengan seragam pramuka duduk berhadapan denganku.
Sopir muda itu mulai menginjak pedal gas dengan pelan sambil memanggil calon-calon
penumpangnya yang kurasa tidak berminat untuk menaiki angkotnya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Waktu berlalu dan dia memutuskan untuk mengantar para penumpangnya sampai di
pemberhentian mereka , walaupun aku yakin kedua laki-laki muda itu masih terus berharap ada
penumpang lain yang naik angkot nya selain kami berdua.

Ditengah perjalanan, aku hanya terdiam memperhatikan jalanan yang kulewati, melihat toko-
toko di sepanjang jalan dan para budak korporat yang hanya ingin cepat-cepat sampai dirumah.

Diwaktu yang sama anak laki-laki yang ada dihadapanku berkata “Bang kiri bang, gang damai
ya” Ujarnya dengan sedikit berteriak.
Ia turun dari angkot dan menyodorkan uang lima puluh ribu rupiah untuk membayar
tumpanganya .
“Gaada uang kecil dek ? Buat bayar angkot doang kali” Tanya si sopir muda itu sambil mencari
uang kembalian dan menyodorkannya ke anak laki-laki itu.
Tanpa pikir panjang ia langsung menginjak pedal gasnya membuat angkot kami melaju dengan
kencang, entah apa yang dia sedang pikirkan hingga terlihat muram dan kesal.
“Heran... anak kecil zaman sekarang duitnya banyak banget, ngalahin yang kerja kayak kita,
yang kerja siang malam aja kekurangan mulu, ujungnya malah kecewa sama hidup” Keluhnya
pada teman disampingnya
"Hahahahahahahaha, setuju bro, tapi lebih baik bersyukur aja kan ? Kalau mikirnya kurang
terus pasti gabakal puas ujungnya pasti kecewa terus, jadi bersyukur sama apa yang ada dan
nikmatin aja hidup lo” Jawab temannya dengan penuh tawa dan senyuman.
Saat itu aku sadar suara pagi hari kembali berbicara padaku melalui dialog nyata orang lain,
Dialog itu membuatku tersadar, mungkin suara dini hari tidak hanya menghantuiku saja, tapi ia
datang pada banyak orang, namun kami memiliki pilihan untuk menyetujui semua pernyataan
dan pertanyaannya atau memilih untuk bersyukur dan menganggap suara dini hari hanyalah
bagian dari ilusi kehidupan yang bahkan tidak pernah terjadi.
Dan aku... Aku memilih untuk percaya kalau suara dini hari hanyalah ilusi dari kehidupanku
Namun lain hal dengan suara pagi , dia bukan hanya sekedar suara, dia adalah dialog yang nyata, dia hadir disetiap langkah kakiku, menjadi saksi dari semua dialog-dialog nyata dihidupku, dan
yang pasti dia adalah dialog yang selalu menemani ku layaknya bayanganku .
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

23.59 WIB (satu menit sebelum dialog dini hari)

Nampaknya malam ini aku akan menghadapi dialog dini hari lagi, tapi kali ini suara pagi
menemani dan meyakinkanku kalau ilusi akan selalu menjadi ilusi dan kehadirannya akan selalu
membuatku merasa betapa berharganya hidup yang kujalanin detik ini, hari ini, saat ini. Bagiku
malam akan tetap menjadi malam, dan pagi akan selalu menjadi pagi, apa yang terjadi hari ini
cukuplah untuk hari ini, besok punya dialognya sendiri.

                                                                                                                    Cukup untuk dialog hari ini.

                                                                                                                                        -jez-
»»  Baca Selengkapnya...

Monday, September 26, 2022

Rindu

 Rindu

Karya: Melda Veronica Nainggolan

Dibawah dinginnya malam

Antara kesunyian dan sepi

Sepenggal rindu telah kupendam

Bersama segelas hangatnya kopi


Disini lah aku

Menahan kepedihan dalam diri

Meratapi kerinduan dalam hatiku

Tentang dia yang selalu berseri


Dia

Adalah sosok yang aku sayangi

Dia

Ayahku yang telah lama pergi


-mv

»»  Baca Selengkapnya...

Pembelajaran Berharga di Pendidikan Kader Pemimpin Muda Nasional Angkatan Ke III TAHUN 2022

Pembelajaran Berharga di Pendidikan Kader Pemimpin Muda Nasional Angkatan Ke III
TAHUN 2022
Karya: Reni Ambarwati


        Pendidikan Kader Pemimpin Muda Nasional, bisa disebut dengan PKPMN, merupakan sebuah program yang dibuat oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, khususnya di Deputi 2 bidang pengembangan pemuda. Program ini menjadi salah satu bukti komitmen pemerintah dalam memberdayakan pemuda Indonesia, melalui perwakilan pemimpin muda dari 34 provinsi di Indonesia yang nantinya akan  memberikan kebermanfaatan yang lebih luas lagi ketika peserta sudah kembali ke daerah masing-masing. Tentunya tak lain dan tak bukan salah satu tujuan adanya pendidikan ini adalah untuk mempersiapkan pemuda Indonesia dalam menghadapi bonus demografi dan mencapai Indonesia Emas 2045.

     Tercatat, sebanyak 1.422 pemuda melakukan pendaftaran PKPMN Angkatan III Tahun 2022. Pendaftar tersebut terdiri dari 1.020 pemuda yang mendaftar secara online dan 420 orang yang berasal dari jalur Dispora tingkat provinsi serta organisasi. Peserta yang mendaftar terdiri dari unsur OKP, BEM, organisasi minat bakat, pemuda berprestasi, influencer, dan disabilitas.

        Dari pendaftar sebanyak itu, terseleksi 100 orang peserta yang dapat mengikuti pendidikan selama 14 hari. 4 hari daring dan 10 hari luring, selama daring terdapat materi mengenai bagaimana cara menjadi pemimpin yang visioner, berintergritas, toleran ditengah keberagaman yang sangat kompleks, peka terhadap ancaman hambatan tantangan dan gangguan yang ada dalam 8 astragatra di negara kita. Disetiap sesi terdapat diskusi yang interaktif antara peserta dengan pemateri yang sangat berkompeten dalam menyampaikan setiap materinya. 

       Di dalam pendidikan secara daring ini peserta juga dibekali dengan pengetahuan tentang Indeks Pembangunan Pemuda atau IPP yang terdiri dari 5 indeks yaitu Pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, lalu gender dan diskriminasi. Setiap kelompok ditugaskan untuk menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan IPP sesuai asal daerahnya masing-masing, kemudian membuat kasaran rencana aksi untuk turut serta mengatasi permasalahan dan menyumbang  peningkatan angka IPP di daerahnya.

        Lalu di pendidikan secara luring, 100 peserta diberi fasilitas yang sangat sangat nyaman, tempat istirahat di Hotel Ciputra dan berbagai hidangan makanan berat, makanan ringan, camilan, minuman, buah-buahan lengkap disajikan dari pagi, siang, sore dan malam. Kegiatan pun diatur dengan sedemikian padat mulai dari pagi jam 4 pagi sampai jam 11 malam, bahkan diluar kegiatan ada diskusi mandiri sampai dini hari. 

        Agenda luring ini sangat seru dan berkesan, selain peserta diberikan materi yang padat di aula hotel, peserta juga mendapat pembelajaran yang bermakna di berbagai lembaga negara seperti DPR, MK dan KPK. Di DPR banyak peserta yang memanfaatkan untuk menyampaikan titipan aspirasi dari daerahnya kepada Ketua Komisi X DPR RI, mulai dari permasalahan pendidikan, kesehatan, kesetaraan dan juga pembangunan di daerah timur. Di KPK peserta diberikan pembelajaran bagaimana cara menjadi manusia yang berintegritas dan berhati-hati terhadap perilaku serta tindakan korupsi. Di MK banyak peserta yang bertanya tentang judisial review atau peninjauan kembali, apakah suatu tindakan atau undang-undang sejalan dengan konstitusi negara, karena melihat akhir-akhir ini banyak kebijakan atau Undang-undang kontroversial yang dibuat dan kiranya peserta perlu mengetahui bagaimana judicial reviewnya

        Peserta juga mendapat kesempatan mengikuti kegiatan sertifikasi dari BNN, disini peserta ditantang untuk membuat program penggiat anti narkoba yang mudah dan realistis tapi tetap kreatif dan menjangkau banyak orang. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, 100 peserta PKPMN ini resmi menjadi penggiat anti narkoba. 

        Tak melulu tentang materi yang serius, peserta juga diajak untuk mengunjungi Museum Sumpah Pemuda, Masjid Istiqlal dan melakukan banyak permainan seru namun bermakna juga di Kebun Raya Bogor. 

        Lalu Rencana aksi yang berkaitan dengan IPP yang telah dibuat di agenda daring dan luring, bukan hanya sekedar rencana. Hal tersebut harus direalisasikan di daerah masing-masing dan nantinya akan ada monitoring lagi pasca kegiatan ini.

        Dalam kegiatan ini, terdapat beberapa orang yang sakit karena lelah menghadapi padatnya kegitan, namun tim medis/dokter selalu sigap menanganinya dan sesekali suasana tidak kondusif karena semua pemimpin, terkadang hampir semuanya ingin memimpin. Maka dari itu Bapak Deputi 2 Kemenpora, Bapak Asisten Deputi, fasilitator dan juga panitia selalu menasehati pemimpin tidak selalu harus memimpin, pemimpin adalah orang yang dapat memimpin dan dipimpin dengan baik. 

        Menjadi salah satu bagian dari PKPMN Angkatan ke III ini merupakan anugerah dari Allah yang sangat luar biasa dan merupakan kesempatan yang sangat berharga, karena dapat belajar berbagai hal tentang kehidupan yang belum pernah didapatkan sebelumnya, termasuk belajar di berbagai lembaga negara dan berinteraksi langsung dengan teman-teman dari berbagai suku dari 34 provinsi yang selama ini hanya bisa dilihat dan dipelajari di buku PPKn, HP dan juga TV.

    Bagi teman-teman yang tertarik untuk ikut kegiatan ini, silakan cek secara berkala @deputi2kemenpora. Dan silakan tonton video ini https://youtu.be/NEIAbnTVF-k

»»  Baca Selengkapnya...

Nirmala

 Nirmala

Karya: Eliza

Angin yang menggebu pada hari itu menyeka tirai-tirai nilam,

Membutirkan letup tersembunyi,

Nyanyian seribu kupu-kupu terpendam,

Meresap dan mencengkeram.


Kurasakan buih-buih bergolakan,

Sahaja yang mendebarkan,

Hingga melebur, 

lintas kilas balik masa gugur.


Lalu kesah darimu,

Melarungiku meratapi harapan semu,

Sendu menyelimuti ku di pelataran situ,

Dari resah yang kau hadapi,

Padahal rasa orang ketiga tak pernah kutanggapi.


#Empatiperbait

»»  Baca Selengkapnya...

Tangga Lantai Delapan

 Tangga Lantai Delapan

Karya: Siti Mushlihatul Khilda

Rabu, 24 Agustus 2022
Sekitar pukul delapan

Apa yang sebenarnya terjadi Tuan?
Kita bertemu di tangga lantai delapan
Kesempatan berharga yang membuatku terkesan
Maaf sebelumnya menyebutmu dengan samaran

Satu dua adalah sebuah ketidaksengajaan
Sedangkan selanjutnya hanya kau dan aku yang tahu alasan
Apa yang kau mainkan Tuan?
Apakah kau sengaja atau hanya penasaran?

Ada baiknya kita segera berkenalan
Sekedar nama, asal, dan tujuan
Bukan masalah jika kau tidak berkenan
Setidaknya aku sudah mengajukan tawaran

Satu hal tentangmu yang ingin kukatakan
Tatapan matamu sungguh menawan
Sayangnya keadaan tidak memungkinkan dibarengi senyuman
Kuharap suatu hari aku kembali memiliki kesempatan

-kh
»»  Baca Selengkapnya...

Bunga Tidur

 Bunga Tidur

Karya: Rosnafisah Setyani

        Namaku Ayu, aku mempunyai mimpi yang aneh. Disaat umurku 10 tahun aku bermimpi bertemu seorang laki-laki yang memakai jubah layaknya seorang raja. Laki laki tersebut sangat tampan dan mempesona. Ia mengajakku untuk pergi, awalnya aku menerima namun nenekku yang dari dalam rumah langsung berteriak "Jangannn". Tanganku ditarik masuk oleh nenekku sambil berkata "Jangan pernah ikut oleh orang yang tidak dikenal dan kamu (sambil menunjuk laki itu) jangan pernah mengganggu cucu lagi, pergi sana!". Laki-laki itu lantas pergi melihatku sambil berkata "Lain kali akan ku jemput". Seketika aku terbangun dan aku mendapati diriku yang baru saja datang bulan. Ini adalah datang bulan pertamaku. Aku langsung membersihkan tempat tidurku yang berlumuran darah. Ibuku mambantuku dan mengajariku cara mencuci bekas darah dan memakai pembalut. Aku masih memikirkan tentang mimpiku itu, akhirnya aku cerita ke kakekku. Kakekku berkata "Itu hanya mimpi saja, toh kamu juga baru datang bulan mungkin itu mimpi pertama kamu mau akhil balik saja". Aku malu bercerita dengan kakekku karena mimpi akhil balik, jadi kuputuskan untuk
tidak menceritakan mimpi itu kepada siapapun.

        2 tahun pun berlalu, aku tak pernah bermimpi lagi sampai akhirnya saat umurku 12Ctahun aku bermimpi kembali. Mimpi yang sama dengan mimpi saat aku berumur 10 tahun. Mimpi itu terasa nyata, namun setiap hari aku selalu bermimpi itu itu saja. Tidak ada kemajuan dalam mimpiku. Aku selalu bermimpi hal yang sama sampai aku menikah diumur 22 tahun. Namun setelah menikah mimpi itu menghilang. Cukup lama aku tidak bermimpi mimpi itu kembali sampai pada akhirnya aku hamil anak pertama. Saat kandunganku sudah 3 bulan aku bermimpi kembali. Ceritanya berbeda namun laki-laki itu masih sama, hanya saja dia tidak memakai jubah tetapi memakai pakaian yang sangat lusuh. Raut mukanya sangat sedih, menatapku lirih sambil berkata "Mengapa kau mengkhianati aku Ayu? Aku sudah menunggumu terlalu lama. Aku akan mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku”. Aku terbangun dan melihat ada banyak darah dikasurku. Ya benar sekali, aku keguguran. Aku masih terdiam dan tidak mau bercerita dengan siapapun termasuk suamiku sendiri. Sampai pada akhirnya aku sudah keguguran 3 kali, tak tahan melihat ini semua aku menceritakan mimpi itu kepada suamiku. Suamiku malah menuduhku berselingkuh sampai aku dan suamiku bertengkar. Aku tak mau bertengkar dengan suamiku sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk ke kamar dan tidur.
    
        Aku bermimpi kembali tetapi mimpi yang saat ini berbeda. Benar-benar terasa nyata sekali. Laki-laki yang ada di mimpiku itu sebut saja dia Bayu memberikan senyum kepadaku. Aku kesal dengan semua mimpiku dan aku berkata kepada Bayu "Apa mau mu? Mengapa kau selalu mengganggu hidupku? Aku sudah hidup dengan suami pilihanku. Dunia kita berbeda. Tolong biarkan aku hidup dengan tenang". Bayu mengikatkan selendang hijau ditanganku dan tangannya seraya berkata "Jangan kau lepaskan ikatan ini. Akan ku pertemukan kau dengan orang tuaku. Akan ku jelaskan kepadamu semuanya". Aku diajak berkeliling suatu desa yang amat terasa indah sekali. Belum pernah aku melihat tempat yang amat teramat indah seperti itu. Penduduk di desa tersebut langsung melihatku, tak ada
satupun yang tidak melihatku. Semua penduduk sangat cantik dan tampan. Sampai aku melihat sebuah istana yang megah sekali. Disana aku melihat perempuan yang sangat cantik dan laki-laki sangat tampan menyambutku dan kalian tahu itu adalah orang tua Bayu. Sungguh aku masih tak percaya ada tempat yang indah dan penduduknya pun juga sangat rupawan. 

        Disaat aku masih melihat sekeliling istana, ibu Bayu pun memulai percakapan. "Halo nak Ayu, apakabar? Maaf ya Bayu sudah mengganggumu. Ia hanya kagum kepadamu. Ia sudah menunggumu lama sekali namun kamu telah mengkhianatinya. Lihatlah mereka (sambil menunjuk 3 anak laki-laki yang sedang bermain). Mereka adalah bagian dari kamu Ayu. Bayu tidak ingin kehilanganmu. Maka dari itu Bayu mengambil anakmu darimu". Aku terdiam. Sudah tak percaya itu anakku. Aku menatap lirih Bayu. "Maafkan aku Ayu. Aku tak ingin kehilanganmu. Izinkan aku untuk merawat sebagian dari dirimu" Kata Bayu dengan suara menyesal. Kuhapus air mataku dan aku berkata dengan tegar "Aku maafkan kamu. Jaga anakku sebagai anakmu juga. Pak, Bu tolong jaga anakku sebagai cucumu. Rawat mereka dengan baik. Tolong jangan ganggu aku lagi. Aku akan kembali kesini lagi untuk menemui anak-anakku lagi. Tolong antarkan aku pulang".

        Aku memeluk ketiga anakku sebelum aku pulang. Sungguh betapa terharunya aku melihat anak-anakku dan memeluk mereka. Setelah itu aku diantarkan pulang oleh Bayu. Aku terpanah melihat air terjun yang sangat indah. "Mau kesana?" Kata Bayu. Spontan aku mengangguk. Disana aku langsung menyeburkan diri ke dalam air terjun. Karena tanganku masih terikat otomatis Bayu pun juga ikut menyebur. Entah mengapa dengan diriku saat itu, karena disaat itu aku melakukan hubangan badan dengan Bayu. "Kalau kamu ingin bertemu denganku, datang saja ke air terjun. Aku akan datang menemuimu"kata Bayu sambil menatapku. Aku memejamkan mata lalu saat aku membuka mata, alangkah terkejudnya aku melihat suamiku dan kedua orang tuaku ada di sampingku. Aku berada di rumah orang tuaku. Aku bertanya kepada suamiku apa yang terjadi dan suamiku menceritakan kepadaku.

        Jadi aku sudah menghilang selama 3 hari. Memang awalnya aku berada di rumahku sejak kejadian pertengkaran itu namun setelah itu suamiku tidak melihatku di rumah. Dia mencari kemana-mana sampai menelfon ke saudara-saudara aku tentang keberadaanku. Sampai akhirnya aku ditemukan oleh pamanku di pinggiran sungai daerah rumah orang tuaku. Aku sedang tertidur dengan tubuh yang sudah basah kuyup. Padahal dari rumahku ke rumah orang tuaku berjarak 26 km, entah bagaimana aku bisa sampai disana. Aku dibawa ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanku. Hasilnya adalah aku hamil, ya aku hamil. Aku hamil anak kembar sudah 3 bulan. Aku sontak terkejud mendengarkan cerita dari suamiku.

        5 tahun pun berlalu. Sejak kejadian itu aku tidak lagi bermimpi tentang Bayu. Namun setiap aku mandi menggunakan shower aku selalu merasa ada yang memelukku dari belakang dan ketika aku melihat kaca aku melihat ada Bayu di belakangku sambil memelukku. Tapi ketika aku mandi menggunakan gayung, aku tidak merasakan dan melihat kehadiran Bayu. Dan kalian tahu, anak kembar yang aku kandung mirip sekali dengan Bayu. Tidak ada satupun keluarga aku dan keluarga suamiku yang menyadarinya termasuk Bayu.
»»  Baca Selengkapnya...

Wednesday, June 29, 2022

Jalan Panjang Kaum Kusam

 Jalan Panjang Kaum Kusam

Karya: Bintang Pradana Putra

Warkop ini, tidak serta merta tercipta, namun muncul dari inisiatif mereka yang memiliki keresahan atas situasi ekonomi yang menimpanya. Bayangkan saja KeHidupan mereka tidak jauh dari kemelaratan. Keadaan keuangan yang terbatas, membuat mereka terpaksa hidup di ambang kehancuran. Dalam pengibaratan, air sudah sampai leher, sehingga bila ada gelombang, mereka pasti tenggelam. Wajar saja, mereka hanya mengandalkan penghasilan ibunya yang hanya seorang  penjahit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Begitulah, Rahman dan Rahim, anak muda yang kerjanya serabutan, memiliki cita cita menjadi tua dan kaya raya. Saat ditanya kaya raya dengan cara apa? Mereka menjawab ingin membuka cafe dengan nama Double R (Rahman dan Rahim). Yang nantinya akan menyajikan minuman paling enak didunia, lebih enak daripada kopi kenangan, starbuck, dan juga janji jiwa. Mereka sadar bahwa itu merupakan hal yang sulit untuk dijadikan kenyataan, mengingat mereka saja hidup dengan ekonomi yang mengenaskan. 

Putar otak kanan kiri atas bawah, mereka lakukan supaya mereka bisa bertahan hidup melawan pahitnya kehidupan. Meminjam uang kesana kemari, untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, seringkali terjadi. Tetangga demi tetangga mereka sambangi, ada yang menolak dan ada yang memberi. Tak hanya tetangga, sahabat dan temanpun kadang meraka bujuk supaya mau meminjamkan uang dengan embel embel besok pasti diganti. Hal itu membuat orang-orang dilingkungan sekitar menjadi risih melihat tingkah laku mereka yang kian hari dirasa kian menggagu.

Suatu ketika dihari baik bulan baik, mereka dimintai bantuan oleh seorang satpam komplek, yang menyuruh mereka untuk membersihkan sebuah rumah mewah yang sudah lama terbengkalai ditinggal penghuninya. Tanpa berpikir panjang, dengan perasaan senang bukan kepalang, mereka menjabat tangan satpam dan memasang senyum paling lebar yang mereka punya. "Siap komandan,” pungkas mereka berdua.

Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari telah berlalu. Bekerja sama ibarat gigi atas dan gigi bawah dalam mengunyah makanan. Ruangan demi ruangan, dapat mereka selesaikan dengan seksama, dengan mudah, dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya. Bayangkan saja mereka hanya butuh waktu 2 hari untuk mengerjakan rumah yang memiliki ukuran 10 x 20 meter. Hal Itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan apalagi hanya 2 orang yang mengerjakan.

Kenyataanya pekerjaan yang mereka anggap sudah usai, ternyata oh ternyata, masih menyisahkan 1 ruangan. Ruangan tersebut adalah sebuah basement yang berada di bawah tanah. Yang tidak sengaja ditemukan jika Rahman tidak memencet sebuah saklar yang menepel di tembok. Keduanya tanpa berpikir panjang dan bertele tele, mengeksekusi ruangan tersebut dengan sisa tenaga yang mereka punya. Di sela-sela mereka membersihkan ruangan. Dari kejauhan Rahim melihat sebuah kardus berbentuk balok yang  berukuran cukup besar. Keduanya dibarengi dengan rasa penasaran akhirnya membuka dan melihat isi kardus tersebut. Setelah dibuka ternyata isinya hanya frameset (batangan) sepeda yang bermerek Cinelli dengan kondisi 97%  bagus. 

Setelah kurang lebih 2 jam berlalu, akhirnya mereka selesai dengan pekerjaanya. Dengan perasaan yang senang, ceria, riang, dan bergembira keduanya menuju ke lokasi satpam berada, untuk meminta bayaran atas pekerjaanya. Tak hanya itu keduanya juga melaporkan hasil temuannya yaitu frameset/batangan sepeda. Satpam tersebut tidak peduli apa yang mereka temukan, ia malah menyuruh keduanya membuang barang tersebut karena dianggap sebagai sampah. "Daripada dibuang mending buat saya, gimana pak?" ucap Rahim.  Satpam tersebut dengan senyum diwajahnya seraya menghela nafas, mengatakan "Ya sudah." 

Keesokan paginya dengan uang yang mereka punya, mereka membawa ibunya untuk makan di restoran cepat saji yang bernama KFC. Usai makan, dengan wajah terheran-heran ibunya bertanya "uang dari mana?" Keduanya pun lantas bercerita apa yang mereka kerjakan 2 hari lalu. Cerita tersebut membuat sang ibu terharu menangis tersedu-sedu. "Maafin ibu ya nak, sejak bapak kalian ninggalin rumah dan ngga ingat lagi sama kalian hidup kita jadi terlunta-lunta. Ibu merasa jadi seorang yang gagal karena belum bisa membahagiakan kalian" Setelah mendengar perkataan sang ibu, kedua anaknya dengan mata yang berkaca-kaca dan senyum diwajahnya berusaha meyakinkan ibunya, kalau mereka baik-baik saja.

Sore hari menjelang, rokok dan kopi mereka siapkan. Bercerita ngalor ngidul tentang masa depan, tak hanya itu obrolan mereka diiringi dengan anak kecil shalawatan, di masjid dekat pertigaan. Frameset sepeda menjadi obrolan terakhir yang mereka bicarakan. Dengan kesimpulan bahwa barang tersebut besoknya akan diloakan. 

Matahari terbit fajar tiba. Pasar loak menjadi tujuan utama mereka untuk menjual frameset sepeda. Berjalan dengan keringat  bercucuran, tidak mematahkan semangat mereka demi mendapatkan cuan. Di tengah-tengan perjalanan mereka melihat grombolan pesepeda yang berjalan beriringan, ibarat sekelompok domba yang sedang digembala. Salah satu dari pesepeda tersebet melipir menuju kearah mereka. "Itu frameset dijual ngga? Tanya seorang pesepeda kepada mereka. "Iya ini mau kita jual di pasar loak" pungkas Rahman dengan wajah tersenyum. Mendengar jawaban Rahman orang tersebut tertwa terbahak-bahak, ia heran dengan tingkah laku keduanya. Pesepeda tersebut seraya tertawa menjelaskan, bahwa apa yang mereka bawa adalah barang dengan harga 16jt. Frameset yang bermerk Cinelli tersebut merupakan produk pabrikan asal Italia yang sudah lama tidak diproduksi, dan merupakan suatu barang yang langka (limited edition). Tidak hanya itu diakhir penjelasannya pesepeda tersebut bertanya "Mau ngga saya bayarin 16jt?"

Mereka yang mendengar penjelasan tersebut,  terkaget, terheran-heran. Mereka benar benar tidak menyangka kalau apa yang mereka bawa adalah harta karun yang sangat langka. Tanpa berpikir panjang, dengan tatapan tajam dan penuh percaya diri keduanya menjawab "Iya mauuu." Pesepeda tersebut sembari tertawa menunjukan alamat rumahnya. Terimakasih mereka ucapkan kepada pesepeda, karena sudah mau menjadi orang yang baik hati, jujur, dan mau membatu sesama. Doa mereka untuk pesepeda "Semoga Tuhan membalasmu dengan ganjaran yang baik, Semoga Tuhan memberkahimu pada keluarga dan juga hartamu, dan Semoga apa yang disemogakan dapat tersemogakan amin".

Singkat cerita mereka sudah mendapatkan uangnya. Bertukar pikiran mereka lakukan agar uangnya bisa dimanfaatkan. Usaha cafe yang sedari lama mereka impikan, dengan uang tersebut masih belum bisa didaptkan. Pada akhirnya mereka tiba pada suatu kesimpulan, bahwa mereka ingin membuka warung kopi (warkop) kecil kecilan. Sewa tempat, menu yang akan disediakan, peralatan yang akan digunakan, spanduk yang akan dipajang, kursi dan meja panjang yang akan dikenakan semuanya sudah mereka kalkulasikan dengan matang. Selang 1 hari warung kopi tersebut lahir ke bumi. Warung dengan nama Warkop RR (Rahman dan Rahim) siap sedia melayani. 

Di hari pertama dan hari hari berikutnya mereka dagang, keuntungan fantastis bisa mereka dapatkan. Puluhan hingga ratusan ribu kini tidak begitu sulit didaptkan. Sedikit demi sedikit mereka bisa membeli apa yang mereka impikan. Saat ini mereka merasa berada di puncak kejayaan, padahal perjalanan membangun cafe masih sangat panjang. Dalam pengibaratan Al-Quran mereka butuh 25 Juz lagi untuk bisa khatam. 

Setelah kurang lebih 2 bulan berjualan. Tuhan pencipta semesta memeberikan mereka ujian. Ibunya harus dirawat dirumah sakit karena terkena kanker yang sangat parah. Sedih terasa bagi keduanya, melihat malaikat penjaganya terbaring lemas tak berdaya. "Ibu ngga boleh sakit, nanti kalo ibu sakit dunia pasti berhenti," kata Rahman saat menjenguk ibunya. Dengan suara halus yang keluar dari mulutnya ibunya berkata "Tenang nak sakit begini doang, seminggu juga sembuh.” Mendengar itu kedua anaknya dengan mata berkaca-kaca memeluk erat ibunya, dan mengatakan, "Ibu pasti bisa, ibu kan super hero, bagi kita ibu adalah manusia paling kuat didunia." 

Uang yang mereka tabung dari hasil berjualan. Semuanya mereka gunakan untuk membayar biaya operasi dan perawatan. Namun, sangat amat disayangkan uang tersebut terbilang masih kurang. Untuk kedepannya mereka berdua mencoba menyusun strategi hingga mendapatkan sebuah konklusi, bahwa mereka akan berpisah. Rahim menjaga warkop dan Rahman mencari kerja demi menambah biaya. Namun kenyataanya sulit bagi Rahman untuk mendaptkan pekerjaan. Dengan bermodalakan ijazah sekolah dasar, melanglang buana keliling kota ia lakukan. Tak sengaja diperjalan pulang, Rahman bertemu dengan Baskara seorang kawan SD yang dulu sangat akrab dengan dirinya. Disitu mereka bertegur sapa, bercerita tentang masa lalunya, dan lain sebagainya. Melihat Rahman lontang-lantung kebingungan Baskara bertanya, "Mau apa?" Rahman menjelaskan ,"Pingin punya pekerjaan, dengan penghasilan yang lumayan, supaya bisa bantu ibu yang sedang berjuang, melawan kanker yang menyerang."

Mendengar hal itu Baskara merasa iba, dan berusaha membantunya. Ia teringat tawaran temanya untuk menjadi kurir pengantar barang, tetapi ia menolak dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan. "Man mau ngga lu jadi kurir?" tanya Baskara kepada Rahman "Mau sih sebenernya, tapi kan gua gapunya kendaraan," jawab Rahman. Karena merasa kasian, dengan senang hati, Baskara meminjamkan motornya untuk dijadikan alat pengantar barang. "Alhamdulilah terimakasih Tuhan aku dikelilingi orang-orang baik," pungkas Rahman dengan ekspresi sedih.

Dua hari setelah Baskara mengenalkan Rahman kepada temannya. Rahman ditelpon oleh Agus, teman Baskara yang membuka lowongan kerja. Agus menyuruh Rahman untuk datang ke lokasi yang sudah diberikan pukul 12 siang. Dengan semangat yang membara ia pun berangkat kesana. Setengah jam kemudian, ia pun tiba dengan senyum sumringah diwajahnya. Dari kejauhan agus memanggilnya, dan menjelaskan barang apa saja yang akan dia bawa. "Man ini isinya perlengkapan sepak bola, nanti kamu bawa sesuai alamat yang tertera di paketnya yaa!" Rahman pun berkata, "Siap bang laksanakan."

Tak lama setelah itu, Rahman pun berangkat diselimuti rasa curiga "Ko tempatnya ngga kaya kantor pada umunya? ko sepi ngga ada kurir yang lainya? ahhh.. mungkin emang kantor baru, dan masih sedikit juga karyawannya" ujar Rahman sembari mengendarai motor. Singkat cerita ia tinggal mengantarkan 1 paket terakhirnya. Sayangnya si pembeli justru tidak ada dirumah. Mau tidak mau, ia balik ke kantor untuk mengembalikan paket tersebut agar besoknya ia antar kembali.

Setengah jam sudah, akhirnys ia sampai di kantor. Agus pun menyambutnya dengan teh manis buatnnya. Rahman bercerita ada 1 paket yang belum diterima, karena si pembeli tidak ada di rumah. "Yasudah paketnya kamu bawa pulang aja ya, besok jangan lupa kamu anter lagi!" Ucap Agus kepada Rahman. Tak hanya itu hal mengejutkan pun terjadi. Agus memberikan Rahman uang Rp 2jt untuk melunasi biaya rumah sakit ibunya. "Terimakasih banyak bang, semoga Tuhan memberkatimu, panjang umur orang-orang baik," ujar Rahman sembari menangis terharu. 

Tidak lama setelah Rahman berbicara. Suara tembakan didengar oleh keduanya. Dengan mimik wajah ketakutan, Agus berlari meninggalkan Rahman. Penuh kebingungan Rahman rasakan. "Jangan bergerak, angkat tangan, anda kami tangkap dengan tuduhan penjualan obat-obat terlarang" ucap salah satu polisi yang melakukan penggerebekan. Tanpa ada sepatah kata keluar dari mulutnya, Rahman pun diringkus dan dimasukan kedalam mobil. Ia dibawa ke polsek terdekat untuk dimintai pertanggung jawaban. 

Sesampainya disana introgasi pun dilakukan. Ia di cecar beberapa pertanyaan tentang obat terlarang. Ia dengan rasa panik, cemas, ketakutan berusaha menjelaskan bahwa dirinya tidak menjual obat terlarang, ia menyakinkan pak polisi bahwa dia hanya kurir pengantar barang, yang bekerja melalui ajakan kawan. Akan tetapi pak polisi tidak percaya, mereka tetap bersikukuh dengan pendirianya. Karena saat dilakukan penggrebekan Rahman memegang paket (paket terakhir) yang berisi sabu ditangan kiri, dan uang 2jt ditangan kanan. Hal itu tentulah bisa dijadikan sebuah bukti penangkapan. Singkat cerita introgasi pun selesai, ia digiring untuk masuk kedalam sel tahanan. Sebelum itu ia disuruh memberikan nomor telpon keluarga yang bisa dihubungi. Pada akhirnya nomor Rahim ia berikan. 

Tak lama berselang, Rahim pun datang setelah menerima panggilan. Dirinya diselimuti rasa cemas dan kekhawatiran menemui kakanya dan memintanya untuk menjelaskan. Akhirnya Rahman pun menjelaskan dengan panjang lebar. Diakhir penjelasanya ia berkata "Him disini gua bukan pelaku, melainkan seorang korban yang dimanfaatin sama Agus buat jadi kurir narkoba, gua bener bener ngga tau apa apa him, lu percaya kan sama gua?" Sembari menangis Rahim pun menjawab, "Iya Man gua percaya ko, lu tuh orang baik gamungkin lu melakukan hal sebodoh ini." Setelah percakapan itu akhirnya keduanya berpelukan.

5 menit kemudian panggilan telepon dari ponsel Rahim terdengar. Setelah diangkat, ternyata itu adalah seorang dokter yang merawat ibunya. Rahim pun mengaktifkan speaker supaya Rahman bisa mendengarnya. Setelah itu dokter tersebut berkata, "Mohon maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehandak lain. Ibu anda yang bernama Fatimah telah dinyatakan meninggal dunia karena kanker yang semakin ganas." Mendengar hal tersebut tangis kejer membersamai keduanya. Tanpa berlama-lama Rahim pun bergegas menemui ibunya. Di dalam penjara, Rahman mengeluhkan apa yang terjadi padi dirinya. Ia merasa tak berguna, tak bisa menjaga belahan jiwa, yang 18 tahun membesarkannya. Bahkan dia merasa bahwa dirinya adalah orang paling kalah di dunia.

Tiga puluh menit kemudian, Rahim pun sampai dirumah sakit. Sesampainya disana ia hanya bisa menangis dan memeluk ibunya yang terbaring tak bernyawa. "Mas ini ada surat dari ibu, beliau menitipkannya ke saya untuk diberikan kepada anaknya!" ucap suster sembari memberikan surat. Rahim pun membaca surat tersebut yang isinya adalah : "Kalau lihat kalian tuh kaya lihat upin ipin kadang kompak, kadang berantem, kadang musuhan, kadang temenan. Tapi ibu tetep sayang ko sama kalian. Nih pesan buat upin, eh upin heheh buat Rahman maksudnya, tolong dijaga baik-baik yah adik imutnya. Dan buat Rahim tolong nurut ya sama kakak yang selalu sok keren didepan adiknya hehehe. Apapun yang terjadi tetaplah berbuat baik yah. Semangat buat kalian semua !" Seusai Rahim membacanya air mata mengucur di pipinya, namun seutas senyuman terukir di bibirnya. Ia mengingat momen momen kebersamaan, yang tak akan pernah bisa dilupakan.

Pada akhirnya mereka semua berada di tempat yang berbeda, Rahman dengan penjaranya, Rahim dengan warkopnya, dan Ibu dengan surganya.

»»  Baca Selengkapnya...

Cinta Dibalik Dinginnya Dinding Gereja

 Cinta Dibalik Dinginnya Dinding Gereja

Karya: Rosnafisah Setyani

TEMA : Cinta Yang Tak Sampai

KARAKTER : 

  • Yatim Piatu

  • Usia 20 tahun

  • Ambisius

  • Keras kepala

TUJUAN : Ingin menikahi pengasuhnya (biarawati)

HAMBATAN : Tidak bisa dinikahi (karena biarawati) dan Saka tidak tahu biarawati tersebut adalah kakak kandungnya sendiri.

PREMIS :

Saka ingin menikahi pengasuhnya yang bersamanya selama ini namun pengasuhnya adalah seorang biarawati yang merupakan kakak kandung Saka

SINOPSIS PENDEK:

Saka seorang anak yatim piatu yang dibesarkan dalam sebuah gereja dan diasuh oleh Lara sang biarawati yang cantik. Saka bersikukuh untuk bisa menikahi Lara dengan cara apapun, sampai akhirnya Lara luluh dengan Saka untuk melanggar aturan gereja. Ketika Saka dan Lara ingin menikah, ternyata Pendeta Budi memberitahukan fakta yang menarik yaitu Saka dan Lara adalah kakak beradik.

SINOPSIS PANJANG:

Saka adalah salah satu anak yatim piatu yang dirawat di gereja dari umurnya 5 tahun sampai sekarang yang umurnya 20 tahun. Saka dirawat dengan baik oleh Lara yang seorang biarawati cantik. Kegiatan gereja selalu dilakukan setiap harinya yaitu ibadah pagi setelah itu sarapan dilanjutkan dengan belajar al kitab makan siang, tidur siang, ibadah sore, bermain, berdoa malam, makan malam dan yang terakhir tidur. Kegiatan yang tidak pernah berubah, tapi seiring berjalannya waktu perasaan Saka berubah. Saka yang hanya melihat Lara yang sudah dia anggap sebagai ibunya sendiri kini berubah. Saka menyukai Lara, semakin lama cinta itu makin berkembang.

Walau saka sudah mengetahui bahwa Saka tidak bisa menikah dengan Lara tapi Saka yang keras kepala mempunyai banyak akal. ia memasuki ruang biarawati diam-diam saat Lara sedang sendiri. Saka merayu Lara, tangan Saka memegang pundak Lara mendekatinya perlahan lalu menciumnya. Sunyi itulah yang terjadi saat itu, lara ingin melepaskannya namun sangat sulit sampai akhirnya Lara berhasil terbebas dari Saka. Sejak saat itu, Lara mempunyai perasaan kepada Saka. Semakin lama semakin tumbuh rasa cinta dalam diri Lara. Saka dengan sifat ambisiusnya bertekad untuk menikahi Lara. Banyak pertentangan yang harus dilanggar oleh Saka. Hingga akhirnya Saka bisa memikat hati Lara untuk menikah denganya. namun, Pendeta Budi yang mengetahui hal tersebut merasa sedih dan memberitahu kebenaran yang belum diketahui oleh Saka maupun Lara.

Pendeta Budi menyuruh Saka dan Lara untuk ke ruangannya sebelum mereka benar-benar memutuskan untuk menikah. Pendeta Budi menunjukan foto keluarga yang dimana foto keluarga itu adalah keluarga Saka dan Lara dan memebritahu jika Saka dan Lara adalah kakak beradik.

BABAK 1

Adegan 1

Saka melihat Lara dari dalam jendela gereja sambal tersenyum malu

Adegan 2

Saka menghampiri Lara yang sedang berada di taman

Saka

“Selamat pagi Bu Lara, apa kabarnya bu?” (tersenyum malu)

Lara

“Puji Tuhan saya baik. Ayo Saka kita masuk ke gereja, ibadah pagi akan segera dimulai”

Saka

“Baik, bu” (Saka dan Lara berjalan Bersama menuju gereja)

Adegan 3

Ibadah pagi dengan hikmat, seluruh jamaah khusyuk berdoa

Adegan 4

Para Biarawati mempersiapkan makanan untuk sarapan

Para Yatim membantu menyiapkan meja makan

Saka

“Sini Bu saya bantu” (mengambil piring dari tangan Lara

Lara

“Terima kasih Saka” (tersenyum, sambil memberikan piring yang ada ditangannya)

Adegan 5

Saka selalu memerhatikan Lara sampai sarapan pun selesai

Para biarawati dan para Yatim membersihkan meja makan setelah selesai sarapan

Adegan 6

Para Yatim menuju ke kelas al-kitab bersama-sama

Saka

“Hey,gue ke kamar mandi dulu ya” (menepuk pundak Andi)

Andi

“Yaudah sana cepet ya, nanti telat loh. Sekarang pendeta Bayu yang ngajar”

Saka

“Iya iya ini cepet kok”

Adegan 7

Saka berlari ke kamar mandi

Setelah selesai dari kamar mandi, Saka melihat Lara yang sedang membaca al-kitab dengan suara merdu di samping bilik jendela

Saka terpanah dengan keindahan suara Lara, ia melamun

Ayu

“kamu ngapain kok melamun, Saka?” (menepuk Pundak Saka)

Saka

“eh i iya Bu” (kaget, sambil terbata-bata)

Ayu

“yaudah sana masuk kelas, Pendeta Bayu udah ada di kelas loh”

Saka

“iya Bu” (menundukkan kepala, bergegas pergi)

Adegan 8

Para Yatim mempelajari al-kitab dengan khusyuk

Adegan 9

Pendeta Bayu bertanya tentang cerita yang ada di al-kitab kepada Para Yatim

Bayu

“Saka, dalam al kitab Yosua telah berjanji untuk melindungi Gibeon jadi dia memimpin pasukan dan mengalahkan berapa raja Saka?”

Saka

(terdiam, melihat keluar dengan tatapan kosong)

Bayu

“Saka!” (suara lantang)

Saka

“i iya pendeta”(kaget, sambil terbata-bata)

Bayu

“Saka, kamu ini kenapa melamun terus. Tidak memerhatikan saya ya dari tadi?”

Saka

“saya memerhatikan kok pendeta Bayu” (dengan suara yang ragu-ragu)

Bayu

“oh ya? Kalau iya coba tadi saya tanya apa sama kamu?”

Saka

(terdiam)

Bayu

“tuh kan kamu aja diam. Kamu ke ruangan saya nanti”

Saka

“baik pendeta”

Adegan 10

Kelas selesai. Para Yatim menuju ke kamar masing-masing untuk tidur siang.

Adegan 11

Saka menuju ruangan pendeta Bayu

Saka

“selamat siang pendeta”(membuka pintu secara perlahan)

Bayu

“siang, duduk kamu situ” (menunjuk kearah kursi yang ada di depan meja kerjanya)

Saka

(menarik kursi, duduk secara perlahan)

Bayu

“akhir-akhir ini saya lihat kamu sering memerhatikan Lara ya?”

Saka

“enggak kok, kapan saya perhatiin Bu Lara?” (kaget)

Bayu

“jangan bohong kamu, saya peringatkan sama kamu ya Saka. Lara adalah seorang biarawati, dia yang sudah merawat kamu. Jadi jangan harap jika kamu suka sama dia, dia akan suka sama kamu. Percuma aja saka, percuma”

Saka

“saya gak ada perasaan apa-apa kok sama Bu Lara”

Bayu

“bagus kalau gitu, sampai kamu suka sama Lara dan kamu macam-macam dengan dia. Kamu akan berurusan dengan saya. Ingat itu!” (dengan nada mengancam)

Saka

“iya pendeta Bayu”

Bayu

“yasudah, kamu bisa pergi. Kamu jangan ceritakan ini kepada siapa pun”

Saka

“baik pendeta Bayu”

Bayu

“satu lagi, saya gak mau kamu seperti tadi didalam kelas. Smapai kamu berbuat seperti itu lagi, saya akan menghukum kamu.” (dengan tegas)

Saka

(menundukkan kepala dan pergi dari ruangan pendeta Bayu)

Adegan 12

Saka kembali dengan wajah yang sedih. Lara melihat Saka keluar dari ruangan pendeta Bayu

Lara

“kamu kenapa Saka?” (menghampiri Saka)

Saka

“gapapa bu” (nada pelan)

Lara

“beneran gapapa?” (dengan nada penuh kecurigaan)

Saka

“iya bu saya gapapa. Saya ke kamar dulu ya bu. Permisi” (meninggalkan Lara)

Adegan 13

Para Yatim bergantian untuk mandi. Setelah itu bersiap-siap untuk ibadah sore

Adegan 14

Saka tidak khusyuk dalam ibadah kali ini. Ia selalu terpikirkan kata-kata pendeta Bayu. Saka menjadi sedih

Adegan 15

setelah ibadah sore, Para Yatim dibebaskan untuk melakukan kegiatannya masing-masing. Ada yang bermain, membaca buku dan ada yang hanya duduk-duduk sambil berbincang santai dengan Para Yatim lainnya.

Adegan 16

Saka hanya terdiam dipinggir taman

Andi

“lu kenapa ka?” (menghampiri Saka dan duduk disebelahnya)

Saka

“kayaknya pendeta Budi udah tau deh gue suka sama Bu Lara” (dengan nada sedih)

Andi

“ya lagian lu juga sih pakai acara suka sama biarawati. Udah tau itu biarawati, cinta lu itu gak bakal bisa terbalas Saka”

Saka

“ya namanya cinta, kalau hati gue bisa ikutin logika gue ya gak masalah nah ini. Pokonya gue harus bisa dapetin Bu Lara bagaimana pun juga caranya” (mengepalkan tangan)

Andi

“ye batu lu dibilangin juga” (menepak kepala Saka)

Saka

“ih kok lu nepak pala gue” (menepak pala Andi)

Andi dan Saka bercanda satu sama lain. Mereka tak sadar jika mereka sedang diperhatikan oleh Lara dari kejauhan.

BABAK 2

Setiap ada kesempatan untuk bisa dekat dengan Lara, Saka akan memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin. Sampai akhirnya…

Adegan 17

Saat semua orang sedang teridur, Saka diam-diam menghampiri kamar Lara. Lara masih membersihkan dirinya dan siap-siap untuk pergi tidur. Namun tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Adegan 18

Saka membuka pintu kamar Lara secara perlahan, dan menutupnya kembali

Adegan 19

Lara

“kamu ngapain kesini malam-malam Saka?” (langsung berdiri, kaget dan ketakutan)

Saka

“maaf Bu. Saya tahu saya gak sopan. Tapi bisakah ibu dengarin saya dulu?” (perlahan menghampiri Lara)

Lara

“cepat, kamu mau apa. Cukup Saka jangan mendekat lagi” (melangkah mundur)

Saka

“bu,saya suka sama ibu. Ibu bisa bilang saya bodoh, saya gila, saya stress atau apapun itu. Tapi bu, saya benar-benar menyukai ibu”

Lara

“jangan bercanda ya kamu Saka. Saka tolong pergi dari sini. Saya akan teriak kalau kamu mendekat lagi” (menunjuk Saka dengan mengamcam)

Saka

“Bu, tolong. Dengarkan saya. Saya sangat tulus mencintai Ibu” (perlahan memegang Pundak Lara)

Lara

“Saka, lepaskan!” (menyingkirkan tangan Saka)

Saka

(mencium bibir Lara)

Lara

(mencoba melepaskan diri dari Saka)

Saka

(menghentikan ciumannya dan melepaskan tangannya)

Lara

“cukup Saka, pergi kamu dari sini”

Saka

“saya akan pergi bu. Tapi ibu harus tahu satu hal yang pasti saya mencitai ibu dengan tulus.” (dengan nada lembut)

Lara

“pergi Saka pergi” (menunjuk kearah pintu)

Saka

“maafkan saya bu, saya akan pergi” (meninggalkan Lara)

Adegan 20

Para Yatim dan para Biarawati memasuki gereja untuk ibadah

Adegan 21

Saka melihat-lihat mencari Lara di dalam gereja. Namun ia tidak menemukannya

Adegan 22

Setelah ibadah selesai, Para Yatim menuju ruang makan. Saka menghampiri Ayu yang sedang menyiapkan makanan

Saka

“Bu Lara kemana bu?” (menghampiri Ayu)

Ayu

“oh Lara, dia sakit. Ada apa ya Saka?”

Saka

“gapapa bu”

Adegan 23

Di kamar Lara

Lara

“saya benar-benar menyukai Saka, Pendeta”

Bayu

“saya tahu, tapi percuma Lara. Apakah kamu mau keluar menjadi biarawati? Apakah kamu mau mendapatkan dosa karena sumpah yang sudah kau ucapkan?

Lara

“saya tahu ini tak mungkin. Tapi..”

Bayu

“jangan banyak alasan kamu. Ikuti aturannya. Lawan perasaan itu”

BABAK 3

Lara memendam perasaan kepada Saka selama ini. Tetapi ia hanya cerita kepada pendeta Bayu. Selam ini Lara terus memerhatikan Saka dari kejauhan. Ia sering termenung Ketika mengingat Saka.

Adegan 24

Saka

“bu, maafkan perbuatan saya yang kemarin malam bu”

Lara

“iya saya maafkan”

Saka

“maaf, bu. Ibu maafin saya kan? Saya tahu bu ini salah tapi…”

Lara

“saya juga menyukaimu Saka” (memotong perkataan Saka)

Saka

(terdiam)

Lara

(pergi meninggalkan Saka)

Saka

(terdiam)

Adegan 25

Saka mengejar Lara yang sudah pergi menjauh

Saka

“ibu mau gak menikah dengan saya? Saya tahu ini gila. Tapi ibu tahu kan saya dan ibu sama-sama saling menyukai. Lebih baik jika kita menikah kan bu?”

Lara

“tapi saya ini seorang biarawati Saka. Tidak mungkin saya untuk menikah”

Saka

“kenapa bu? Ibu bisa kan keluar dari biarawati. Dari pada ibu harus merasakan penderitaan cinta ibu kepada saya seumur hidup ibu”

Adegan 26

Pendeta Budi datang menghampiri Saka dan Lara

Budi

“mau apa kalian sekarang?”

Saka

“menikah” (dengan cepat)

Budi

“kalian yakin? Jika itu mau kalian, ayo ikut saya ke ruangan saya”

Adegan 27

Di ruang pendeta Budi

Budi

“sebelum kalian benar-benar ingin menikah kalian harus tahu satu hal (menunjukan foto keluarga). Ini keluarga kalian. Ini kamu Lara dan ini kamu Saka (menunjuk seorang anak kecil dan anak bayi). Kalian adik kakak”

Saka dan Lara

“apa?” (kaget)

Budi

“itulah alasan mengapa saya melarang kalian saling mencintai secara berlebih. Alasan utama saya adalah karena kalian kakak adik”

»»  Baca Selengkapnya...