Jalan Panjang Kaum Kusam
Karya: Bintang Pradana Putra
Warkop ini, tidak serta merta tercipta, namun muncul dari inisiatif mereka yang memiliki keresahan atas situasi ekonomi yang menimpanya. Bayangkan saja KeHidupan mereka tidak jauh dari kemelaratan. Keadaan keuangan yang terbatas, membuat mereka terpaksa hidup di ambang kehancuran. Dalam pengibaratan, air sudah sampai leher, sehingga bila ada gelombang, mereka pasti tenggelam. Wajar saja, mereka hanya mengandalkan penghasilan ibunya yang hanya seorang penjahit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitulah, Rahman dan Rahim, anak muda yang kerjanya serabutan, memiliki cita cita menjadi tua dan kaya raya. Saat ditanya kaya raya dengan cara apa? Mereka menjawab ingin membuka cafe dengan nama Double R (Rahman dan Rahim). Yang nantinya akan menyajikan minuman paling enak didunia, lebih enak daripada kopi kenangan, starbuck, dan juga janji jiwa. Mereka sadar bahwa itu merupakan hal yang sulit untuk dijadikan kenyataan, mengingat mereka saja hidup dengan ekonomi yang mengenaskan.
Putar otak kanan kiri atas bawah, mereka lakukan supaya mereka bisa bertahan hidup melawan pahitnya kehidupan. Meminjam uang kesana kemari, untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, seringkali terjadi. Tetangga demi tetangga mereka sambangi, ada yang menolak dan ada yang memberi. Tak hanya tetangga, sahabat dan temanpun kadang meraka bujuk supaya mau meminjamkan uang dengan embel embel besok pasti diganti. Hal itu membuat orang-orang dilingkungan sekitar menjadi risih melihat tingkah laku mereka yang kian hari dirasa kian menggagu.
Suatu ketika dihari baik bulan baik, mereka dimintai bantuan oleh seorang satpam komplek, yang menyuruh mereka untuk membersihkan sebuah rumah mewah yang sudah lama terbengkalai ditinggal penghuninya. Tanpa berpikir panjang, dengan perasaan senang bukan kepalang, mereka menjabat tangan satpam dan memasang senyum paling lebar yang mereka punya. "Siap komandan,” pungkas mereka berdua.
Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari telah berlalu. Bekerja sama ibarat gigi atas dan gigi bawah dalam mengunyah makanan. Ruangan demi ruangan, dapat mereka selesaikan dengan seksama, dengan mudah, dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya. Bayangkan saja mereka hanya butuh waktu 2 hari untuk mengerjakan rumah yang memiliki ukuran 10 x 20 meter. Hal Itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan apalagi hanya 2 orang yang mengerjakan.
Kenyataanya pekerjaan yang mereka anggap sudah usai, ternyata oh ternyata, masih menyisahkan 1 ruangan. Ruangan tersebut adalah sebuah basement yang berada di bawah tanah. Yang tidak sengaja ditemukan jika Rahman tidak memencet sebuah saklar yang menepel di tembok. Keduanya tanpa berpikir panjang dan bertele tele, mengeksekusi ruangan tersebut dengan sisa tenaga yang mereka punya. Di sela-sela mereka membersihkan ruangan. Dari kejauhan Rahim melihat sebuah kardus berbentuk balok yang berukuran cukup besar. Keduanya dibarengi dengan rasa penasaran akhirnya membuka dan melihat isi kardus tersebut. Setelah dibuka ternyata isinya hanya frameset (batangan) sepeda yang bermerek Cinelli dengan kondisi 97% bagus.
Setelah kurang lebih 2 jam berlalu, akhirnya mereka selesai dengan pekerjaanya. Dengan perasaan yang senang, ceria, riang, dan bergembira keduanya menuju ke lokasi satpam berada, untuk meminta bayaran atas pekerjaanya. Tak hanya itu keduanya juga melaporkan hasil temuannya yaitu frameset/batangan sepeda. Satpam tersebut tidak peduli apa yang mereka temukan, ia malah menyuruh keduanya membuang barang tersebut karena dianggap sebagai sampah. "Daripada dibuang mending buat saya, gimana pak?" ucap Rahim. Satpam tersebut dengan senyum diwajahnya seraya menghela nafas, mengatakan "Ya sudah."
Keesokan paginya dengan uang yang mereka punya, mereka membawa ibunya untuk makan di restoran cepat saji yang bernama KFC. Usai makan, dengan wajah terheran-heran ibunya bertanya "uang dari mana?" Keduanya pun lantas bercerita apa yang mereka kerjakan 2 hari lalu. Cerita tersebut membuat sang ibu terharu menangis tersedu-sedu. "Maafin ibu ya nak, sejak bapak kalian ninggalin rumah dan ngga ingat lagi sama kalian hidup kita jadi terlunta-lunta. Ibu merasa jadi seorang yang gagal karena belum bisa membahagiakan kalian" Setelah mendengar perkataan sang ibu, kedua anaknya dengan mata yang berkaca-kaca dan senyum diwajahnya berusaha meyakinkan ibunya, kalau mereka baik-baik saja.
Sore hari menjelang, rokok dan kopi mereka siapkan. Bercerita ngalor ngidul tentang masa depan, tak hanya itu obrolan mereka diiringi dengan anak kecil shalawatan, di masjid dekat pertigaan. Frameset sepeda menjadi obrolan terakhir yang mereka bicarakan. Dengan kesimpulan bahwa barang tersebut besoknya akan diloakan.
Matahari terbit fajar tiba. Pasar loak menjadi tujuan utama mereka untuk menjual frameset sepeda. Berjalan dengan keringat bercucuran, tidak mematahkan semangat mereka demi mendapatkan cuan. Di tengah-tengan perjalanan mereka melihat grombolan pesepeda yang berjalan beriringan, ibarat sekelompok domba yang sedang digembala. Salah satu dari pesepeda tersebet melipir menuju kearah mereka. "Itu frameset dijual ngga? Tanya seorang pesepeda kepada mereka. "Iya ini mau kita jual di pasar loak" pungkas Rahman dengan wajah tersenyum. Mendengar jawaban Rahman orang tersebut tertwa terbahak-bahak, ia heran dengan tingkah laku keduanya. Pesepeda tersebut seraya tertawa menjelaskan, bahwa apa yang mereka bawa adalah barang dengan harga 16jt. Frameset yang bermerk Cinelli tersebut merupakan produk pabrikan asal Italia yang sudah lama tidak diproduksi, dan merupakan suatu barang yang langka (limited edition). Tidak hanya itu diakhir penjelasannya pesepeda tersebut bertanya "Mau ngga saya bayarin 16jt?"
Mereka yang mendengar penjelasan tersebut, terkaget, terheran-heran. Mereka benar benar tidak menyangka kalau apa yang mereka bawa adalah harta karun yang sangat langka. Tanpa berpikir panjang, dengan tatapan tajam dan penuh percaya diri keduanya menjawab "Iya mauuu." Pesepeda tersebut sembari tertawa menunjukan alamat rumahnya. Terimakasih mereka ucapkan kepada pesepeda, karena sudah mau menjadi orang yang baik hati, jujur, dan mau membatu sesama. Doa mereka untuk pesepeda "Semoga Tuhan membalasmu dengan ganjaran yang baik, Semoga Tuhan memberkahimu pada keluarga dan juga hartamu, dan Semoga apa yang disemogakan dapat tersemogakan amin".
Singkat cerita mereka sudah mendapatkan uangnya. Bertukar pikiran mereka lakukan agar uangnya bisa dimanfaatkan. Usaha cafe yang sedari lama mereka impikan, dengan uang tersebut masih belum bisa didaptkan. Pada akhirnya mereka tiba pada suatu kesimpulan, bahwa mereka ingin membuka warung kopi (warkop) kecil kecilan. Sewa tempat, menu yang akan disediakan, peralatan yang akan digunakan, spanduk yang akan dipajang, kursi dan meja panjang yang akan dikenakan semuanya sudah mereka kalkulasikan dengan matang. Selang 1 hari warung kopi tersebut lahir ke bumi. Warung dengan nama Warkop RR (Rahman dan Rahim) siap sedia melayani.
Di hari pertama dan hari hari berikutnya mereka dagang, keuntungan fantastis bisa mereka dapatkan. Puluhan hingga ratusan ribu kini tidak begitu sulit didaptkan. Sedikit demi sedikit mereka bisa membeli apa yang mereka impikan. Saat ini mereka merasa berada di puncak kejayaan, padahal perjalanan membangun cafe masih sangat panjang. Dalam pengibaratan Al-Quran mereka butuh 25 Juz lagi untuk bisa khatam.
Setelah kurang lebih 2 bulan berjualan. Tuhan pencipta semesta memeberikan mereka ujian. Ibunya harus dirawat dirumah sakit karena terkena kanker yang sangat parah. Sedih terasa bagi keduanya, melihat malaikat penjaganya terbaring lemas tak berdaya. "Ibu ngga boleh sakit, nanti kalo ibu sakit dunia pasti berhenti," kata Rahman saat menjenguk ibunya. Dengan suara halus yang keluar dari mulutnya ibunya berkata "Tenang nak sakit begini doang, seminggu juga sembuh.” Mendengar itu kedua anaknya dengan mata berkaca-kaca memeluk erat ibunya, dan mengatakan, "Ibu pasti bisa, ibu kan super hero, bagi kita ibu adalah manusia paling kuat didunia."
Uang yang mereka tabung dari hasil berjualan. Semuanya mereka gunakan untuk membayar biaya operasi dan perawatan. Namun, sangat amat disayangkan uang tersebut terbilang masih kurang. Untuk kedepannya mereka berdua mencoba menyusun strategi hingga mendapatkan sebuah konklusi, bahwa mereka akan berpisah. Rahim menjaga warkop dan Rahman mencari kerja demi menambah biaya. Namun kenyataanya sulit bagi Rahman untuk mendaptkan pekerjaan. Dengan bermodalakan ijazah sekolah dasar, melanglang buana keliling kota ia lakukan. Tak sengaja diperjalan pulang, Rahman bertemu dengan Baskara seorang kawan SD yang dulu sangat akrab dengan dirinya. Disitu mereka bertegur sapa, bercerita tentang masa lalunya, dan lain sebagainya. Melihat Rahman lontang-lantung kebingungan Baskara bertanya, "Mau apa?" Rahman menjelaskan ,"Pingin punya pekerjaan, dengan penghasilan yang lumayan, supaya bisa bantu ibu yang sedang berjuang, melawan kanker yang menyerang."
Mendengar hal itu Baskara merasa iba, dan berusaha membantunya. Ia teringat tawaran temanya untuk menjadi kurir pengantar barang, tetapi ia menolak dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan. "Man mau ngga lu jadi kurir?" tanya Baskara kepada Rahman "Mau sih sebenernya, tapi kan gua gapunya kendaraan," jawab Rahman. Karena merasa kasian, dengan senang hati, Baskara meminjamkan motornya untuk dijadikan alat pengantar barang. "Alhamdulilah terimakasih Tuhan aku dikelilingi orang-orang baik," pungkas Rahman dengan ekspresi sedih.
Dua hari setelah Baskara mengenalkan Rahman kepada temannya. Rahman ditelpon oleh Agus, teman Baskara yang membuka lowongan kerja. Agus menyuruh Rahman untuk datang ke lokasi yang sudah diberikan pukul 12 siang. Dengan semangat yang membara ia pun berangkat kesana. Setengah jam kemudian, ia pun tiba dengan senyum sumringah diwajahnya. Dari kejauhan agus memanggilnya, dan menjelaskan barang apa saja yang akan dia bawa. "Man ini isinya perlengkapan sepak bola, nanti kamu bawa sesuai alamat yang tertera di paketnya yaa!" Rahman pun berkata, "Siap bang laksanakan."
Tak lama setelah itu, Rahman pun berangkat diselimuti rasa curiga "Ko tempatnya ngga kaya kantor pada umunya? ko sepi ngga ada kurir yang lainya? ahhh.. mungkin emang kantor baru, dan masih sedikit juga karyawannya" ujar Rahman sembari mengendarai motor. Singkat cerita ia tinggal mengantarkan 1 paket terakhirnya. Sayangnya si pembeli justru tidak ada dirumah. Mau tidak mau, ia balik ke kantor untuk mengembalikan paket tersebut agar besoknya ia antar kembali.
Setengah jam sudah, akhirnys ia sampai di kantor. Agus pun menyambutnya dengan teh manis buatnnya. Rahman bercerita ada 1 paket yang belum diterima, karena si pembeli tidak ada di rumah. "Yasudah paketnya kamu bawa pulang aja ya, besok jangan lupa kamu anter lagi!" Ucap Agus kepada Rahman. Tak hanya itu hal mengejutkan pun terjadi. Agus memberikan Rahman uang Rp 2jt untuk melunasi biaya rumah sakit ibunya. "Terimakasih banyak bang, semoga Tuhan memberkatimu, panjang umur orang-orang baik," ujar Rahman sembari menangis terharu.
Tidak lama setelah Rahman berbicara. Suara tembakan didengar oleh keduanya. Dengan mimik wajah ketakutan, Agus berlari meninggalkan Rahman. Penuh kebingungan Rahman rasakan. "Jangan bergerak, angkat tangan, anda kami tangkap dengan tuduhan penjualan obat-obat terlarang" ucap salah satu polisi yang melakukan penggerebekan. Tanpa ada sepatah kata keluar dari mulutnya, Rahman pun diringkus dan dimasukan kedalam mobil. Ia dibawa ke polsek terdekat untuk dimintai pertanggung jawaban.
Sesampainya disana introgasi pun dilakukan. Ia di cecar beberapa pertanyaan tentang obat terlarang. Ia dengan rasa panik, cemas, ketakutan berusaha menjelaskan bahwa dirinya tidak menjual obat terlarang, ia menyakinkan pak polisi bahwa dia hanya kurir pengantar barang, yang bekerja melalui ajakan kawan. Akan tetapi pak polisi tidak percaya, mereka tetap bersikukuh dengan pendirianya. Karena saat dilakukan penggrebekan Rahman memegang paket (paket terakhir) yang berisi sabu ditangan kiri, dan uang 2jt ditangan kanan. Hal itu tentulah bisa dijadikan sebuah bukti penangkapan. Singkat cerita introgasi pun selesai, ia digiring untuk masuk kedalam sel tahanan. Sebelum itu ia disuruh memberikan nomor telpon keluarga yang bisa dihubungi. Pada akhirnya nomor Rahim ia berikan.
Tak lama berselang, Rahim pun datang setelah menerima panggilan. Dirinya diselimuti rasa cemas dan kekhawatiran menemui kakanya dan memintanya untuk menjelaskan. Akhirnya Rahman pun menjelaskan dengan panjang lebar. Diakhir penjelasanya ia berkata "Him disini gua bukan pelaku, melainkan seorang korban yang dimanfaatin sama Agus buat jadi kurir narkoba, gua bener bener ngga tau apa apa him, lu percaya kan sama gua?" Sembari menangis Rahim pun menjawab, "Iya Man gua percaya ko, lu tuh orang baik gamungkin lu melakukan hal sebodoh ini." Setelah percakapan itu akhirnya keduanya berpelukan.
5 menit kemudian panggilan telepon dari ponsel Rahim terdengar. Setelah diangkat, ternyata itu adalah seorang dokter yang merawat ibunya. Rahim pun mengaktifkan speaker supaya Rahman bisa mendengarnya. Setelah itu dokter tersebut berkata, "Mohon maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehandak lain. Ibu anda yang bernama Fatimah telah dinyatakan meninggal dunia karena kanker yang semakin ganas." Mendengar hal tersebut tangis kejer membersamai keduanya. Tanpa berlama-lama Rahim pun bergegas menemui ibunya. Di dalam penjara, Rahman mengeluhkan apa yang terjadi padi dirinya. Ia merasa tak berguna, tak bisa menjaga belahan jiwa, yang 18 tahun membesarkannya. Bahkan dia merasa bahwa dirinya adalah orang paling kalah di dunia.
Tiga puluh menit kemudian, Rahim pun sampai dirumah sakit. Sesampainya disana ia hanya bisa menangis dan memeluk ibunya yang terbaring tak bernyawa. "Mas ini ada surat dari ibu, beliau menitipkannya ke saya untuk diberikan kepada anaknya!" ucap suster sembari memberikan surat. Rahim pun membaca surat tersebut yang isinya adalah : "Kalau lihat kalian tuh kaya lihat upin ipin kadang kompak, kadang berantem, kadang musuhan, kadang temenan. Tapi ibu tetep sayang ko sama kalian. Nih pesan buat upin, eh upin heheh buat Rahman maksudnya, tolong dijaga baik-baik yah adik imutnya. Dan buat Rahim tolong nurut ya sama kakak yang selalu sok keren didepan adiknya hehehe. Apapun yang terjadi tetaplah berbuat baik yah. Semangat buat kalian semua !" Seusai Rahim membacanya air mata mengucur di pipinya, namun seutas senyuman terukir di bibirnya. Ia mengingat momen momen kebersamaan, yang tak akan pernah bisa dilupakan.
Pada akhirnya mereka semua berada di tempat yang berbeda, Rahman dengan penjaranya, Rahim dengan warkopnya, dan Ibu dengan surganya.