SELAMAT DATANG DI BEM PPKN
Friendship is not a lesson you can learn in the school. But you have not learned anything if you haven't learned the meaning of friendship. (Shufi Salsabila)
SELAMAT DATANG DI BEM PPKN
Pendidikan merupakan hiasan kemakmuran serta tempat perlindungan dalam kesulitan. (Aristoteles)
SELAMAT DATANG DI BEM PPKN
Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, pendidikan merupakan kehidupan itu sendiri. (JOHN DEWEY)
SELAMAT DATANG DI BEM PPKN
Pendidikan mempunyai akar yang pahit tapi buahnya manis. (Aristoteles)
SELAMAT DATANG DI BEM PPKN
Di depan memberi teladan,Di tengah memberi bimbingan, Di belakang memberi dorongan. (Ki. Hajar Dewantara)
Saturday, October 30, 2021
Tulus
Terima Kasih
Terima Kasih
Karya : Rosnafisah Setyani
Setelah Hujan Ini, Bunga kan Mekar
Setelah Hujan Ini, Bunga kan Mekar
Puisi Karya: Andika Ramadhan
Rinduku, Bukankah Hanya Milikmu?
Rinduku, Bukankah Hanya Milikmu?
Karya: Andika Ramadhan
Kisah Yang Paling Aku Takutkan
Kisah Yang Paling Aku Takutkan
Karya: Andika Ramadhan
Kepuasan Hati
Kepuasan Hati
Opini Karya: Andika Ramadhan
Hei Kau, Orang Baik
Hei Kau, Orang Baik
Karya: Andika Ramadhan
Tak Sejalan
Tak Sejalan
Karya : Rosnafisah Setyani
Tak Bisa Bersama
Tak Bisa Bersama
Karya: Rosnafisah Setyani
Berlari Mengejar Zaman
Berlari Mengejar Zaman
Oleh: Andika Ramadhan
Arunika
Arunika
by: anonim
Monday, August 30, 2021
Bagaimana Jika Aku Mencintaimu
Bagaimana Jika Aku Mencintaimu
Karya : Rosnafisah Setyani
Jika aku menyatakan perasaanku padamu
Apakah kau akan membenciku?
Apakah perasaan itu akan terbalaskan olehmu?
Apakah perasaan itu salah, jika aku nyatakan padamu?
Begitu banyak pertanyaan yang terabaikan
Seperti layaknya luka
Jika perasaan ini tidak aku nyatakan
Luka ini akan infeksi dan menghadirkan luka
Kamu adalah ketidakmungkinan yang aku paksakan
Begitu jauh tak dapat tergapai
Karena kamu adalah harapan yang tak dapat tercapai
Yang sangat aku inginkan
Aku sadar diri ini tak sempurna dirimu
Tak seindah apa yang kamu harapkan
Keegoisan ku membawaku padamu
Membungkus cinta yang tak pernah terbalaskan
Pulang
Pulang
By : A
Hingga saat ini yang kulihat dan genggam hanya potret usang berdebu Mengisahkan banyak memori yang merenggut kesadaranku di balik selimut usang tak bertuan Kesendirian seperti kalimat mimpi buruk tanpa akhir hanya ada dersik yang menyentuh diri hingga ke relung sukma
Katamu potret hal yang mampu meredakan jiwa menggebu ingin bertemu namun pada kenyataannya potretmu hanya membawa rindu dan luka tak berujung
Di kolong langit setiap malam meratapi bayangan hadirmu yang merusak separuh warasku
Bayangmu menjejal sampai ke inti alam bawah sadarku Hingga sampai ke titik 0 kewarasanku,bisakah engkau sekali saja pulang? Merindukanmu adalah hal yang tak mampu aku tanggung sendirian,bisakah? Bisakah bergabung bersamaku menepis kesunyian malam ini,sekali saja hingga lelapku bukan lagi menjadi hal yang melelahkan.
Presiden Berbicara Angin
Presiden Berbicara Angin
oleh Aldo Pratama Putra
Ketika membaca judul tulisan ini, apa yang anda pikirkan? Apakah anda berpikir bahwa Presiden membicarakan bencana angin kencang? Atau apakah anda berpikir bahwa Presiden membicarakan arah angin? Tentu akan ada banyak pemikiran dan pemahaman yang ada dibenak pembaca ketika melihat judul dari tulisan ini. Namun yang dimaksud oleh penulis mengenai “Presiden Berbicara Angin” adalah pernyataan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, beberapa bentuknya menyerupai angin, tidak bisa dipegang. Benar, pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo akhir-akhir ini dipertanyakan konsistensi dan pengaruhnya. Hal ini dikarenakan beberapa pernyataan beliau tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya. Penulis akan menjabarkan beberapa pernyataan yang dimaksud ini.
Pertama, pernyataan Presiden mengenai Tes Wawasan Kebangsaan KPK. Pada saat itu, tes ini menjadi buah bibir masyarakat luas. Hal ini dikarenakan banyak pegawai KPK yang tidak lolos tes saat itu memberikan keterangan bahwa tes yang dilakukan kepada mereka terlihat tidak relevan karena beberapa pertanyaan yang ada dalam tes tersebut menunjukkan kejanggalan dan lebih terlihat aneh oleh pegawai-pegawai KPK. Kemudian Tes Wawasan Kebangsaan ini digunakan sebagai tolak ukur keberlanjutan status kepegawaian dari pegawai-pegawai KPK. Muncul asumsi di masyarakat bahwa Tes Wawasan Kebangsaan ini hanyalah alat untuk mengeluarkan pegawai-pegawai KPK sekaligus upaya melemahkan KPK. Tidak lama berselang, Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataannya mengenai Tes Wawasan Kebangsaan KPK ini. Presiden menyampaikan pernyataannya melalui laman Youtube Sekretariat Presiden pada Senin, 17 Mei 2021 yang dikutip, “Hasil Tes Wawasan Kebangsaan terhadap pegawai KPK hendaknya menjadi masukan untuk langkah-langkah perbaikan KPK, baik terhadap individu-individu maupun institusi KPK, dan tidak serta merta dijadikan dasar untuk memberhentikan 75 pegawai KPK yang dinyatakan tidak lolos tes.” Pernyataan ini tentu menjadi angin segar masyarakat yang khawatir terhadap upaya pelemahan KPK. Namun beberapa hari berselang setelah pernyataan Presiden tersebut, Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, melakukan keterangan persnya pada 25 Mei 2021 yang dikutip melalui siaran Kompas TV, menyatakan bahwa sebanyak 51 pegawai KPK yang tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan tidak bisa dilakukan pembinaan lebih lanjut berdasarkan penilaian asesor dan tidak bisa bergabung dengan KPK. Pemecatan ini tentu berlainan dengan pernyataan Presiden. Yang amat disayangkan pula bahwa Presiden tidak mengeluarkan pernyataan lebih lanjut mengenai kejadian ini yang akhirnya menunjukan bahwa pernyataan Presiden tidak sesuai dengan realita yang terjadi.
Tidak hanya mengenai Test Wawasan Kebangsaan, pernyataan Presiden mengenai larangan rangkap jabatan juga menuai pertanyaan mengenai konsistensi pernyataannya. Pada 21 Oktober 2014 yang dikutip melalui Antara TV Indonesia pada laman Youtubenya, Presiden menyatakan langsung bahwa tidak diperbolehkan rangkap jabatan. Presiden Joko Widodo berujar “Tidak boleh rangkap-rangkap jabatan. Kerja di satu tempat saja belum tentu benar, kok.” Namun nyatanya, Presiden Joko Widodo secara tidak langsung mengizinkan praktik rangkap jabatan melalui pengesahan PP No. 75 Tahun 2021 tentang Statuta UI. Hal ini sebelumnya dipicu oleh adanya rangkap jabatan yang dilakukan oleh Rektor UI, Ari Kuncoro, yang juga menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama BRI. Padahal dalam peraturannya, Rektor dilarang merangkap jabatan sebagai pejabat perusahaan BUMN dan BUMD. PP No. 75 Tahun 2021 merevisi PP No. 68 Tahun 2013 yang menyebutkan bahwa Rektor dan Wakil Rektor UI tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai pejabat perusahaan BUMN atau BUMD. PP No. 75 tahun 2021 terdapat revisi bahwa Rektor dan Wakil Rektor dilarang merangkap jabatan sebagai direksi pada perusahaan BUMN atau BUMD. Tidak terdapat lagi larangan mengenai rangkap jabatan sebagai pejabat BUMN atau BUMD seperti jajaran Komisaris.
Hal ini tentu menimbulkan anggapan bahwa beberapa pernyataan Presiden Joko Widodo tidak memiliki konsistensi dan tidak sesuai dengan realita yang akan terjadi ataupun sedang terjadi dan ditambah Presiden tidak mengeluarkan pernyataan sikap lanjutan baik melalui dirinya langsung maupun melalui Juru Bicara atau Staf Kepresidenannya mengenai polemik yang terjadi sehingga kepercayaan masyarakat mengenai pernyataan selanjutnya yang akan dikeluarkan Presiden akan dipertanyakan. Selanjutnya juga merupakan hal yang wajar jika masyarakat memprotes mengenai hal tersebut. Bentuk protes ini salah satunya dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia yang menjuluki Presiden Joko Widodo sebagai “The King of Lip Service” karena penyataannya yang tidak konsisten dan tidak sesuai memang mengindikasikan bahwa dirinya hanya melakukan retorika semata melalui pendapat Presiden itu sendiri. Bentuk protes ini seharusnya menyadarkan Presiden bahwa beberapa pernyataannya dipertanyakan masyarakat.
Jika menilik alasan yang menyebabkan pernyataan Presiden tidak sesuai dengan realita dan tidak konsisten, penulis dapat merumuskan prediksi-prediksinya. Kemungkinan pertama mengenai penyebab hal tersebut yaitu mungkin pernyataan Presiden tersebut digunakan hanya untuk meredakan perdebatan dan ketegangan yang ada di masyarakat secara sementara. Presiden berupaya mengontrol kondisi awal masyarakat mengenai suatu polemik melalui pernyataannya hingga timbul suatu keputusan tertentu, Presiden melepas kontrol tersebut begitu saja. Kemungkinan selanjutnya bahwa Presiden memiliki sikap yang sangat terbuka mengenai perubahan. Ketika diawal mengeluarkan suatu pernyataan tertentu berpendapat A, kemudian setelah dipertimbangkan dan melihat kondisi yang ada, ia berubah pandangan menjadi B. Keterbukaan mengenai perubahan ini tentunya harus dijelaskan pula kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak kebingungan mengenai pernyataan mana yang masih sesuai dengan kehendak Presiden. Kemungkinan selanjutnya karena Presiden Joko Widodo adalah bukan merupakan seorang ketua umum partai, kehendaknya masih sangat dipengaruhi oleh arahan dan masukkan dari petinggi-petinggi partainya. Yang harus digarisbawahi ialah semua kemungkinan dan prediksi tersebut belum tentu benar. Hanya Presiden Joko Widodo yang dapat mengutarakan penyebab sesungguhnya mengenai ketidaksesuaian dan ketidakkonsistenan pernyataannya selama ini.
“MASA DEPAN KONSTITUSI: EMAS DENGAN INTEGRITAS ATAU LEMAH KARENA KEPENTINGAN”
"MASA DEPAN KONSTITUSI: EMAS DENGAN INTEGRITAS ATAU LEMAH KARENA KEPENTINGAN”
Oleh : Tias Cahyani Lestari
Daftar Pustaka
Catatan Harapan
Catatan Harapan
Oleh Peni Pinandhita
Untuk kalian, penakluk cakrawala di masa mendatang.
bangkitlah, ketika mentari menyapa.
langkahkan kaki menuju tempat merangkai asa.
dan bersiaplah untuk hari penuh warna
ku tahu, ada saat dimana kamu merasa lelah.
namun percayalah, tak pantasnya kamu menyerah.
belajar bukan sebuah tuntutan.
belajar adalah sebuah perjalanan.
perjalanan yang melelahkan namun menjanjikan keindahan.
membaca, mudah diungkapkan.
namun agaknya sulit dilakukan,
jika jiwa ragamu telah menyadari betapa sulit berjuang di hari mendatang,
maka percayalah, hari ini kau tak akan terus menerus diam.
sebenarnya, hanya ribuan alasan yang membuat kamu tak mampu melalukan.
mulailah mengukir langkah agar hidup kian terarah.
mulailah berbenah , agar dimasa depan tak menjadi bedebah.
inilah cara Tuhan menjadikanmu sebagai seorang manusia yang penuh makna.
bukan menjadi manusia yang hanya banyak kata.
Dan tetaplah percaya, akan indah pada waktunya.
Salah Tanggap Kritik Mural
Salah Tanggap Kritik Mural
oleh Aldo Pratama Putra
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar pada masyarakat. Kondisi yang memburuk yang ditandai dengan mulai naiknya kasus positif dengan skala yang tinggi dan pasien yang meninggal dunia karena Covid-19 yang signifikan membuat pemerintah harus menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Durasi PPKM yang cukup lama dan tidak merata serta tidak mencukupinya bantuan sosial dari pemerintah membuat masyarakat mulai mengekspresikan kekecewaan mereka pada pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Ekspresi kekecewaan tersebut diwujudkan melalui mural-mural oleh para seniman. Pada abad 17 M ketika era seni modern muncul yang ciri utamanya merupakan kebebasan berekspresi tanpa terikat oleh ikatan-ikatan tertentu, seniman bebas menggunakan media dan visualisasi apapun termasuk turun ke jalan-jalan mengisi ruang-ruang publik dengan media dan pencitraan visual. Mayoritas kegunaan seni lukis mural di ruang publik ini ialah pada kepentingan publik. Kritik sosial merupakan salah satu bentuk yang seringkali menjadi topik utama dalam seni mural jalanan atau street art.
Dari berbagai mural tersebut, terdapat satu mural yang menarik perhatian publik. Mural tersebut berada di daerah Tigaraksa, Banten, yang bertuliskan “Tuhan, Aku Lapar”. Mural tersebut kemudian ramai menjadi perbincangan di media sosial hingga pihak Kepolisian entah apa alasannya merespons kritik tersebut dengan menutup mural tersebut dengan dicat ulang. Kemudian polisi mencari seniman yang menggambar mural tersebut untuk memberikan bantuan sosial. Fenomena ini cukup menarik dibahas terlebih dengan keikutsertaan polisi dalam menanggapi kritik ini. Kritik “Tuhan, Aku Lapar” seharusnya memiliki makna yang tidak sesempit adanya seseorang yang memiliki keahlian seni lukis mural dan dalam kondisi kelaparan memberikan tanda bahwa dirinya sedang kelaparan dalam bentuk seni mural. Mural tersebut adalah kritik sosial bahwa banyak penghasilan masyarakat yang terdampak dengan pemberlakuan PPKM. Jika ditilik lebih jauh, pemberian bantuan sosial juga sebenarnya bukan tugas dari kepolisian, hal itu merupakan tugas dari elemen-elemen pemerintah pusat hingga pemerintah daerah.
Mural “Tuhan, Aku Lapar” ini memantik inisiasi seniman-seniman lain untuk melakukan hal yang sama sebagai bentuk kritik sosial mereka. Tak lama berselang, muncul kembali mural di Tangerang, Banten, yang dalam mural tersebut terdapat seseorang yang terlihat mirip seperti Presiden Joko Widodo dan di bagian mata ditutupi oleh tulisan “404 Not Found” yang kemudian ramai menjadi pembincaraan masyarakat di media sosial. Kali ini, polisi kembali berpartisipasi untuk merespons kritik ini dengan menutup mural tersebut dan mencari seniman yang melukis mural tersebut. Kemudian di Tuban, Jawa Timur, terdapat seseorang yang merasa kagum dengan mural tersebut dan berinisiatif mencetak mural tersebut di kaus. Kepolisian Polres Tuban merespon dengan menangkap orang tersebut yang berakhir dengan permintaan maaf dirinya, dengan dalih bahwa yang telah dilakukan oleh orang tersebut merupakan penghinaan terhadap Presiden sebagai simbol negara serta panglima tertinggi kepolisian karena dalam gambar tersebut terdapat gambar Presiden Joko Widodo yang matanya ditutup dengan tulisan yang sama dengan mural di Tangerang yang juga sedang dicari polisi dengan alasan yang sama, penghinaan simbol negara serta panglima tertinggi kepolisian. Hal ini dikritik keras oleh berbagai kalangan bahwa Presiden bukan merupakan simbol negara.
Jika merujuk pada KBBI, kata “simbol” ialah nomina dari kata “lambang” yang maknanya ialah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Kemudian berdasarkan UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, Presiden tidak termasuk dalam Lambang Negara. Hal ini tentu menampik anggapan bahwa adanya unsur pidana dalam mural tersebut. Jika mural tersebut merupakan bentuk penghinaan, Presiden Joko Widodo yang merupakan pihak yang merasa diihina dalam mural ini harus mengajukan laporan ke penegak hukum karena peraturan mengenai penghinaan ini merupakan delik aduan, bukan delik murni.
Kemudian kepolisian beranggapan bahwa penangkapan yang dilakukan di Tuban dimaksudkan sebagai penerapan Restorative Justice. Lagi-lagi, kepolisian seperti melakukan blundernya secara bertubi-tubi. Pendekatan Restorative Justice dalam sistem pidana merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada kondisi terciptanya keadilan serta keseimbangan bagi pelaku tindak pidana serta korban dalam suatu kasus pidana. Anggapan bahwa yang dilakukan kepolisian Tuban adalah menerapkan Restorative Justice dianggap keliru ialah tidak adanya unsur pidana dalam tindakan membuat kaus dengan design yang sama seperti mural “404 Not Found” di Tangerang. Penerapan Restorative Justice ini juga tidak sama dengan mediasi, terdapat berbagai mekanisme yang diatur didalamnya. Jika hal ini terus dilakukan maka akan banyak orang yang akan dipanggil kepolisian dengan dalih Restorative Justice, panggilan oleh penegak hukum merupakan hal yang menakutkan bagi sebagian besar masyarakat karena beranggapan bahwa ia memiliki kesalahan tindak pidana. Ketakutan masyarakat juga akan berdampak pada kebebasan dalam menyampaikan pendapat. Akhirnya kepolisian menghentikan penyeledikan terhadap kasus mural di Tangerang dan Tuban karena tidak adanya unsur pidana dalam kasus tersebut.
Hal ini tentu menjadi pembelajaran bahwa pihak-pihak pemerintah serta aparat negara yang kedudukannya dibawah rumpun eksekutif agar lebih bijaksana dalam merespon kritik masyarakat dalam bentuk apapun. UU ITE sudah menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapatnya di media sosial, jangan sampai kritik masyarakat di medium manapun terus-menerus dicari kesalahan dan unsur pidananya. Publik mungkin memahami bahwa kurangnya pemahaman aparat negara dalam level kepolisian di sektor kecamatan, kota, dan lain sebagainya pada konsepsi kenegaraan. Kebingungan dan salah tanggap yang dilakukan kepolisian dalam level rendah dapat dimaklumi karena mengenai konsepsi kenegaraan ini merupakan hal yang masih seringkali diperdebatkan oleh praktisi hingga pejabat dalam level atas. Namun apabila ketidakpahaman ini justru menjadikan masyarakat sebagai korban ketidakpahaman mereka dalam konsepsi kenegaraan maka hal tersebut adalah salah besar dan harus dibela oleh sesama masyarakat. Seluruh aparat negara harus memahami konsepsi kenegaraan lebih dalam agar hal ini tidak terjadi kembali. Pemerintah jangan cepat tersinggung karena merasa dilecehkan apabila kritik mengarah kepada mereka karena hal tersebut juga terjadi karena rendahnya kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah itu sendiri. Kritik dari masyarakat harus benar-benar diresapi oleh pemerintah agar kegagalan serta kesalahan yang dilakukan pemerintah dalam melaksanakan proses kenegaraan dapat diperbaiki karena bagaimanapun pemerintah bekerja untuk rakyat Indonesia. Ingatlah sebuah adagium dari Aristoteles yang menekankan bahwa suatu kehormataan di setiap orang itu melekat pada orang-orang yang berhak dihormati yang berbunyi “Dignity does not consist in possessing honours, but in deserving them.”
Referensi
Darmawan, R. A. (2021, Juli 26). “Viral Grafiti ‘Tuhan Aku Lapar’ di Tangerang Dihapus, Ini Kata Polisi”. Retrieved from Detiknews: https://news.detik.com/berita/d-5657189/viral-grafiti-tuhan-aku-lapar-di-tangerang-dihapus-ini-kata-polisi/amp
Hamim. (2021, Agustus 20). “Jokowi “404: Not Found”, dari Mural hingga Desain Kaus, Berujung Diburu Polisi. Retrieved from Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2021/08/20/071200378/jokowi-404-not-found-dari-mural-hingga-desain-kaus-berujung-diburu-polisi?page=all#page2
Syamsiar, C. (2009, Juli). Bentuk dan Strategi Perupaan Mural di Ruang Publik. Brikolase, 1, 33.
Tengens, J. (2011, Juli 19). Pendekatan Restorative Justice dalam Sistem Pidana Indonesia. Retrieved from Hukumonline.com: https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e25360a422c2/pendekatan-restorative-justice-dalam-sistem-pidana-indonesia?page=2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V
Anindita
Anindita
Karya : Rosnafisah Setyani
Ketika aksa menatap wajahmu
Begitu indah afsun yang kau tampakkan
Bagaikan nirmala dengan anindita
Ketika lembayung sudah tampak
Rasa kagum tampak dalam kalbu
Menunggu datangnya indurasmi
Yang sama indahnya seperti dirimu
Mengapa kau begitu sempurna
Entah aksa atau rasa yang salah
Tapi aku yakin, kau lah yang indah
Aku begitu dewana
Karena sukma telah tertusuk
Tertusuk akan afsun dari dirimu
Hanya satu yang kutanya
Akankah daksa ini mendapatkan anindita mu?
Jika tidak, bisakah aku mengagumimu?
Walau aku tak bisa memilikimu seutuhnya
Amaraloka
Amaraloka
Karya : Rosnafisah Setyani
Ketika anak dara bertemu dengan dayati
Tumbuhlah dama yang terpekat dewana
Menerbak afsun bagaikan abhati
Hingga sukma tertekan kampana
Membancang rindu dalam dada
Menumpahkannya dalam bait puisi
Meninggalkan kenangan dalam noda
Yang terpaut setiap adorasi
Syair indah tercipta tanpa rencana
Mengisi kalbu dengan rajaswala
Ketika aksa memandang kesempurnaan
Timbul rasa janardana yang tertekan
Amaraloka sangat indah
Terlalu rumit untuk diksi yang kutulis
Hingga tak ada kata menyerah
Dalam atma yang sudah kalis
Tuesday, June 29, 2021
PROBLEMATIK KETIDAKADILAN: Troubleshoot dalam mencari sumber Keadilan
PROBLEMATIK KETIDAKADILAN:
Troubleshoot dalam mencari sumber
Keadilan
Oleh: Farhan Fahrezi
masyarakat dan keluarga. Individu
memiliki objektivitas sendiri terhadap
kemampuan mereka meyakini kebenaran
yang telah mereka raih, sehingga individu
menemukan nilai-nilai yang sebenarnya di
dalam dirinya.
Setelah memahami adanya
keterkaitan antara pengaruh sistem belief
terhadap diri seseorang. Perlu untuk
diketahui juga bahwa tinjauan ini terdapat
hubungannya dengan belief in just world
(BJW) atau dikenal dengan Just World
Hypothesis yang dikemukakan oleh Melvin
Lerner. Sekilas mengenai BJW yang
dikemukakan lerner mengatakan bahwa
terdapat “keyakinan” individu terhadap
dunia yang adil. Seseorang yang baik
akan dihargai, sedangkan yang buruk
mendapatkan hukuman3
. Misalnya, jika
melihat seseorang yang sangat miskin, kita
mungkin berpikir “Ya, ini adalah kegagalan
pribadi”. Pemikiran tersebut tergantung
pada mereka yang tidak bertanggung jawab
atas tindakan mereka sendiri daripada
mengenali kompleks sosial, situasi dan jaminan lingkungan yang mungkin
berperan dalam menempatkan mereka.
Maka cukup untuk menarik perhatian kita
ialah bagaimana respons BJW terhadap
victim blaming.
4
Siapa yang dapat mendistribusikan
keadilan itu? penelitian menunjukkan
bahwa sumber keadilan itu dapat dibagi
menjadi 5 dimensi yang kemudian
dianalisis dalam mencari korelasinya,
yakni:
5
● Alam dan Tuhan
Korelasi antara Alam dan Tuhan
terlihat bagaimana Ketika
seseorang sedang dihadapi oleh
kehidupan yang negatif. Seperti
halnya bahwa seseorang yang
memiliki penyakit kanker sulit
untuk mendapatkan keadilan di
dunia dengan sudah melakukan
banyak hal terkait prosedur medis.
Tampaknya masuk akal ketika
Tuhan dapat bergerak untuk
menyelamatkan orang tersebut.
Seseorang yang memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhan,
biasanya akan memengaruhi
perilaku sosialnya. Mereka akan
berenergi dan bersemangat. Hasil
penelitian ini tampaknya
menjelaskan pendapat Lerner
mengenai persepsi atribusi.
6
● Diri dan Kesempatan
Korelasi diri dan kesempatan
terlihat dari tidak berdaya atau
kelesuan dalam menghadapi
ketidakadilan tampak paling jelas.
Bahkan ketika tindakan pribadi
untuk mengatasi kerusakan
tampaknya dapat dilakukan
Misalnya, secara pribadi
menyebabkan ketidakadilan dan
tindakan untuk mengatasi hal
tersebut.
● Orang lain dan Diri
Korelasi orang lain dan diri sendiri
menunjukkan adanya kekurangan.
Hasilnya, tampak menunjukkan
bahwa orang tidak harus melihat
dunia sebagai lebih hanya untuk diri
mereka sendiri daripada orang lain
untuk merasakan “manfaat” dari penyesuaian psikologis. Walau tak
dapat memprediksi korelasi, tetapi
belief in just world dapat
memprediksi persepsi tanggung
jawab. Misalnya kecelakaan sepeda
versus bencana alam (dipercayai
karena faktor Alam) dan kecelakaan
sepeda versus kriminal. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ini bukan
hanya kemungkinan atribusi lain
yang “diberikan” kepada orang,
tetapi juga persepsi yang mereka
pegang secara individu sebagai
sumber keadilan yang mungkin
berdampak kuat pada pengambilan
keputusan.
Demikian bahwa BJW sulit untuk
memberikan representasi mengenai
keadilan. Akan tetapi hubungannya antara
BJW, gender dan prestasi akademik dapat
ditinjau lebih jauh. Penelitian yang
dilakukan oleh S. C. Karadag memberikan
hasil mengenai adanya hubungan antara
BJW Personal dengan BJW Umum dalam
mendorong prestasi akademik mahasiswa.
7
Sedangkan korelasi antara gender dengan BJW dalam mendorong prestasi akademik
masih perlu diteliti lebih lanjut.
Bagaimana jika individu yang
meyakini BJW terancam dari suatu bentuk
tindakan yang nyata? menjawab hal
tersebut, penulis akan memberikan uraian
dari sebuah tayangan studi mengenai
“When BJW is Threatened.”
8 Membahas
mengenai 2 hal, yakni: (1) Rational
Techniques dan (2) Irrational Techniques.
Irrational Techniques membahas mengenai
hal yang tidak rasional dalam
mempertahankan konsistensi terhadap
BJW dan Rational Techniques membahas
mengenai hal rasional yang dapat dilakukan
terhadap konsensus BJW. Penulis akan
memperjelas mengenai rational
techniques. Dalam mengurai hal ini,
seseorang dapat memilih Accept Reality
atau Prevent or Correct Injustice. Pada
Accept Reality menekankan bahwa segala
ketidakadilan dapat diterima dengan
kenyataan, sedangkan dalam Prevent or
Correct Injustice dapat ditemui 2 hal, yaitu Make a Petition atau Legal System.
Membuat Petisi merupakan tindakan yang
umum dalam mencari suara untuk aksi
dukungannya. Semakin besar vested
interest seseorang, semakin besar pengaruh
sikap terhadap perilakunya.
9 Dalam hal
legal system, perlu adanya aturan-aturan
yang dibuat untuk kebaikan bersama.
Tinjauan ini tak lepas dari policy maker,
antara politik dan hukum.
Bukankah politik sudah mengatur
berbagai hal dengan baik dalam membuat
dan memutuskan kebijakan? Peter Merki
berpendapat bahwa: “Politik dalam bentuk
yang paling baik adalah usaha mencapai
suatu tatanan sosial yang baik dan
berkeadilan.”
10 Walaupun terlihat samar,
kesepakatan bersama mengenai scarcity
untuk mengelola dan membagi sumber
daya dengan optimal menjadi poin penting
dalam keberlangsungan hidup manusia.
Bagaimana dengan hukum dalam
menempatkan keadilan? mari kita mengingat sejenak mengenai dimensi
Tuhan dan Alam. Kita dapat menjumpai
persoalan keadilan yang sebelumnya juga
membahas mengenai “kebenaran” yang
hanya dapat diperoleh oleh setiap individu.
Hans Kelsen berpendapat bahwa:
“Kehendak tuhan dalam
doktrin hukum alam
identik dengan alam
karena alam diciptakan
oleh Tuhan, dan hukum
adalah ekspresi alami
kehendak Tuhan.
Hukum alam tidak
diciptakan oleh
Tindakan manusia tidak
artifisial ataupun
kehendak bebas
manusia. Hukum alam
dapat dan harus
deduksikan dari alam
oleh kerja pikiran.”
11
Kriteria keadilan yang sangat bias
terhadap hukum karena manusia terbagi
menjadi banyak bangsa, kelas, agama,
profesi, dan sebagainya. Perlu digaris
bawahi bahwa hukum alam juga belum
mampu menentukan isi dari tata aturan
yang adil.
Apa yang akan terjadi bila keadilan
dimaknai sebagai kebahagiaan sosial?
menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mengutip kembali pendapat Hans Kelsen
yang mengemukakan bahwa:
“Jika Keadilan dimaknai
sebagai kebahagiaan
sosial, maka
kebahagiaan sosial
tersebut akan tercapai
jika kebutuhan individu
sosial terpenuhi. Namun
tidak dapat dihindarkan
adanya fakta bahwa
keinginan seseorang
atas kebahagiaan dapat
bertentangan dengan
keinginan orang lain.
Maka Keadilan adalah
pemenuhan keinginan
individu dalam suatu
tingkatan yang tertentu.
Keadilan yang paling
besar adalah
pemenuhan keinginan
sebanyak-banyaknya
orang.”
12
Tidak terlihatnya rasio untuk
menentukan keadilan membuat
kecenderungan seseorang selalu memiliki
konflik kepentingan dalam masyarakat
yang menyebabkan permasalahan muncul
dalam mencari penyelesaian. Solusi untuk
dapat diberikan oleh tata aturan yang
memenuhi satu kepentingan dan
mengorbankan kepentingan lain, atau
membuat suatu kompromi antara
kepentingan yang bertentangan.
Kesimpulan
Setelah kita melihat begitu banyak
pandangan dari berbagai tinjauan yang
memberikan informasi mengenai keadilan,
membuat posisi menjadi sulit untuk
menaruh perhatian lebih dalam mengetahui
sisi yang rasional untuk menentukan
keadilan. Makna keadilan yang begitu luas
sangat memengaruhi dari berbagai
karakteristik manusia yang sangat beragam.
Dengan adanya uraian yang telah
dijelaskan dari berbagai pandangan, kita
mengetahui bahwa keadilan sangat
berkaitan dengan subjektivitas individu.
Tampaknya, seseorang mengikuti norma
sosial di hadapan publik tetapi tidak benar-
benar mengubah pandangan pribadi.
14
Masyarakat yang beragam dengan
ciri khas tersendiri menjalin rasa persatuan
dalam kehidupan bernegara. Masyarakat
dalam bernegara perlu mengetahui hak dan
kewajiban yang melekat didalam dirinya.
Quraish Shihab mengemukakan bahwa:
“Masyarakat yang adil
adalah masyarakat yang
tampil membantu
anggotanya untuk
mencapai kemajuan
dengan memberi jalan
masing-masing dari
mereka hak-haknya
serta melahirkan
peraturan-peraturan
dan perundang-
undangan yang
mempermudah setiap
anggotanya memelihara
haknya dan
menikmatinya, seperti
hak hidup, kebebasan
yang bertanggung
jawab, kepemilikan,
pemeliharaan nama
baik, serta tersedianya
pengadilan yang bebas
bagi yang bersengketa,
juga Lembaga dan
sarana yang dibutuhkan
oleh para pendidik dan
peserta didik, pebisnis,
alat-alat transportasi,
dan kebutuhan lain
anggota masyarakat.”
15
Kemudian untuk menumbuhkan
rasa keadilan di Indonesia, maka perlu
mengekspresikan hal tersebut melalui
Pancasila. Yudi Latif berpendapat bahwa:
“Prinsip keadilan adalah
inti dari moral
ketuhanan, landasan
pokok peri
kemanusiaan, simpul
persatuan, matra
kedaulatan rakyat. Di
satu sisi, perwujudan
keadilan sosial itu harus
mencerminkan
imperatif etis keempat
sila lainnya.
Menanggapi kekurangan perspektif
yang ada, misalnya ketika menyadari
terdapat pengaruh korelasi Tuhan dengan
diri seseorang. Anda dapat meninjau jurnal
“Belief in Afterlife” yang mengulas lebih
jauh mengenai sistem belief dengan
keterkaitan ketuhanan terhadap pengaruh
kecemasan kematian dalam diri individu.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Asshiddiqie, Jimly dan Muchamad Ali Safa’at.
Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.
Jakarta: Konstitusi Press. 2018.
Baron, Robert A. dan Donn Byren. Psikologi
Sosial. Edisi 10. Terjemahan oleh Ratna
Juwita, Melania Meitty Parman, Dyah
Yasmina, dan Lita P. Lunanta. Jakarta:
Erlangga. 2005.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik.
Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2008.
Ginsburg, Joannah, Catherine Collin, Marcus
Week, Merrin Lazyan, dan Voula
Grand. The Psychology Book: Big Ideas
Simply Explained. New York: DK
Publisher. 2012.
Latif, Yudi. Negara Paripurna. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2019.
Lerner, M. J. The Belief in Just World: A
Fundamental Delusion. New York:
Springer Science+Business Media.
1980.
Sarwono, S. W. dan Eko A. Meinarno. Psikologi
Sosial. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Humanika. 2019.
Shihab, M. Quraish. Yang Hilang dari kita:
Akhlak. Jakarta: Lentera Hati. 2016.
JURNAL
Karadag, Cirak. Beliefs in a Just World, Gender
and Academic Achievement. Eurasian
Journal of Educational Research,
November 2020.
Stroebe, Kathrine, Tom Postmes, Susanne
Täuber, Alwin Stegeman, dan Melissa-
Sue John. Belief in a Just What?
Demystifying Just World Beliefs by
Distinguishing Sources of Justice. Plos
One, Volume 10. Nomor 3. 24 Maret
2015.
Zariayufa, Kayisa, Retno Hanggarani Ninin dan
Tiara Ratih Widiastuti. HUBUNGAN
BELIEF IN AFTERLIFE DENGAN
KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN
(Studi pada Individu Muslim Usia 18-21
Tahun). Psikoislamedia, Volume 4.
Nomor 1. 2019.
INTERNET
Association of American Medical Colleges dan
Khan Academy. “Social perception -
The Just World Hypothesis |
Individuals and Society | MCAT | Khan
Academy”. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=
B-J9IHGivfQ pada 21 Mei 2021.
Open Videos Universitas Indonesia. “Bincang
Seru Mahfud: Inspirasi, Kreasi,
Pancasila”. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=
Yh8yB8hnlRw&t=1s pada 20 Mei 2021.
Ruang Mimpi
Ruang Mimpi
oleh: Rizkyta Damayanti
When The Weather Is Fine
When The Weather Is Fine
oleh: Kayla Azzaura
Simo Hayha Sang Sniper Legendaris
Simo Hayha Sang Sniper Legendaris
oleh: Fikri Pratama Putra
Riuh
Riuh
oleh: Reni Ambarwati
Turbulensi dalam renjna
Menumbuhkan suka dan duka dalam yang Semenjana
Alunan Lokananta
Menyambut riuhnya senandika yang niscaya
Melembutkan romansa jiwa
Gemuruh dengan lirih rasa candala
Lebatnya jenggala
Membuat wanodya itu menetap pada ketaksaan dalam hidupnya
Dan ya, tidak ada yang lengkara bukan?
Semoga karsa ini tetap Amerta dalam Bengala sanubari sang Maharaja pada asmaraloka yang dinantinya
Perihal Rindu
Perihal Rindu
oleh: Ikhlas Munajati
Rindu datang walau diri tak mengundang,
Pada gedung yang menjulang hampir menyentuh langit,
Pun pada manusia-manusia berkerah yang penuh akan hormat,
Rindu ini barangkali merobek-robek sanubari,
Pada pohon- pohon besar yang mengajarkan arti kehidupan,
Pun pada manusia- manusia gila yang senang memberi senyuman ,
Rindu ini barangkali sulit dihilangkan,
Pada bunyi bising di setiap bilik yang ada,
Pun pada manusia-manusia yang menadahkan tangan ketika derai langit tiba,
Ini perihal rindu,
Pada tiap-tiap yang telah lenyap diterkam buasnya waktu.
Thursday, May 27, 2021
Tak Terucap
Tak Terucap
Oleh: Anonim
Nenek
Nenek
Oleh: Rosnafisah Setyani
Mencari Kebahagiaan
Mencari Kebahagiaan
Oleh: Neni Wulandari
Hari Ini
Hari Ini
Oleh: Eva Agustini
Isyarat
Isyarat
Oleh: Eliza
Lekas Pulih Ya Semestaku
Lekas Pulih Ya Semestaku
Oleh: Asha Anisa Mantiri
Seutas Cinta
Seutas Cinta
Oleh: Abdul Rohman TariganTuesday, April 27, 2021
Sampai Titik Ini
Sampai Titik Ini
By: anonim
Untuk sampai dititik ini kupikir mudah
Nyatanya sulitnya minta ampun
Perkaranya bukan satu dua
Bahkan hingga berjuta-juta
Rasanya menyerah sudah di depan mata
Tapi tak pernah direstui semesta
Diri inipun juga tak mau kalah katanya
Jadi, wahai raga yang mudah lelah
Wahai hati yang mudah patah
Bantu aku belajar menerima kecewa
Bantu aku untuk tetap utuh
Sampai nanti diakhir perjalanannya
Titik ini bukanlah penyesalan
Amigdala
Amigdala
By: Reni Ambarwati
Amara usang selayang pandang
Hangat
Ranum
Harum
Senantiasa riuh
Riak air berputar penuh
Gagah, menembus poros tidak berujung
Kian hari kian lapuk
Tergerus hujan asam
Dalam rimbunnya neuron,
Wanodya itu berlari menuju nirwana, sambil berjalan
Tergopoh-gopoh menunggu kematian
Black Swam
BLACK SWAN
by; Rosnafisah Setyani
Black swan adalah film drama misteri thriller Amerika Serikat tahun 2010 berdurasi 108 menit yang disutradarai oleh Darren Aronofsky dan diproduseri oleh Mike Medavoy, Arnold W. Messer, Brian Oliver dan Scott Franklin.
Alur Cerita
Diawal film memperlihatkan penampilan seorang perempuan berusia 28 tahun bernama Nina yang menari sendirian dibawah sorotan lampu. Lalu seorang penari pria masuk dan menari bersamanya, namun pria itu mendadak berubah menjadi monster yang didalam kisah Swan Lake merupakan penyihir jahat bernama Van Rob. Nina terbangun, penampilannya dalam pementasan Swan Lake itu hanya mimpi. Tetapi ia merasa bahagia karena memimpikan menjadi white swan dalam mimpinya. Nina menceritakan mimpinya itu kepada ibunya sebelum ia berangkat ke rumah produksi pertunjukan balet dimana Nina mengabdi diri.
Setelah menggunakan kereta, akhirnya Nina sampai di rumah produksi. Teman-temannya yang sedang berdandan membicarakan penari yang bernama Bad. Bad seharusnya sudah pensiun. Namun pembicaraan pun berhenti ketika ada seorang wanita masuk ke ruang make up dengan tergesa-gesa, wanita itu adalah penari baru. Ketika semua penari sedang menari datang Thomas, Thomas adalah pemimpin di rumah produksi itu. Ketika Nina sedang menunggu giliran untuk seleksi, Nina melihat Bad sedang marah dan memberantakkan semua barang yang ada di ruangannya. Ketika Bad sudah pergi Nina mencoba masuk ke ruangannya dan mengambil lipstik Bad.
Ketika Nina sedang seleksi, Thomas berkata tarian Nina sangat indah namun tidak bisa seindah memerankan black swan. Fokusnya terganggu ketika penari baru itu datang. Thomas memperkenalkannya kepada Nina. Pemain baru itu bernama Lily yang baru datang dari San Francisco, Nina tidak suka padanya. Ketika sampai rumah Nina langsung memeluk ibunya, dan menceritakan apa yang terjadi di rumah produksi tadi. Setelah itu Nina melanjutkan latihan lagi sampai kuku kaki Nina terluka. Ibunya mengobatinya lalu menasehatinya dan memberikannnya semangat.
Ketika keesokan harinya Nina menemui Thomas untuk bisa membujuknya agar ia dapat menjadikannya penari black swan namun Thomas tetap tidak menyetujuinya. Sampai akhirnya Nina melihat ke papan pengumuman bahwa ia dipilih menjadi swan queen. Nina banyak mendapatkan ucapan dari teman-temannya. Nina sangat senang dan ia terus berlatih lalu Lily sempat menemui Nina saat ia selesai berlatih. Nina diajak Lily untuk minum-minum, tanpa sadar Nina menceritakan keluh kesahnya kepada Lily tentang keadaannya yang letih berlatih. Lily dengan jahatnya memberitahu Thomas tentang hal ini. Thomas marah kepada Nina, Thomas mengancam kalau Nina tidak bisa menari lagi sebagai swan queen. Ancaman Thomas bukanlah sembarang ancaman, ia menggantikan peran Nina dengan Lily. Nina marah sampai ia berani untuk membentak ibunya.
Ketika hari pementasan tiba, Nina dengan sengaja datang ke kamar gantinya Lily lalu menusuk Lily dengan potongan kaca sampai Lily tidak sadarkan diri. Nina menyeret Lily ke kamar mandi. Lalu Nina keatas panggung tampil dengan sangat elegan sebagai swan queen. Setelah istirahat Nina melihat kalau darah Lily sudah keluar dari kamar mandi, Nina tutup darah tersebut Nina tutup dengan handuk dan ia langsung bersiap-siap untuk penampilannya yang kedua sebagai Black Swan. Penonton sangat bergembira penampilan Nina sangat sempurna. Nina sungguh telah tampil sebagai Black Swan. Diakhir pementasannya ia terjatuh penonton bertepuk tangan dengan penampilan Nina. Pemain dan para penonton tidak mengetahui jika di perut Nina terdapat banyak sekali darah. Ternyata semua hanyalah ilusi Nina, Nina tidak menusuk Lily tetapi ia menusuk dirinya sendiri. Nina sangat terobsesi dengan peran Black Swan sehingga ia mempunyai ilusi yang sangat kuat sehingga ia tidak bisa membedakan mana yang ilusi mana yang nyata. Diakhir penampilannya Nina terlelap indah dengan darah yang mengalir di perutnya.
Tak Bisa Bersama
Tak Bisa Bersama
Karya: Rosnafisah Setyani
Kau datang sebagai pesan pembalasan
Aku datang sebagai dosa yang kau perbuat
Kita bersama sebagai kesalahan
Seperti luka bersayat-sayat
Kita semua begitu egois
Kita semua begitu pesimis
Kita semua begitu ingin dimengerti
Kita semua begitu ingin dikasihi
Semesta sudah memberikan kesempatan
Kesempatan yang memberi kemungkinan
Kemungkinan untuk saling percaya
Percaya untuk bersama selamanya
Namun, luka dihati begitu nyata
Sehingga tak sanggup memandang mata
Kesempatan t’lah kita sia-siakan
Kenangan t’lah kita lupakan
Ku tahu kau tak mungkin kembali
Semua luka begitu coba kita tutupi
Akankah kita menyalahkan keadaan
Jika nyatanya tak sejalan
Sudah jelas
Kita sudah tak pantas
Kita tak bisa bersama
Untuk selamanya
Menunggu
Menunggu
Karya: Rosnafisah Setyani
Aku menunggu dirimu dalam tenang
Terus menunggu tanpa seseorang
Dengan sabar aku menunggu
Tanpa kabar satu pun darimu
Dari fajar sampai petang
Menunggu kepastian darimu
Dunia bukan milikmu seorang
Bisakah kau mengerti akan hal itu?
Aku ingin kau mengerti
Aku disini menunggumu dengan sabar
Kau berjanji akan terus berkabar
Tapi, dengan mudah kau ingkari janji
Harapan besar dirimu datang
Tapi itu hanyalah hayalan belakang
Terus menunggu tanpa kepastian
Buatku pupus akan harapan
Sudah lelah aku menunggu
Tak sanggup lagi untuk menunggu
Menunggu, menunggu terus menunggu
Sampaiku lupa akan diriku
Ibu
IBU
Karya; Johana Simarmata
Bu,
Dukaku tak kunjung terobati
Rinduku tak akan bisa menemukan dirimu
Dan jeritku tak akan bisa membangunkanmu
Setiap hari aku mencoba terlepas dri mimpi buruk ini. Aku mencoba mencari tahu mengapa air mataku slalu trjatuh tanpa sebab.
Aku merasa sesuatu menghilang dari kehidupanku.
Aku disiksa oleh rasa penyesalan.
Ibu..
Tolong lihat diriku.
Aku adalah seorang pecundang.
Anakmu ini adalah seorang pecundang.
Hina, sesal, maafku.
Aku hanya ingin pulang
Sampai aku menemukanmu
Mencium kakimu
Hari Kematian
Hari Kematian
Oleh; Ikhlas Munajati
Ucapan Idul Adha ramai di media,
Suara takbir menggema di penjuru dunia,
adalah bahagia untuk seluruh manusia,
Sedang aku, menunggu cemas atas kesembuhan Ayah
Kulihat raut wajah ibu tak karuan,
Doa- doa selalu dilangitkan,
Dibalik pintu ruang berkaca,
Samar-samar dapat disaksikan,
Tak lama setelahnya,
Masuk ruangan diperbolehkan,
Manusia-manusia berjubah putih,
Ayah dengan selang di sekujur tubuh,
dan manusia lain yang tak sabar menunggu kematian,
Detak jantung seolah lepas dari tempatnya,
Hilang gelombang di mesin tak berotak,
Bendungan roboh dasar tak berotak,
Suara azan mulai diserukan,
Beribu doa kembali dilangitkan,
Terima kasih telah menyembuhkan.
Sehebat Singa
Sehebat Singa
Karya; Gusti Firmansyah
Pagi buta kau bangun
Raga dan jiwa penuh api
Menghela nafas siapkan badan
Tuk jalani sandiwara hidup ini
Zaman kelam tlah pergi
Terbawa angin sepi
Karir dan dapur ini
Menjadi pilihan diri
Ketika korbankan diri
Demi tunas bangsa
Semesta pun meniti
Bayangkan kehidupan abadi sempurna
Terlatih di ujung tanduk
Membuat mu tak terkalahkan
Oleh siapapun
Yang memasang rintangan
Survived
Survived
Oleh: Arc
Tightened your seatbelt
I could see how scared you were
Too fast I drove this car
Wishing we could forever survive
Drove you there
The secret bridges above us
There, a river with heavy swifting water
Looking right through your watery eyes
Standing tall, full of grace
Pull me into your arms
Breathe the air out
You're full of warmth
It took us two months
To pack up the baggage
I warned you so many times
To listen, is it too much to ask?
Now you’re crookback, full of regrets
I see the smoke you breathe out
Cigarette between your fingers
Still wishing we could forever survive
Demokrasi Manipulasi
Demokrasi di Manipulasi
Karya: Alif Fadli
Demokrasi Kampus
Demokrasi Kampus
Oleh : Andika Ramadhan
“Pendek kata, rakyat itu daulat alias raja atas dirinya. Tidak lagi orang-seorang atau sekumpulan orang pandai atau golongan kecil saja yang menentukan nasib rakyat dan bangsa, melainkan rakyat sendiri. Inilah arti kedaulatan rakyat! Inilah suatu dasar demokrasi atau kerakyatan yang seluas-luasnya” (Hatta, 1966).
Tulisan M. Hatta yang menggambarkan dimana demokrasi diartikan rakyat sendiri yang menentukan nasibnya dan bangsanya masih begitu luas memang jika harus digunakan untuk menggambarkan demokrasi dalam kampus, tapi jika dikatakan “pemerintahan mahasiswa di kampus adalah miniature dari pemerintahan yang sebenarnya” maka konsep yang luas itu dapat ditarik menjadi yang lebih sederhana.
Pertanyaan yang besar apakah para empunya wewenang dalam pemerintahan mahasiswa di kampus sudah mengusahakan hidupnya demokrasi seperti yang disebut pada sumpah jabatannya, apakah kita sebagai masyarakat kampus sudah menggunakan hak-hak kita untuk menentukan sendiri nasib kita dan nasib kampus kita? Jawabannya sudah tapi tidak maksimal.
Saya melihat para empunya wewenang dalam pemerintahan mahasiswa di kampus sudah berusaha untuk menghidupkan alam demokrasi tapi masih belum dapat menekan hasrat atau ego pribadi maupun golongan bahkan ideology. Memang sulit jika dikatan menjadikan satu suara dari banyak kepala tetapi dengan begitulah demokrasi hidup dan tumbuh.
Musyawarah harus dilakukan dengan mendengarkan dan mempertimbangkan semuanya tanpa terkecuali dan tanpa diskriminasi. Musyawarah harus digalakkan kembali sebagai bagian dari budaya kita termasuk didunia kampus untuk mencapai suatu mufakat atau consensus antara mahasiswa dan pemerintahan mahasiswa di kampusnya.
Tentunya Musyawarah untuk mencapai mufakat pada pemerintahan mahasiswa harus memerlukan peran aktif dari semua pihak terlebih pihak dari mahasiswa yang menjadi penentu nasibnya. Sikap legowo dan menerima dengan lapang dari pihak pemerintahan mahasiswa juga harus ditekankan dan kesadaran bahwa anda hanya menjalankan mandate dari mahasiswa yang memilih anda.
Kolaborasi yang efektif dari semua pihak menciptakan sinergi diantara semua pihak sehingga kita semua dapat bersama-sama membangun pemerintahan mahasiswa kampus serta kampus kita kearah arah yang lebih baik.