Review Novel : Di Tanah Lada oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Karya : Najwa Malika Putri
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Ava, seorang anak enam tahun yang senang membaca kamus pemberian kakeknya, tinggal bersama orang tuanya yang kurang harmonis. Papa Ava digambarkan sebagai sosok kejam, pemarah, dan suka melakukan kekerasan hingga menciptakan suasana rumah yang tidak nyaman. Papa Ava sering kali menghabiskan uangnya untuk melakukan hal yang tidak berguna, sehingga anggota keluarganya yang terkena dampaknya. Ava lebih senang membaca kamus dari Kakek Kia, manusia baik hati yang berbeda dengan Papanya.
Meskipun kisah Kakek Kia hanya sebentar di dalam novel ini, tetapi Kakek Kia memberikan dampak besar untuk kehidupan Ava. Setelah kematian Kakek Kia, Papa Ava bersuka cita karena bisa mendapatkan warisan besar. Tanpa izin kek Mama Ava, Papa Ava menjual rumah mereka dan pindah ke Rusun Nero, tempat yang tidak layak dihuni dan dekat dengan tempat judi, kesukaan Papa Ava.
Di Rusun Nero, kehidupan Ava semakin sulit karena Papanya semakin kasar. Papa Ava memilih rusun tersebut karenan dekat dengan tempat perjudiannya. Mama Ava marah saat mengetahui lokasi perjudian Papanya dekat dengan rumah rusun Nero. Mendengar nasihat itu, Papa Ava menjadi agresif, menyebabkan pertengkaran hebat dengan Mama Ava. Ava sering mendengarkan pertengkaran mereka dari balik pintu, namun upayanya untuk mengintip selalu diketahui dan berujung pada tindakan kekerasan yang Ava dapatkan dari papanya.
Pertemanan yang mereka jalani di rusun Nero itu membuat Ava menyadari bahwa P sering kali mendapatkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Ava yang mengetahui kabar itu langsung terpikirkan bahwa apa yang dirasakan oleh P sama apa yang dirasakan dengan dirinya ketika melakukan sebuah kesalahan. Namun, kekerasan yang diterima oleh P dari ayahnya bisa dibilang lebih parah dari Ava, tokoh P sering kali mendapatkan pukulan dari ayahnya dan tak jarang ayahnya P memukulnya dengan setrika yang panas.
Ava dan P mulai berteman dekat, hingga akhirnya Ava dikenalkan dengan Mas Alri dan Kak Suri, kenalan baik yang selalu membantu P di Rusun Nero. Ava merupakan anak selalu bangga kepada P terutama terhadap ilmu pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya walaupun tidak menempuh sekolah. Begitu juga dengan P yang melihat Ava sebagai gadis kecil yang unik karena sering kali membawa kamus Bahasa Indonesia pemberian Kakek Kia.
Pada suatu waktu, Papa Ava kembali menunjukkan perilaku kekerasan, mengecewakan Mama Ava. Akibatnya, Mama Ava memutuskan untuk meninggalkannya dan membawa Ava ke rumah Om Ari adik dari Mama Ava. Meski Ava awalnya setuju, ia kemudian memilih nekat untuk pergi dari meninggalkan mama dan kembali tinggal di rusun Nero bersama temannya, P, yang hidup dalam kondisi yang lebih sulit. Konflik memuncak ketika Ava diajak masuk ke rumah P, di mana terungkap bahwa kehidupan P jauh lebih sulit, bahkan hingga ayahnya melakukan kekerasan dengan setrika.
Setelah P mendapatkan perilaku yang mengerikan oleh Ayahnya, membuat Ava berpikir untuk mengajak P melarikan diri ke tanah yang kaya akan lada, yaitu rumah nenek Isma, nenek Ava. Untuk perjalanan tersebut, mereka membutuhkan biaya, dan satu-satunya cara adalah dengan menjual handphone mereka agar dapat mencapai tujuan ke tanah lada. Dengan hanya bersandarkan pada keberanian dan keputusan yang nekat, Ava dan P memulai perjalanan panjang menuju rumah nenek Isma.
Selama mereka menekat untuk ke rumah nenek Isma, Mama Ava terus menerus menghubungi ponsel yang Ava miliki, karena mama Ava yang khawatir akan kondisi anaknya. Mama Ava meminta bantuan kepada Mas Alri untuk menemukan Ava dan P. Hingga Mas Alri menemukan mereka berdua dan memutuskan untuk membantu mereka sampai dilokasi rumah Nenek Isma. Tidak lupa Mas Alri mengabari Mama Ava terkait kondisi dan posisi Ava saat itu. Mama Ava dan Om Ari memutuskan untuk menyusul Ava dan P ke rumah Nenek Isma dengan mobil yang berbeda saat Mas Alri mengantar Ava dan P.
Di perjalanan menuju rumah Nenek Isma, Mas Arli memutuskan untuk berhenti disalah satu pantai untuk beristirahat dan mengajak Ava serta P melihat keindahan pantai ditempat itu. Di pantai tersebut terdapat penginapan yang akan mereka tempati untuk satu malam sebelum melanjutkan perjalanan ke rumah nenek Isma yang harus menaiki Kapal Laut. Malam hari tiba, Mas Arli sudah tidur karena lelah seharian mengemudi, Ava yang sudah tidur juga langsung terbangun karena menyadari P tidak ada di dalam penginapan. Ava inisiatif mencari P diluar, sekitaran pantai dan berhasil menemukannya P yang sedang duduk memandangi pantai. Saat Ava menghampiri P, mereka berdua mengobrol serius selayaknya orang yang sudah dewasa. Hingga P mengajak Ava untuk berenang di pantai dengan kondisi yang sudah larut malam, berenang yang dimaksud oleh P adalah membiarkan diri mereka hilang dan lenyap bersama air pantai malam saat itu.